29 Oktober 2010

Akhirnya tahu nilaiku

Setelah menunggu lama, akhirnya hari Jumat ini rapor mid-test dibagi. Deg- degan, apalagi teman- teman house lain udah dibagiin waktu jam ke-0 (silent reading time). Jadi tambah deg-degan deh. Apalagi nih, aku beru entar first brek dibagiin. Jadi,... nggak sabar, deg- degan, sedikit kecewa mungkin kenapa lama...
So, when first break, i went to Mushola to got my rapor. When i saw this for the firs time. Owh My God!. Bad. Tapi kalau dibandingin dengan anak yang lain yah, pasti ada baik dan buruknya kan, buruknya ada di Math sama English. Tapi, di Englishpun banyak anak di kelasku yang dapet 65 kebawah. Sedangkan di kelas lain banyak yang dapet nilai bagus. Apa masalahnya,
First. Different teacher
Second. Different teaching methods
And... what else?
Banyak temenku yang nggak puas dengan nilai mereka. (termasuk aku juga sih, tapi ya...) Banyak yang mengolok diri mereka mengapa mereka kalah. Menagpa nilainya jelek. Halo... kita masih bisa hidup kok tanpa nilai.
Look my mark here.

No.

IGCSE Subject

Assesment

School Average

Mark

1

English

65

65

C

2

Mathematics

74

70

B

3

Business Studies

91

74

A*

4

Physics

74

67

B

5

Chemistry

86

73

A

6

Biology

83

71

A

7

ICT

85

72

A


Lihat deh nilai IGCSE ku. Jangan dikira ini bagus. Ini termausk jelek lho, tapi yah, kayak nilainya Harry Potter lah. Nilaiku... Hmm.. maafin aku ya, .. Emak, Bapak, anakmu ini emangb kayak gini, tapi aku harus punya janji, kedepan bisa lebih baik. Niali diusahain A. Jangan sampai D. Meskipun begitu, buanyak anak yang nggak puas dengan nilai kayak gini dan muali mencari- cari kesalahan orang lain.
Bukankah nilai jelek dapat menjadi cambuk untuk belajar lebih giat? Akhirnya tadi waktu pelajaran Business Studies wathing motivation film deh. pada nangis, termasuk aku. Pokoknya, orang sukses nggak dihitung dari otaknya doang kok. Nilai itu juga nggak mencerminkan 100% kemampuan otak manusia kan?
Jadi, keep spirit! Don't Give Up. Ok?

28 Oktober 2010

Lomba LKTI Chemistry Carnival

Temans, ini ada lomba LKTI nih, ini bukan lomba LKTI Chemistry loh. Ini kayak lomba LKTI biasa kok, cuman karena yang nyelenggarain mahasiswa kimia, namanya chemistry Carnival.

Deadline pendaftaran 8 November

Deadline naskah 15 November 2010

Chemistry Carnival 2010 adalah suatu great event milik Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) yang menitik beratkan pada kompetisi beberapa lomba yang disajikan bagi SMA/Sederajat. Chemistry Carnival 2010 terdiri dari dua perlombaan yang disajikan yakni, Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Lomba Kreativitas Daur Ulang (LKDU). The great event ini merupakan salah satu program kerja HMK pengganti dari Olimpiade Kimia 2010 yang semestinya dilaksanakan pada akhir tahun 2010. Pembagian wilayah peserta dibagi menjadi enam regional, yakni Regional Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali & Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku & Papua. Pesertanya adalah siswa/I SMA/SMK/Sederajat mulai kelas X, XI dan XII. Acara ini berlangsung selama dua minggu awal pada bulan Desember 2010.

Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI), merupakan perlombaan tim, dimana 1 tim peserta lomba terdiri dari 3 orang. Satu sekolah bisa mengirim lebih dari 1 tim. Biaya 1 tim sebesar Rp. 80.000,-.Pada babak penyisihan, penyusunan LKTI tiap sekolah diadakan mulai bulan Juli hingga selambat-lambatnya 15 November 2010. Pada babak final akan diambil 12 tim terbaik dari keenam regional Nusantara untuk mempresentasikan karya tulisnya di Universitas Brawijaya pada tanggal 18 Desember 2010.

Lomba Kreativitas Daur Ulang (LKDU), merupakan perlombaan tim, dimana 1 tim peserta lomba terdiri dari 3 orang. Satu sekolah bisa mengirim lebih dari 1 tim. Biaya 1 tim sebesar Rp. 60.000,-. Pada babak penyisihan, penyusunan LKDU tiap sekolah diadakan mulai bulan Juli hingga selambat-lambatnya 08 November 2010. Pada babak final diambil 30 tim terbaik dari keenam regional Nusantara untuk mempresentasikan alat daru ulangnya di Universitas Brawijaya pada tanggal 11 Desember 2010

Informasi lebih lanjut, hubungi:

Oktawirandy Rajaki : 085649696375

Gigih Kurniawan : 081333944938

Dhesy Galuh : 085234388271


Info lebih lanjut KLIK ini

Ribet

Bener deh kata Danang. SMA emang banyak lomba. Tetapi, dengan banyaknya lomba malah bisa bikin jadwal kamu porak- poranda. Selain itu, tubuh kamu juga bakal ajur. Gimana nggak, kalau ada 3 lomba harus kamu selesaiin dalam seminggu. Mana bisa? Oleh karena itu, ada namanya oportunity cost. Semacam skala prioritas gitu deh.
Ayo, kamu pilih yang mana. Pilih lomba karya ilmiah, debat, lomba pidato? monggo dipilih. Yah, benar- benar bisa bikin ajur lumer. Kayak terkena mantra reducto dan evaporating proccess. Bah! ribet.
Meski aku belum pernah. Meski ingin. he.. he..he... kayak Ms. Ricky, hebat deh pokoknya. dalam satu bulan ini sudah berapa lomba yang berhasil dia menangkan. Hebat nggak tuh? Tapi resikonya pasti ada. Seperti ketinggalan pelajaran, badan capek.
Tapi mungkin saja disitulah sisi yang membuatnya menjadi menarik. Aku emang bukan orang yang pandai mengatur waktu. Tetapi, yah... ribet aja
Pokoknya, aku pengen sibuk tapi nggak ketinggalan. Apalagi di sini emang tempatnya orang- orang hebat. aku harap aku nggak pernah dikatai "over"oleh orang lain.

22 Oktober 2010

Oh No.... My Mark

Owh... it's miserable. This is beast mark i ever had. Stupid!
Seharusnya, aku bisa dapaet lebih daripada yang ini, tapi... Math got D, Dreadful, although in other lesson i got C, B, A, and A*. It's complete to collect. great!
Yeah, bentar lagi rapotan juga. This is the advantage, when you live far from your parents. They will not press you. You don't know their angry... Ha..ha..ha...
But, my mark in this school, has been sent to my parents. And maybe, somedays later... they will call me and breaking out in handphone.
Maybe my parents angry with me. But they must know, this is my pure exam i ever do.

Yah,... i'm still waiting my real score.

14 Oktober 2010

REMAJA DIKEPUNG KEBINGUNGAN

REMAJA DIKEPUNG KEBINGUNGAN
Oleh : Danang Tri Prastiyo



Melihat Realita
Berbagai bentuk penyimpangan, disadari maupun tidak telah menjadi warna dalam kehidupan sehari-hari negeri ini. Baik bentuk penyimpangan sosial, maupun moral. Semua merupakan konsekuensi dari derasnya arus globalisasi dan liberalisme yang telah menyentuh dan menyatu pada semua lini kehidupan. Tak pelak jika identitas bangsa mulai terkaburkan oleh hal tersebut. Korban globalisasi dan liberalisme yang nyata dan memprihatinkan adalah remaja. Berbagai bentuk tindakan remaja yang mengatas namakan sebuah kebebasan rasanya telah jauh kebablasan. Tidak sulit kita temui berbagai bentuk penyimpangan yang dilakukan remaja, mulai dari kasus anak SMA yang memperkosa temannya, mencuri uang orang tua, bahkan sampai yang melukan seks bebas dan bergelut dengan NAPZA.
Sangat memilukan memang jika kita melihat realita sekarang, sesungguhnya semua merupakan awal dari mulai mengaburnya esensi nilai-nilai budaya Indonesia dalam kehidupan generasi muda. Remaja sebagai generasi muda sungguh telah banyak yang meninggalkan nilai-nilai budaya Indonesia. Diakui maupun tidak generasi muda kita telah beralih acuan, acuan mereka adalah acuan yang mengatas namakan sebuah kebebasan dalam liberalisme. Kemana acuan negara kita?, apakah kita tidak mempunyai acuan hidup?. Acuan yang seharusnya dijadikan landasan para generasi muda dalam bertindak adalah Pancasila. Ideologi Pancasila sebagai suatu acuan yang disarikan dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

Mencari idola Pancasila
Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Sejarah telah membuktikan bahwa nilai Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan pengikat sekaligus pendorong dalam usaha menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan. Contohnya warga di Jakarta Timur melakukan pemilihan minyak tanah atau gas, pemilihan tersebut digelar layaknya pemilihan umum kepala daerah ( Radar Jogja, Senin 26 Juli 2010, hlm 4) hal ini jelas menjunjung nilai pancasila yaitu musyawarah mufakat untuk menentukan keputusan tertentu. Uraian tersebut memberikan bukti bahwa nilai-nilai Pancasila sesuai dengan kepribadian dan keinginan Bangsa Indonesia.
Sementara itu terjadinya perilaku menyimpang remaja serta lunturnya rasa hormat generasi muda terhadap generasi tua, merupakan indikasi menurunnya pemahaman dan pengalaman nilai-nilai budaya yang terumuskan dari Pancasila. Menyimak kondisi demikian, tidaklah bijaksana menumpukan kesalahan pada pemerintah, remaja ataupun pihak-pihak terkait. Lebih bijaksana jika terlebih dahulu mengkaji kondisi remaja dan problematika di dalamnya. Dan dari situ kita bisa memberikan solusi yang mudah diaplikasikan.
Menyadari bahwa masa remaja merupakan masa yang rawan, karena pada saat itulah mereka mulai mampu berfikir abstrak, dan mencoba menjelaskan beberapa hal yang kompleks, dengan emosi yang masih labil. Sebetulnya remaja dapat dikatakan tidak memiliki tempat yang jelas, mereka sudah tidak termasuk dalam golongan anak-anak dan belum dapat diterima ke dalam golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Biasanya masa ini terjadi antara rentan umur 14-17 tahun. Dengan adanya globalisasi dan liberalisme tidak menutup kemungkinan masa rawan ini akan datang lebih awal. Pada masa ini pula remaja akan mencoba mencari jati dirinya, proses pencarian jati diri pada remaja, di awali dengan sebuah perilaku mencari sosok idola dan selanjutnya adanya tindakan mengimitasi atau meniru sang idola. Di sinilah letak masalah utamanya, masihkah ada idola yang patut dicontoh oleh remaja. Sebuah idola yang tingkah lakunya mencerminkan nilai-nilai yang diadopsi dari Pancasila.
Realitanya remaja cenderung mengidolakan siapa saja yang dianggap poluler bagi mereka. Salah satu yang bayak menjadi idola remaja adalah artis, tapi apakah tingkah prilaku artis mencerminkan nilai-nilai esensi Pancasila?. Waktu telah membuktikan bahwa banyak artis yang tak patut dicontoh, seperti yang sedang tren sekrang adalah kasus tiga artis, Ariel dan bersama Luna Maya, dan Cut Tari yang selama ini banyak diidolakan remaja kita, ternyata memiliki prilaku yang sangat tidak mencerminkan budaya Pancasila. Seolah-olah kasus Ariel telah melegitimasi kehidupan seks bebas.
Selain artis, satu lagi yang terkesan populer di mata remaja adalah politisi dan pejabat. Kenyataan telah membuktikan lagi bahwa politisi dan pejabat Indonesia banyak yang bermoral dan mental pencuri, memang tak semuanya, tapi sangat mudah kita temui, dari berbagai berita seperti kasus korupsi beberapa anggota DPR, sampai wacana rekening gendut para perwira Polri. Jelas tindakan tersebut tidak dapat dikatakan sesuai dengan nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Mengidolakan guru, jika seorang remaja mengidolakan guru memang terkesan mulia dan baik. Bagaimana tidak seorang guru yang di Indonesia dianugrahi gelar pahlawan tanpa tanda jasa, menurut sebagian orang bahwa tindakan guru lebih mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Guru yang sopan bertutur, guru yang ikhlas dalam mengajar, guru yang selalu memberikan ilmu, hal ini patut dicontoh oleh remaja. Tetapi tidak bisa dipungkiri, bahwa ada guru yang mengajar tidak karena panggilan jiwa, dan sebuah rasa keikhlasan tetapi, terlebih karena panggilan uang. Jika tidak ada uang maka tidak mengajar. Selain itu sudah banyak kiranya oknum guru yang menjadikan pendidikan yang seharusnya menjadi hak yang harus diterima peserta didik, oknum guru malah mengkomersilkan pendidikan dengan mematok biaya tinggi pada institusi pendidikannya. Satu lagi, telah terbukti bahwa banyak guru yang mengajar dengan kekerasan. Jelas tindakan sebagian guru tersebut telah mencoreng nilai kemanusiaan, keadilan, dan kerakyatan.
Siapakah yang patut menjadi idola bagi remaja, idola yang Pancasilais. Untuk memunculkan idola yang Pancasilais guna mencegah mengaburnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan remaja. Diperlukan peran dari berbagai pihak. Salah satu yang penting adalah peran keluarga, dalam hal ini orang tua. Kenyataan yang terjadi sekarang ini peran keluarga dalam hal ini orang tua dalam memberikan pendidikan dan bimbingan moral bagi anak-anaknya sering terlupakan. Orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya dengan dalih sibuk bekerja memenuhi kebutuhan ekonominya. Anak hanya disuapi dengan kebutuhan fisik saja, sementara aspek batin, mental dan spritual pada diri anak kurang diperhatikan oleh orang tuanya.
Kenapa keluarga? keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama memiliki fungsi yang penting terutama dalam penanaman sikap, nilai hidup serta berfungsi menumbuhkan kesadaran bahaya perilaku menyimpang pada remaja. Penanaman kesadaran perilaku menyimpang pada hakekatnya merupakan penanaman nilai-nilai Pancasila, karenanya perlu diberikan pada remaja sebagai warga negara. Menurut Willis (dalam Danang 2008:4) pembinaan mental ideologi Pancasila dimaksudkan “agar anak -anak nakal atau menyimpang itu memahami sila-sila dari idiologi negara kita yakni Pancasila. Dan mengusahakan agar dapat melatih kebiasaan hidup ber-Pancasila di lingkungan mereka”.
Dalam hal ini orang tua harus bisa menciptakan sistem imun otomatis agar remaja tetap berpegang pada nilai-nilai Pancasila. Untuk megaktifkan sistem imun otomatis tersebut kiranya cara berikut dapat dilakukan. Pertama memberikan kebebasan yang proporsinal, pada anak yaitu kebebasan yang bertangung jawab. Pada usia remaja, anak-anak cenderung suka melanggar peraturan dan bebas, jadi orang tua harus memahami kondisi ini. Dalam langkah pertama ini orang tua berperan memberi peringatan dini. Orang tua harus memberikan pemahaman bahwa berbagai perilaku menyimpang yang anak ketahui di luar rumah, sejatinya memang dan pasti ada. Ajari anak untuk selalu bersikap memahi dan belajar menilai sekalipun dari hal yang jelek.
Kedua mengubah cara berkomunikasi dalam keluarga, pada masa remaja anak mulai kritis terhadap diri sendiri dan berbagai perubahan dan penyimpangan sosial di lingkungannya. Komunikasi yang terbuka dan diaslogis diharapkan mampu menciptakan kondisi yang kondusif. Dalam hal ini orang tua harus pandai memilah dan memilih sikap, yang harus disuntikkan kepada anaknya serta orang tua harus bisa memasukkan nilai-nilai Pancasila kepada anaknya secara halus.
Ketiga menanamkan kemandirian pada diri sang anak, karena pada masa remaja adalah saat mereka berkompetisi. Peluang kompetisi sangat terbuka luas, baik itu kompetisi negatif maupun kompetisi positif. Dalam hal ini peran orang tua untuk mengarahkan anaknya menuju kompetisi yang positif, serta meyakinkan sang anak bahwa mereka pasti bisa dan mampu menjadi pemenang dalam kompetisi tersebut.
Dengan tiga langkah tersebut niscaya remaja kita tidak akan kebingunan dalam mencari idola, dan orang tua akan menjadi idola pancasilais bagi anak-anak mereka. Secara tidak langsung bahkan orang tua telah mengaktifkan sistem imun otomatis dalam diri anak.


DAFTAR PUSTAKA
Laksono, Tunjung Danang. 2008. Pemahaman pancasila sebagai pandangan hidup dan intensitas bimbingan Moral oleh orang tua pengaruhnya terhadap kesadaran bahaya Perilaku menyimpang pada remaja di kabayanan Desa mulur kecamatan bendosari Kabupaten sukoharjo Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mahartiningsi, Cunik Yupila. Family Sphere. Artikel dokumen pribadi.

Nama: Danang Tri Prastiyo
Alamat sekolah: Jl. Magelang km 4 Sinduadi, Mlati, Sleman Yogyakarta

Penulis ini merupakan teman baikku. Danang...

Merelakan sayap?

Lelah, tadi di sekolah ada acara C'nC, Clean and Care. Seperti lomba kelas bersih. Tetapi, dalam acara ini yang dinilai bukan hanya kebersihan kelas saja, tetapi kreativitas, kerapian pakaian, dan masih banyak lagi.
Semua kelas, baik kelas 10, 11 maupun 12 wajib membuat kreativitas dari bahan dasar kertas koran. Kemudian harus ada pementasan menggunakan properti ayng telah dibaut. Bayangin aja, kelasku nggak ada 15 orang. Semuanay tergabung dalam kepanitiaan TEY, lomba Toyota Eco Youth. Jadi aku mengorbankan Pokjaku, IPAl, dan juga workshop global warming yang harus aku ikuti. Kelasku, X-1 atau Sesat jadi ribut. Soalnya yang cowok cuman 2, nggak tahu kenapa kelasku laris banget.
Yah, dimulailah desain dari koran. Kami membuat gaun, dan juga sayap dari kertas koran. Keren... sayangnya performennya jelek.
Aku senang banget mmebuat sayap. Semanagt gitu, sayapnyakan untuk aku. Jadi harus buat yang bagus. Aku sampek batalin puasa karena udaranya panas bnaget. voucher makanku habis buat beli makanan, ice cream, dan minuman. Boros. Lelah ngerjain sayap, tapi hasilnya cool.
Untuk dalemnya, aku menggunakan kardus dan disambung supaya besar, kemudian ditutup dengan kertas koran. Great hand made.
Terus aku ngurusin ayng lain. Gaun, bungan, dan macam- macam lagi dari kertas koran. Sibuk, sambil bayangin bahwa mungkin saja aku menjadi salah seorang designer terkenal.

To be continued...

11 Oktober 2010

Catch You!

I catch you, I catch you Aha...Waktu Chemistry...
Yeah, si Ƣ nyontek lagi. Nggak heran deh. Kayaknya cuman cover doang. Percuma kan, pintar tapi nggak jujur. Nggak tanggung- tanggung, tanyanya ma anak pintar juga. Aku heran, haloo... mereka kan pintar, tapi kenapa nggak percaya pada kemampuan mereka.
Aku aja yang rata- rata berusaha nggak nyontek atau tanya. Oh, God...
Setelah beberapa kali lihat, aku jadi pengen tanya atau nyontek juga (setan mode on. Tapi aku tiba- tiba denger, Hermione bilang, "Heh, Manaf, memangnya kamu ingin menurunkan levelmu hingga serendah mereka?"
Yah, akhirnya aku nggak nyontek. Kerjakan sendiri aja. Meski ada yang nggak bisa,kalau salah, yah whatever, yang penting mengerjakan sendiri, jujur.

10 Oktober 2010

Underpressed? No way!

Pernah nggak, kamu merasa underpressed, semangat kamu ilang, rasanya kamu nggak pernah hidup lagi deh. Seperti ada dementor yang nyedot semangat kamu. Aku pernah merasakannya di sini.
Jika kau tahu seperti apa aku ini dulu, kau bakalan heran bila tahu sekarang seperti apa aku. Aku tak tahu mengapa, kurasa aku hanya butuh sahabat di sini. Sahabat yang mengerti aku, meski aku ini unik. Dan yah, pahamlah tentang aku. Aku di sini punya teman. Bagus!. Tapi hanya sekedar teman. tak lebih.
Di sini aku mulai merasakan menjadi orang belakangan. Orang yang pendiam. Bukan sok cool, tapi emang aku nggak punya teman untuk bicara. Mereka datang dan pergi. Just like that. Cupu, kata temanku. Que sera sera, whatever will be, will be.
Dulu waktu SMP mungkin aku termasuk anak populer. Meski aku tak pintar- pintar amat. Aku tak pernah memintanya. Aku mendapat teman baik, Jayen, waktu kami pulang bersama naik sepeda.
Sekarang, kau tahu, aku hanya anak biasa, mungkin ini kedengarannya parah, tak dipedulikan, tak pernah diajak untuk having fun oleh orang- orang populer. Tapi pasti ada yang lebih parah kok, daripada sekedar di cuekin. Aku masih punya teman, ada buku, yang tak pernah pamrih untuk dijadikan teman. Dan ada Tuhanku. Yang selalu ada.
Orang mungkin berfikir, aku baik- baik saja. Memang, tapi tetap saja aku pengen punya teman sejati seperti masa- masa SMP-ku dulu. Oh, betapa aku merindukan kalian guys! Ada Jayen yang humoris tapi pintar, Ivan, atau Eyang kakung, Rofiq, sok cool dan imut, Ziyda, yang genius tapi nggak sombong, Widi, yang emang cool tapi gokil, Ammar, si arab yang makin arab aja deh, Thoriq, yang dermawan, Yogi, yang genius dan pendiam, Rozaq, logikamu hebat! Fajar, si gokiiil abiez...Fuad, yang pendiam... banget. Dan Aku...
Semoga aku akan segera mendaapt teman seperti kalian lagi

02 Oktober 2010

Dia Remuk Paruku

Dingin
membeku paru dalam dingin
Angin
merayu angin dalam kering

Aku bersarung meminta
Dalam bayangan beringin sekarat

Sore itu
Daun membisik protes
Yang padanya, dia dibuat
Aku lelah, tercekik nafasmu, terbelenggu akar lenganmu
Ceritanya padaku
Darahku memompa dan hampir saja meloncat ke cerita

Dingin
menerbang tulang dalam angin
Angin
merayu angin dalam kering
Kering
Daunku gugur berseling

Aku akan membelinya...
Sedang paruku meronta
Beri aku gas kehidupan
Dan akan kusemai kau jadi ribuan

Tetapi Beringin bergeming
Memeluk paksaku dengan akarnya
Dia memberiku
Benar,
aku beritahu
Bukan gas kehidupan
Tapi pelukan kematian