15 April 2012

Menipu Kereta (part 1)

Menipu Kereta

Kejadian ni adalah kejadian yang membekas dlaam liburanku kali ini. Bagaimana tidak? AKu telah menjadi anak nakal bahkan sebelum liburan benar-benar dimulai. Tapi aku bertanya pada diriku sendiri, apa salahnya menjadi nakal? Selama ini tidak merugikan orang lain dan tidak melanggar norma-norma yang ada? Atau setidaknya hanya melanggar sedikit norma. hehehe

Jadi kisah ini terjadi dimana gerbong-gerbong berpenumpang akan berlayar. Ya, kejadian ini terjadi di stasiun kereta api. Tepatnya ada di Stasiun Kota Baru Malang. Aku terpaksa meneyerobot masuk ke peron untuk pulang. Nakal sekali bukan?

---

Hari sebelumnya,

“Bu Dita, besok ada kendaraan yang mengantar siswa tidak?”, aku bertanya kepada Bu Dita di suatu jumat malam di kantornya.

“Ada, tapi jam 7 pagi”. Degh, aku yang mendengarnya langsung berpikir. Nggak mungkin jam segini berangkat, bisa telat aku.

Dengan memberanikan diri lagi aku bertanya kepadanya, “Kira-kira besok ada satpam yang bisa nganter saya ke pertigaan hamid rusdi nggak Bu, biar nanti saya bisa naik AMG”,

“Nggak ada, semuanya tugas”. Wah, aku kecewa nih.

Akhirnya malam itu aku sedikit bingung dengan acara kepulanganku. Tapi sudah aku putuskan aku harus naik kereta api dan meskipun ada aral melintang aku harus tetap bisa ke sana. Maka langkah pertama yang aku tempuh ialah meminta surat ijin dari Pak Muslich yang merupakan Head of Dorm dan mau curhat mengenai kepulanganku yang membingungkan itu. Kebetulan sekali aku bertanya kembali ke Bu Dita, ada kabar gembira untukku.

Aku bisa pulang nebeng ke Stasiun Kota Baru dengan Travello yang mengantar anak-anak ke UB. Yes! Batinku. Maka malam itu suasana hatiku yang kelabu kembali cerah. Maka malam itu aku habiskan waktuku dengan mencari bekal untuk pulang, bukan uang. Tapi buku dan film yang akan aku tonton nantinya di rumah. Jadi saat itu aku pergi ke teman-temanku dan mencari film yang bagus. Akhirnya aku dapat film The vow, The Chronicles of Narnia, Sherlock Holmes, Just Like Heaven, Nancy McPhee, A Walk to Remember, dan aku lupa yang lainnya.

Setelah itu belum lagi pakaian-pakaianku memanggilku untuk mengemasknya kedalam tas. Tak sabar untuk pulan katanya, jadi aku segera mengemas pakaiankau ke dalam tas dan memasukkan buku-buku yang ingin aku bawa ke tas yang lain. Aku melihat sekeliling dan aku merasa ada sesuatu perasaan aneh meresap adalah hatiku. Aku sedih karena harus meninggalkan kamar dan asrama. Aneh tetapia kau tahu aku memang sedikit aneh sih.

_-_-_-_-_-_

Akhirnya pagi terbit. Aku segera mandi dan bersih-bersih kamarku yang akan aku tinggalkan selama hamper seminggu ini. Setelah memakai seragam aku sarapan dan menata pakaianku untuk berangkat. Ternyata anak –anak yang ke UB belum siap. Pdahal janjainnya sebenarnya jam 05.30, tetapi ternyata kita bernagkatnya abru jam 06.00. Tapi nggak masalah, aku juga bisa menyelesaikan sarapanku untuk itu.

Aku berangkat kesnaa bersama dengan Virgi, Galih, Fahmi, Fahrul dan Ariyanto yang biasa kami panggil dengan Pak Pet.Pak Pet mau numpang untuk pergi ke Arjosari soalnya, sedang aku ke stasiun kota baru.

Akhirnya Pak Pet turun di perempatan samping stasiun (perempatan rampal terus), sedang aku sebentar lagi akan turun di stasiun. Aku siap-siap, aku memakai tas punggungku, megambil biola kesayanganku dan bersiap akan turun.

Aku pun berpamitan dengan teman-temanku.

Stasiun kota baru kali ini tidak seperti biasanya aku dating kesana ketika liburan tiba. Hanya sedikit orang yang lalu lalang di depan stasiun, meski angkot, becak, dan sedikit taksi tetap bersemayam seperti biasanya.

Aku melangkah masuk dan melihat jajaran kursi metal di kanan kiri lobi masuk. Ternyata itu merupakan tempat antrian dan juga tempat tunggu. “Untung tidak antri”, gumamku melihat loker tiket yang kosong. Tetapi sejenak aku menyadari sesuatu, 07.28 HABIS. Aku bertanya kepada petugas.

“Pak, tiket ke Kediri pagi,”, aku berkata kepada petugasnya

“Habis Mas, adanya jam 10”, Katanya ramah sambil melihat monitor yang tak bisa aku lihat.

“Hmm, kalau tiket ke Blitar ada?”, aku berharap bisa membeli tiket ke Blitar tappi nanti turun di Kediri.

“Sebentar ya”, dia mengecek komputernya kemudian berkata pelan, “Habis juga dek, adanya jam 1 siang, Mau?”

AKu berfikir sejenak, aku hanya punya uang 10,000. Mustahil bisa naik bus. “Baiklah Mas, tiket ke Kediri jam 1 ya”. Tak berapa lama, tiket itu ada ditaganku. Tertulis dengan jelas, diberi lingkaran malah, Kediri, jam 13.00. Aku mendengus dan bergegas mencari tempat duduk.

Sekarang masih pukul 06,30. Aku harus menunggu 5 jam lebih untuk pulang. Tak menyia-nyiakan waktu, aku mengambil Student Globe dan membacanya. Satu-satunya bacaan tipis yang aku bawa ke rumah. Akun membacanya, tapi otakku berfikir keras. Aku harus bisa pergi dari sini. Akhirnya terlintas ide diotakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,