06 April 2012

A Boy With The Red Coat

Entah kenapa hari ni langit mengucurkan hujan. Tak disangka-sangka, mentari yang setia bertengger di angkasa sejenak bolos bertugas mengintip dari balik awan abu-abu yang bermekaran di langit siang hari. Mungkin karena hari ini adalah hari jumat, jadi Tuhan berkasihan kepada manusia yang biasanya kepanasan diatas bumi.
Aku dalam perjalanan menuju sholat jumat ketika hujan menyapa kami ditengah jalan. Rintik-rintiknya jelas tak sekedar bercanda. Sambil mengingat salah satu hadits rosul yang melarang untuk terburu-buru, aku mencoba menenangkan l angkahku. Tapi tiba-tiba hujan turun semakin ganas dan kami terpaksa berlari.
Di dalam sholat jumat pun, hujan mencoba turut meramaikan suasana khutbah jumat siang itu. Aku melihat hujan menari-nari diluar jendela membasuh Tlogowaru yang miskin air. Aku yakin banyak orang yang menyukai hujan turun membasuh wilayah mereka. Meskipun aku pribadi juga senang dan bingung sekaligus, bagaimana cara kami untuk kembali dari masjid menuju asrama.
Setelah sholat, hujan malu-malu untuk turun, sekaan memahami kondisi kami yang memang tidak membawa payung maupun jas hujan. Jadilah aku dan teman-teman, dengan sarung yang diangkat keatas tinggi-tinggi menebas hujan yang malu-malu. Untuk aku memakai celana pendek, pikirku. Aku melihat banyak anak-anak yang memakai jas merah pemberian PSF untuk kami, murid Sampoerna Academy. Sungguh siap mereka, pikirku. Aku berjalan kembali dan ditengah jalan, aku bergabung dengan rombongan adik kelas yang bernama Tito, Arka, dan satunya kurang aku kenal. Kami nebeng dibawah jas hujan hijau yang dipakai oleh Tito. Jadilah kami berempat berjalan tersu diatas hujan menuju asrama. Tetapi akhirnya kami sampai dengan sedikit berbasah di asrama, meski terjadi insiden nsalah jalan yang mana kami memilih jalan yang berlumpur dibandingkan dengan jalan aspal. Kami berpikir bahwa jalan asal akan ramai dan juga penuh dengan air yang akan bisa menyiprat kemana-mana saat orang lewat, tetapi ternyata kami salah. Kami melewati jalan berlumpur yang hampir membuat Arka terjatuh dan tanganku yang kebas karena kedinginan sudah pegal-pegal. Tetapi ternyata kami sudah sampai asrama dengan selamat.

***
Hari itu aku bertugas untuk meng-handle pekerjaan sie publikasi untuk art exhibition 2012 yang akan dilaksanakan pada Mei mendatang. Sebagai seorang ketua, tentu aku harus rajin turun tagan untuk menyelesaikan pekerjaan. Akhirnya, pada pukul 08.00 WIB aku putuskan untuk kluar memfotokopi panduan loba dan formulir yang telah aku buat ntuk TK SD atau SMP di Kota Malang. Tapi sayangnya waktu itu, when i want print the file, the printer was can't. I was so worry and frustated trying and trying again to make the printer run! After one hour later, Bu Dita came and help me. Oh, i'm so reileved knowing that the printer is can. So i print the documents and go to the photocopy place.
So i went there by foot. Walk around 1,5 km away from dormitory.In the noon, my brother came to dormitory to visit me and give me the laptop. Thank you so much to my brother, Ali Masykur Mubtadi who gave me a laptop for 18th birthday present in 2 months later. Of course thanks to God who give me everything.
In the afternoon, at 2 pm i went out from dormitory eith my brother. I accompany him to get angkot while i also go to the photocopy shop. Unfortunately, hujan hujan turun dengan gemulainya membasahi wajah dan bajuku tanpa sempat aku lindungi.
Tanpa pikir panjang aku dan kakaku segera mencari tempat berteduh terdekat. Untung sekali di depan kami pas ada tenda orang jualan dan juga rumah warung kecil dibelakangnya. Akhirnya kami berteduh di situ. Tetapi sayangnya, aku harus segera melanjutkan perjalanan, dari warung tersebut hingga ke tempat aku memfotokopi masih jauh. Makanya aku putuskan untuk segera berangkat. Aku memakai mantel merah pemberian PSF di tubuhku, aku ganti baju SA ku dengan kaos aku bungkus sepatuku dan tasku dengan kresek dan coat bag yang memang sudah ada di tasku. Setelah berpamitan dengan kakaku, aku berangkat.
Aku berjalan menembus hujan yang tak henti hentinya mengucur dari langit. Jalanan basah dan penuh dengan air hujn yang berwarna kecoklatan karena lumpur. Aku berjalan disisi pinggir jalan yang sebenarnya merupakan pembatas antara jalan dengan sawah. Tak peduli dengan label PSF yang tertera dan warna yang mecolok, aku menembus hujan sambil berbicara sendiri menggunakan bahasa inggris untuk membuat diriku nyaman. Aku merasa pandangan orang selalu terarah kepadaku. Entah kenapa, apakah mungkin karena warna merah mantelku, atau karena label aku adalah siswa asrama berbeasiswa? Entahlah.
Aku sempat bingung ketika sampai di pinggir jalan. Suasana hujan menyulitkanku untuk menyeberang jalan dan warna hujan yang kelabu membutaku susah melihat. Aku hanya berharap bahwa jas hujan merah yang aku pakai akan membuat orang menyadarai keberadaanku. Setelah menemukan tempat yang cocok, aku menyeberang.
Akhirnya, sampailah aku di tempat fotokopi. Segera aku ambil fotokopiannya dengan membayar 97000 rupiah. Sungguh jumlah yang sangat banyak. Namun, padahal itu sudah di discount sama orangnya. Sunggguh-sungguh gara-gara efek BBM nih.
Orang yang di fotokopian sempat bertanya padaku bagaimana aku bisa sampai kesini. AKu hanya menjawab dengan senyuman bahwa aku berjalan. Orangnya sempat tidak percaya bahwa aku berjalan menembus hujan hanya untuk mengambil fotokopi. Aku hanya membalas, asrama saya dekat, di atas Tlogowaru sana, akhirnya orangnya paham, Aku juga menjelaskan bahwa tadi sbeenarnya tidak hujan, hujannya memang baru ditengah-tengah ini. Orangnya hanya mengangguk-agguk tanda paham.
Akumenerukan perjalanku sambil menggalau sedikit, bernyanyi nyanyi dan melakukan sesuatu degan pikiranku. Berpikir bahwa aku adalah seseorang dengan msisi yang penting, aku adalah murid hogwarts yang menjalankan misi untuk melawan voldemort, dan berbagai imajinasi positif yang lain.
Hingga akhinya bantuan datang ketika aku berpikir tentang kakiku yang lebar. Ternya ada hikmahnya juga memiliki kaki yang lebar, yakni au bisa jalan jauh lebih jauh daripada yang orang lain pikir mungkin. Ternyata bantuan tersebut datang dari anak-anak koperasi yang baru belanja dari pasar besar. Akhirnya aku naik ke angkot itu dengan segra melepas jas hujan merah yang ada ditubuhku. Mereka semua kaget kenapa aku bersedia keluar pada saat hujan itu. Aku menvceriktakan dengan nada dan jawaban yang nyaris sama dengan apa yang aku ceritakan kepada tukang fotokopi. Akhirnya aku berbincang-bincang dengan mereka dengan topik lain yang lebih luas, tanpa aku saari aku dan teman-teman sudah sampai di asrama. Free! Aku bersorak terimakasih dan sambil tersenyum karena aku diberi tumpangan gratis.
Alhamdulillah

Dibalik kesusahan itu pasti ada kemudahan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,