Tampilkan postingan dengan label Words of Wisdom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Words of Wisdom. Tampilkan semua postingan

17 November 2014

You are so cool!

WHY YOU SO COOL, MA LORD? :')

My daddy once told me about this Einstein postulate - related to time machine issue and now I know; time travel ke masa depan itu mungkin terjadi, pake dasar teori relativitas spesial Einstein. Yang ga mungkin adalah time travel ke masa lalu, dengan, lagi-lagi, dasar teori relativitas spesial Einstein, hukum kekekalan energi, dan hukum termodinamika.
Tentang gimana aplikasi "Time Travel" yang telah kita kuasai adalah keindahan dari teori relativitas Einstein. Karena pada dasarnya ruang dan waktu adalah satu hal yang sama, seperti gimana ruang bisa diregangin (teori tentang gimana alam semesta ini sedang meluas), waktupun secara teoritis dan praktikal bisa juga diregangin. Gimana waktu dapat diregangin simpelnya bisa divisualisasi pake parafrase sederhana ini: "Semakin cepat sesuatu bergerak, semakin lambat waktu berjalan untuknya. Jika sesuatu bergerak dengan kecepatan cahaya, maka sesuatu tersebut tidak akan merasakan waktu."
Secara praktikal, ini terjadi pd satelit-satelit bumi, yang jamnya harus dikalibrasi ulang setiap saat karena berjalan lebih lambat dari jam di bumi - meskipun baik jam bumi maupun jam satelit mempunyai sistem pewaktuan yang sama persis. Ini soalnya satelit-satelit bumi di angkasa sana bergerak dengan kecepatan yang sangat amat tinggi, sehingga waktu berjalan lebih lambat untuk mereka.
Jadi, pada dasarnya, kalo kamu bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, contohnya, 99% lebih dari kecepatan cahaya, kamu mungkin bakal ngerasa gimana untukmu waktu cuma berjalan sekitar 5 menit, tetapi sebenarnya, 50 tahun telah terlewati. - that quite explains holy quran saying yg tentang gimana sehari di neraka sama kaya 1000 tahun di bumi.
Dan kenapa "Time Travel" ke masa lalu itu gamungkin?
Dari penglihatan lewat teori relativitas spesial Einstein: beda sama ke masa depan, ke masa lalu mempunyai satuan minus. Satuan luas ruang gamungkin negatif, maksudnya, gamungkin ada luas maupun volume yang negatif? Begitu pula dengan waktu, karena sekali lagi, ruang dan waktu sebenarnya adalah satu hal yang sama. Untuk melakukan perjalanan ke masa lalu sama mustahilnya seperti membuat sebuah ruang yang satuannya adalah minus - kebayang?
Hukum kekekalan energi adalah lawannya disini, karena energi tidak dapat berkurang maupun bertambah, maka dengan membuat energi negatif seperti yang dihipotesakan, kita bakal ngerusak hukum tersebut. Dan dari segi hukum termodinamika, entropi selalu bertambah dan bertambah dan tidak mungkin berkurang. Dengan pergi ke masa lalu, kita akan mengurangi entropi - sekali lagi, ini membutuhkan energi negatif, dan akan bertentangan dengan hukum kekekalan energi dan juga hukum termodinamika. Hu keren ya :'3
Selebihnya nalar manusia ganyampe lagi. Science reminds you of Him' if you're alive now, trust me you're totally blessed.


this thought written by my junior and friend, Wening Hapsari. You can contact her through her facebook in here.

11 November 2014

10 November

Keringat dan darah


Bagimu bangsaku,
Keringat
Darah
Aku teteskan
untukmu
Bagimu bangsaku,
tak sanggup aku berikan harta
Hanya tali kehidupan
siap dikorbankan
Bagimu bangsaku,
Tak perlu kau peluk tangis rindu
aku
Bagimu bangsaku,
Jikalau aku maju

Tolong jaga anakku


Puisi ini saya buat dlaam rangka merefleksikan apa yang ada di pikiran pahlawan kita dulu. Mereka siap korbankan apa yang mereka punya, bahkan nyawa mereka. Sekarang saatnya kita yang seharusnya menjadi bangsa yang bisa melebihi semangat juang pahlawan kita dulu, apalagi sekarang sudah merdeka dan fasilitas juga sudah ada. Namun ironi tetap membayang. Kalau dulu bisa, kenapa sekarang tiada?

20 Oktober 2014

Bubur dari Elektronika Analog

Meski hari ini adalah hari pelantikan presiden baru Indonesia ke-7, yakni pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla, saya tidak bisa ikut menikmati perayaan pemimpin baru yang digadang-gdang oleh masyarakat jawa sebagai Satria Piningit ini. Pasalnya, saya hari ini ada ujian tengah semester. Elektronika Analog lagi, cukup susah untuk dicerna bagi orang seperti saya.
Saya akui, UTS hari pertama ini saya agak males belajar. Entah kenapa rasanya males banget buat beljaar ELOG. Seperti ada makhluk jahat yang selalu berbisik ke telinga saya 'ngapain belajar ELOG, mending tidur aja'. Akhirnya, ketika banyak teman-teman saya yang belajar. Saya tertidur pulas, baru bangun jam 2 dini hari dan belajar.
Aku pikir cukup belajar sebentar saja, Namun ternyata, pemahaman saya yang kurang lah yang menyebabkan soal yang mudah adi menjadi berubah sangat sulit dan mempusingkan.
Jadi soaln nomor satu tadi mengenai Thevenin. Aku sudah belajar dan sudah yakin bisa. Namun ketika melihat soal, langsung blank. Saya seperti melihat kedalam labirin yang tidak ada ujungnya. Gara-gara nomor 1 ini, saya sudah kehilangan 40 poin dan jelas, saya tidak tahu nantinya dapat nilai apa.
Eh, setelah keluar ruangan saya langsung tahu apa yang harus saya kerjakan kalau saya mendapat soal seperti tadi. Boleh dikatakan saya sangat menyesal karena saya tidak bisa berpikir jernih dan cepat dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan matematis. Sangat disayangkan.
Memang, nasi sudah menjadi bubur. Nah, tinggal persepsiku saja bubur ini nanti mau diapain. Apakah saya buang, karena saya orang Indonesia dan bubur itu bukan makanan pokok, atau saya olah bubur itu agar bisa enak dimakan.
Saya putuskan bahwa meski saya tahu nilai saya ini nanti jelek, dapat BC sudah alhamdulillah untuk UTS ini. Masih ada UAS yang harus lebih diperjuangkan agar nilai tidak turun dengan drastis.
Saya yakin bisa lulus mata kuliah ini kok. Yang paling penting harus usaha dengan keras. Strive for Excellence harus benar-benar jalan kalau mau maju.

04 Oktober 2014

A New Laptop

Maybe I've told my friends that my old laptop was broken and can not be repaired. If I should to repair it, it will cost 800k rupiah. So I decided to buy a new one (or in my case, a second hand laptop).
After 2 days searching on the internet, I finally found Toshiba C800 with 2,7 million rupiah. It's not really cheap but it's reasonable price.
Before I got this laptop, I almost tempted to buy Dell or Asus. Actually I have had bargained with the sellers. However, when I almost pay to them they said to me that the laptop has sold out.
I'm perfectly content with this new laptop of mine. I hope it could bring my luck and happiness.

18 Maret 2014

Welcome March!

It seems silly to me, writing welcome greeting in the middle of the month. This piece should be published 2 weeks ago. However, I cannot make a move. I was really busy this earlier March. If I wasn't, I just didn't have a mind to write something to this blog.
I always wish I could be more diligent, and be better. However, the journey to be a better student is harder than I thought, maybe because I challenge something, or in Physic terms, I have high potential because that difference. I move toward positive but the challenge is really negative.
Argh... I just want to be better. I don't want to promise something, but I want to be better.

17 Januari 2014

First Class

I read this status from my friend in US, I thought this status inspiring so I decided to share it with you guys.

06 November 2013

Prove it!

My friend wrote this on her facebook status. I think it's pretty good so I decide to share it with you guys!

Things happen, whether they are good or bad. When bad things happen to us, we always regret them, wondering what would happen if we had done another way. We couldn't accept them. That's natural and of course, understandable. We are humans, we demand better than what we already have. Things will be worse when ones have done their best, but people around them judge them that they are still not good enough to get what they actually deserve. It hurts, I know. It really does. Feeling not appreciated, in despair, and millions other kind of sad words. But at least, we have done our best. We know that we are better than those judgmental people. We gotta prove that we deserve what we deserve!

25 September 2013

Saya pikir dengan menjadi mahasiswa, saya akan punya lebih banyak waktu luang. Benar, saya memang punya banyak waktu luang. Namun semuanya habis digunakan untuk mengerjakan tugas, belajar mandiri, urus ini, urus itu. Daripada merasa lelah, lebih baik merasa terberkahi saja, karena tidak semua orang bisa mencicipi menjadi mahasiswa.

02 Agustus 2013

Oh, the Places You'll Go!


Oh, the Places You'll Go!

by Dr. Seuss


Congratulations!
Today is your day.
You're off to Great Places!
You're off and away!

You have brains in your head.
You have feet in your shoes
You can steer yourself
any direction you choose.
You're on your own.  And you know what you know.
And YOU are the guy who'll decide where to go.

You'll look up and down streets.  Look 'em over with care.
About some you will say, "I don't choose to go there."
With your head full of brains and your shoes full of feet,
you're too smart to go down any not-so-good street.

And you may not find any
you'll want to go down.
In that case, of course,
you'll head straight out of town.

It's opener there
in the wide open air.

Out there things can happen
and frequently do
to people as brainy
and footsy as you.

And when things start to happen,
don't worry.  Don't stew.
Just go right along.
You'll start happening too.

OH!
THE PLACES YOU'LL GO!

You'll be on your way up!
You'll be seeing great sights!
You'll join the high fliers
who soar to high heights.

You won't lag behind, because you'll have the speed.
You'll pass the whole gang and you'll soon take the lead.
Wherever you fly, you'll be the best of the best.
Wherever you go, you will top all the rest.

Except when you don't
Because, sometimes, you won't.

I'm sorry to say so
but, sadly, it's true
and Hang-ups
can happen to you.

You can get all hung up
in a prickle-ly perch.
And your gang will fly on.
You'll be left in a Lurch.

You'll come down from the Lurch
with an unpleasant bump.
And the chances are, then,
that you'll be in a Slump.

And when you're in a Slump,
you're not in for much fun.
Un-slumping yourself
is not easily done.

You will come to a place where the streets are not marked.
Some windows are lighted.  But mostly they're darked.
A place you could sprain both your elbow and chin!
Do you dare to stay out?  Do you dare to go in?
How much can you lose? How much can you win?

And IF you go in, should you turn left or right...
or right-and-three-quarters? Or, maybe, not quite?
Or go around back and sneak in from behind?
Simple it's not, I'm afraid you will find,
for a mind-maker-upper to make up his mind.

You can get so confused
that you'll start in to race
down long wiggled roads at a break-necking pace
and grind on for miles across weirdish wild space,
headed, I fear, toward a most useless place.
The Waiting Place...

...for people just waiting.
Waiting for a train to go
or a bus to come, or a plane to go
or the mail to come, or the rain to go
or the phone to ring, or the snow to snow
or waiting around for a Yes or a No
or waiting for their hair to grow.
Everyone is just waiting.

Waiting for the fish to bite
or waiting for wind to fly a kite
or waiting around for Friday night
or waiting, perhaps, for their Uncle Jake
or a pot to boil, or a Better Break
or a string of pearls, or a pair of pants
or a wig with curls, or Another Chance.
Everyone is just waiting.

NO!
That's not for you!

Somehow you'll escape
all that waiting and staying.
You'll find the bright places
where Boom Bands are playing.

With banner flip-flapping,
once more you'll ride high!
Ready for anything under the sky.
Ready because you're that kind of a guy!

Oh, the places you'll go! There is fun to be done!
There are points to be scored.  there are games to be won.
And the magical things you can do with that ball
will make you the winning-est winner of all.
Fame!  You'll be famous as famous can be,
with the whole wide world watching you win on TV.

Except when they don't.
Because, sometimes, they won't.

I'm afraid that some times
you'll play lonely games too.
Games you can't win
'cause you'll play against you.

All Alone!
Whether you like it or not,
Alone will be something
you'll be quite a lot.

And when you're alone, there's a very good chance
you'll meet things that scare you right out of your pants.
There are some, down the road between hither and yon,
that can scare you so much you won't want to go on.

But on you will go
though the weather be foul
On you will go
though your enemies prowl
On you will go
though the Hakken-Kraks howl
Onward up many
a frightening creek,
though your arms may get sore
and your sneakers may leak.

On and on you will hike
and I know you'll hike far
and face up to your problems
whatever they are.

You'll get mixed up, of course,
as you already know.
You'll get mixed up
with many strange birds as you go.
So be sure when you step.
Step with care and great tact
and remember that Life's
a Great Balancing Act.
Just never forget to be dexterous and deft.
And never mix up your right foot with your left.

And will you succeed?
Yes! You will, indeed!
(98 and 3/4 percent guaranteed.)

KID, YOU'LL MOVE MOUNTAINS!

So...
be your name Buxbaum or Bixby or Bray
or Mordecai Ali Van Allen O'Shea,
you're off to Great Places!
Today is your day!
Your mountain is waiting.
So...get on your way!

27 Juli 2013

My Flaw


Dalam kesempatan yang langka ini, aku kasih kalian tour ke dalam personality-ku. Temanya adalah kelemahan yang ada pada kepribadianku. Mungkin agak aneh kalau kalian baca ya, tapi setidaknya kalian bisa tahu seperti apa aku ini dan kalian bisa belajar dari apa yang ada pada diriku.
Aku orangnya optimis. Saking optimisnya, kadang-kadang aku jatuh pada hal-hal di masa depan dan tidak focus pada masa sekarang. Sebagai contoh, aku ingin bisa british accent. Aku malah berfikir bagaimana nanti jika aku bisa. Apakah aku bisa lebih charming, or finally with this accent I can hooked up with the girl I like. Aku malah mengabaikan hal yang paling penting. Masa ini.
Masa ini itu penting. Kamu ingin nilai bagus, maka usaha dulu. Jangan berfikir bagaimana jika nilai kamu nanti bagus, apakah kamu nanti akan dianggap pintar, apakah nanti kamu bahagia, dan lain sebagainya. Jika kamu ingin nilai bagus, maka kamu lebih baik untuk berusaha dengan keras. Nila bagus itu upah. Masalah yang ada di aku adalah aku tidak melihat masa ini sebelum liburan ini.
Aku terlalu melihat masa depan dan buta dengan apa yang harus aku lakukan sekarang. Padahal, jika kita focus pada masa ini, kayaknya masa depan bisa digenggam dengan lebih mudah. Dalam hal ini aku belajar banyak dari teman-teman. Teman-temanku yang punya cita-cita tinggi, pasti belajar dengan keras untuk mencapai apa yang dia inginkan. Mereka focus pada apa yang ada sekarang, bukan daydreaming dengan apa yang akan datang.

nah, jika kita itu pengen sesuatu


dia cuma pengen bisa sampai ke tujuan, udah bayangin banyak hal jika nanti dia sampai disana gimana. eh, ternyata dia jatuh karena nggak berusaha dulu


nah, ini yang terjadi jika dia berusaha dengan keras untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. maka untuk mencapai kastil, dia membangun jembatan dahulu


akhirnya sampai deh dia di kastil dengan bahagia karena usaha kerasnya

18 Juli 2013

Beware of Scholarship

Siapa sih yang nggak mau beasiswa? Apalagi kalau beasiswa yng diberikan itu adalah jenis full scholarship. Hmm, membuat kita kepengen grab it and own it right?
Tapi tahukah kalian kalau beasiswa itu selalu ada kelanjutannya. Jarang sekali ada beasiswa yang ngasih kamu uang buat ngelanjutin sekolah tanpa ada apa-apa dibalik itu. Nggak ada. Pasti semua ada syarat dan ketentuan yang berlaku, dan hal itu lumrah.
Nah, disini aku mau share mengenai beware scholarship. Kadang-kadang ketika kita dpaat beasiswa kita langsung bangga banget kan? Wah, bakal sekolah gratis, buku gratis, rasanya kayak orang spesial. Namun, hal itu nyatanya ada banyak hal yang harus kamu tahu. Beasiswa itu kebanyakan meminta kamu untuk berkontribusi balik.
Berkontribusi balik gimana maksudnya? Maksudnya adalah, setelah kamu dapat beasiswa dan kamu bekerja, kadang-kadang kamu disuruh menjadi donatur untuk calon penerima beasiswa yang akan datang. Atau kalau nggak gitu kamu harus melakukan community service seperti ngajar dan sebagainya. Hal itu lumrah sekali, dan aku juga dukung. Istilahnya untuk rasa terima kasih lah, kamu sudah diberi 'gratisan' ketika kamu sekolah, masa kamu melakukan kontribusi balik aja nggak mau.
Apa yang harus kamu waspadai adalah jika beasiswa yang kamu peroleh meminta timbal balik dalam bentuk uang yang sesuai dengan jumlah yang kamu terima. Contohnya, kamu dpaat beasiswa untuk kuliah 50 juta. Di akhir kuliah, ternyata kamu disuruh menandatangani surat yang mengatakan kamu harus membayar 50 juta dalam jangka waktu tertentu. Nah, itu yang bahaya. Itu bukan beasiswa namanya, tapi student loan. Kamu harus hati-hati jika menghadapi hal yang seperti ini. Meskipun kayaknya lunak banget karena nggak adabunganya, tapi tetep aja kamu akan merasa tertipu dengan adanya hal demikian. Oleh karena itu, sebelum kamu nerima atau melamar beasiswa, kamu juga harus lihat, tanya tanya, buka semua lini informasi agar kamu nggak jatuh kedalam lubang. Ok?

Ridiculously Wise

Suatu hari teman saya berkata, ketika kami berdiskusi mengenai tantangan dalam hidup manusia,

"Hidup itu kayak pemerkosaan, kalau nggak bisa ngelawan, nikmati aja"

Perkataan tersebut sungguh sangat bijak dan lucu. Ketika aku sedih, ingat kata-kata yang dia ungkapkan dan aku selalu menyunggingkan senyum.

07 Februari 2013

2013 Resolution: Lebih Teliti

Ketelitian adalah masalah yang sangat krusial namun jarang sekali aku perhatikan dengan sungguh-sungguh. Atau, memang dari dulu aku sudah terbiasa kurang teliti, jadi ada beberapa pekerjaanku yang sayang banget gara-gara kurang teliti tidak menghasilkan sesuatu yang maksimal. Contohnya yang paling melekat adalah kegagalanku di LPIR tahun 2008 gara-gara daftar pustaka penelitianku tidak ada di dalam makalah yang diberikan ke juri. Padahal, presentasiku sudah memukau mereka. Sebenarnya ini bukan murni kesalahnku sih, ini adalah bagian dari kesalahan teknis yang dilakukan fotokopian, namun tetap saja seandainya aku mau mengecek dulu, hal tersebut tidak akan terjadi kan?
Selain itu, kekurangan teliti ku juga berimbas pada nilai-nilai ulanganku yang cenderung biasa biasa saja. Biologi, yang merupakan pelajarn yang seharusnya aku bisa dapat nilai 9, hanya kudapatkan nilai 8-an disini, gara-gara kurang teliti. Selain itu, banyak kejadian serupa yang membuat aku geleng-geleng kepala gara-gara kekurang telitianku. 
Masih ingat sekali aku dulu waktu karya tulis ilmiah menghabiskan kertas hampir satu rim gara-gara kurang teliti. Entah itu marginnya salah, paragrafnya kurang bagus, tidak memenuhi EYD, titik nya kurang, halamannya salah, dan sebagainya. Sehingga aku harus ngeprint berkali-kali yang tentu saja menghabiskan kertas dan tenaga.
Oleh karena itu, di tahun 2013 ini aku ingin menjadi lebih teliti. Pengalamanku dengan kekurang telitian juga mnejerumuskanku pada nilai jelek di ujian SAT 1 ku pada 3 November tahun kemarin, aku hanya berharap di tes SAT 1 ku yang kedua kali pada 26 Januari 2013 ini, nilaiku bisa diatas 1200, semoga bisa 1230 lah, mengingat aku sudah teliti disitu. 
Kejadian yang sangat ceroboh pernah aku pikir telah aku lakukan pada saat ujian, yakni aku salah memasukkan kunci jawaban ke dalam lembar jawaban yang salah. Waktu itu aku pikir sudah section 7, padahal masih section 6. Aku disadarkan teman-temanku kalau kita masih mengerjakan section 6. Mendengar hal tersebut, aku langsung panas dingin, aku cek lembar jawabanku begitu kami diizinkan untuk duduk kembali. Thanks God, ternyata aku nggak salah. Kejadian tersebut cukup memberikanku wake up calls untuk menjadi lebih teliti.
Jadi, menjadi lebih teliti akan menjadi salah satu goals ku di tahun 2013 ini. Apalagi tahun ini akan penuh dengan ujian, ujian, dan ujian. Just wish me luck and succeed in achieving my goals!

06 Februari 2013

Meraih Mimpi Nggak Ada yang Salah

Pagi ini saya sedikit berdebat dengan adik kelas saya. Hal ini disebabkan dia berkata bahwa anak yang pindah haluan, maksudnya dulunya ambil jurusan IPA waktu SMA kemudian pindah ke jurusan yang berkaitan dengan IPS waktu kuliah itu munafik. Saya kakget tentunya, bagaimana mungkin definisi munafik bisa seluas itu? Bukannya mereka yang pindah haluan itu hanya karena baru tahu bahwa hati mereka di IPS? Dia juga berkata dengan pindah haluan tersebut berarti mereka mendorong hegemoni anak IPA? Bagaimana mungkin? Apa sebenarnya kelompok IPA dan IPS itu? Bukannya seharusnya penggolongan itulah yang mendorong diskriminasi? Di luar negeri tak ada yang namanya anak IPA atau IPS. 
Diskusi panas yang singkat tadi diawali dengan pertanyaan saya kepada adik kelas mengenai pembelajaran business studies yang diberikan kepada kelas 10. Kemudian adik kelas saya yang satunya menyahut, pembelajran tersebut useless. Saya tak terima, mana ada ilmu yang useless? Meskipun tingkat intelegensi dia mungkin diatas saya, tapi kalau dari segi falsafah pembelajran saya sepertinya lebih paham. Tidak ada ilmu yang useless, pasti semua ada manfaatnya. 
Dia beralasan lagi karena pelajaran business studies nantinya tidak akan dipelajari lagi ketika akan tersebut masuk IPA. Perlu diketahui, di Indonesia, siswa SMA dijuruskan untuk mengambil pelajaran IPA atau IPS. Bebarap sekolah bahkan ada jurusan agama maupun bahasa. Hal ini sangat berbeda dengan yang ada di luar negeri dimana mereka mengemabil pelajaran yang mereka sukia dan focus di dalamnya, di Indonesia siswa siswi malang ini harus mempelajari satu paket penuh IPA (Matematika, Biologi, Kimia, Fisika), atau IPS (Matematika, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Sosiologi). Mereka tidak dapat memilih lagi pelajaran-pelajaran yang mereka sukai kecuali berpacu pada apket pelajaran yang sudah ditentukan. 
Nah, dari situlah adik kelas saya tadi berkata bahwa mempelajari IPS untuk anak IPA itu tidak berguna, orangnya itu adalah munafik. Ekstrem senkali pernyataannya. Dari sudut pandang saya pribadi, pernyataan tersebut salah. Karena, di abad 21 ini, para pemenangnya malah cenderung dari otak kanan, yang mampu melihat keteratura dari kekacauan. Untuk itu, otak kiri dan otak kanan harus disatukan. Orang IPA juga harus tahu dunia IPS, tahu bisnis, tahu eknomin, sehingga ketika mereka sudah dewasa dan ingin berwirausaha, mereka mampu mengamalkan ilmu mereka untuk kehidupan yang lebih baik. Sehingga, mempelajari IPS itu tidak ada salahnya dan tidak munafik. 
Anak-anak IPA yang pindah haluan ke IPS itu karena mereka baru menemukan impian sebenarnya meeka di dalam dunia IPS itu. Banyak teman saya yang ingin mengambil jurusa IPS seperi bisnis, manajemen, akuntansi, eknonomi, dan lainnya ketika waktu kuliah nanti. Mereka tidak munafik. Saya sendiri adalah anak IPA yang dulu juga sempat mempelajari IPS dan saya menyukainya. Saya juga menyukai science meski ilmu science saya harus terus diasah. 
Jadi, tidak ada yang namanya munafik dalam menuntut ilmu dan tidak ada yang namanya ilmu yang useless. Yang ada hanyalah telat menyadari passion nyata dan ilmu yang tidak dimanfaatkan. Saya sendiri suka memanfaatkan ilmu IPS untuk tujuan baik, seperti menganalisis dampak ilmu otak kiri tersebut terhadap masyarakat. Perlu diketahui juga, saya juga ingin berkarir dalam green economy.

23 Januari 2013

Sebuah Surat Untuk Diri Saya


From: Anies Baswedan
Date: 2013/1/19
Subject: Fw: Salam untuk teman-teman PPI

--------------------------


Kepada Teman-teman PPI
(di Kobe, Jepang)

Assalamu’alaikum wr wb

Saya menulis email ini dalam perjalanan kembali dari Tokyo ke Jakarta. Senang sekali bisa berdiskusi dengan teman-teman di PPI kemarin. Setiap kali perjalanan pulang sesudah berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa yang sedang belajar di luar negeri, ada kenangan yang khusus. 

Diskusi di Kobe kemarin malam mengingatkan saya pada masa-masa kuliah dulu. Saat itu setiap kali ada dialog dengan siapa saja yang datang dari tanah air tercinta, maka banyak urusan di kampus saya jadwal ulang agar bisa pergi ke pertemuan, sekadar untuk mendengar kabar terbaru dari tanah air dan berdiskusi tentang Indonesia kita.

Memang waktu saya kuliah itupun sudah ada internet, sudah ada kabar terbaru yang real-time tetapi tetap saja sebuah tatap muka itu adalah obat kangen kampung halaman.

Pesawat terbang memang sanggup menerbangkan badan kita ke negeri yang jauh, tapi ia takkan pernah berhasil membawa pergi hati dan pikiran dari Indonesia. Sejauh apapun badan pergi, hatinya, pikirannya selalu tertinggal di Indonesia.

Dalam diskusi PPI malam itu saya tersadarkan lagi bahwa sedang bertemu dan menyaksikan sebuah generasi baru, generasi amat terdidik. Anda semua mewakili sebuah generasi baru Indonesia yang akan ikut mendorong perubahan.

Seperti saya katakan malam itu, kalau diukur maka hitungan kilometer jarak anda dengan Indonesia amat-amat jauh. Tapi saya yakin sekali Indonesia kita ada amat dekat dengan benak, dengan hati dan dengan semangat anda.

Selama ini hampir seluruh energi dan perhatian anda dipakai untuk belajar, meneliti atau menulis tapi saya amat yakin bahwa cahaya Indonesia itu selalu hidup di dada anda.

Anda sesungguhnya sedang mewakili kita semua untuk meraih ilmu pengetahuan, mengambil best-practice dari manapun. Setiap hari senin jutaan anak-anak sekolah mengucapkan Pembukaan UUD 1945, sesungguhnya mereka sedang menyebutkan tentang anda dan kita semua.

Republik ini berjanji akan mencerdaskan dan mensejahterakan. Sebagian dari kita sudah mendapatkan janji itu. Anda yang saat ini sedang belajar di negeri-negeri termaju di dunia ini sesungguhnya adalah anak-anak bangsa yang kepadanya janji kemerdekaan itu sudah dibayar lunas: telah tercerdaskan, tersejahterakan, telah menjadi bagian dari dunia yang amat raya dan tentu terlindungi.

Bagi kita yang sudah merasakan janji kemerdekaan, rasanya tidak pantas lagi untuk sekadar mengidentifikasi dan mendiskusikan apalagi mengutuk terus kekurangan bangsa kita.

Daftar kekurangan kita panjang. Tapi ingat, semua bangsa yang maju hari ini dulunya juga pernah tertinggal. Hanya lewat usaha kolektif yang serius dan dimulai dengan mengubah kualitas manusianya maka mereka bisa meraih kemajuan seperti sekarang.

Mengubah Indonesia itu sesungguhnya mengubah manusia Indonesia. Manusia Indonesia yang terdidik dan tercerahkan adalah kunci untuk mempercepat pelunasan semua Janji Kemerdekaan kita.

Kita yang sudah merasakan manfaat pendidikan ini tidak boleh menjadi beban bagi republik, sebaliknya kita harus menjadi motor pendorong. Jangan pilih lipat tangan tapi pilih turun tangan untuk membenahi Indonesia kita.

Seperti saya sampaikan kemarin bahwa iuran terbesar untuk pendidikan itu bukan bea-siswa, bukan buku, bukan fasilitas belajar tapi iuran kehadiran. Kehadiran anda sebagai inspirasi adalah iuran terbesar. Anda memang tinggal jauh dari Indonesia tapi hadirkan diri anda di kelas-kelas tempat dulu anda pernah belajar. Jadikan diri anda yang sudah mendapatkan kesempatan untuk belajar di kampus-kampus terkemuka ini sebagai inspirasi. Sama sekali bukan untuk menyombongkan diri, tetapi untuk menanamkan bibit mimpi, iuntuk menjadi motivasi bagi adik-adik sebangsa.

Buatlah rekaman movie singkat tentang kegiatan anda. Gambaran saat belajar, saat di laboratorium, di kelas, di perpustakaan, di kampus dan di mana saja tempat sekarang anda menuntut ilmu. Jelaskan itu semua sebagai cerita, sebagai narasi kegiatan anda. Lalu kirimkan rekaman itu ke SD, SMP atau SMA anda atau yang lain. Jangan takut dianggap menyombongkan diri, tegaskan bahwa rekaman ini anda kirimkan untuk adik-adik sebangsa agar mereka kelak bisa melampaui keberhasilan anda.

Anda kirimkan rekaman ini sebagai iuran anda untuk menghadirkan mimpi di kelas-kelas di kampung halaman anda dan di manapun di negeri tercinta ini. Titipkan pesan disana bahwa Anda jauh dari tanah air tapi tidak pernah lupa dan akan selalu mendorong kemajuan bagi Indonesia.

Perjalanan anda di Kobe dan di manapun anda belajar tidak akan terlupakan. Jadikan masa di “pengasingan” ini sebagai masa membawa bekal ilmu sebesar-besarnya untuk memberikan makna pada saudara sebangsa.

Jika anda telah selesai belajar, anda tidak harus pulang cepat-cepat. Selesai kuliah langsung pulang itu baik-baik saja, tapi sesungguhnya pulang sesaat sesudah lulus membuat anda hanya bisa membawa pulang ilmu dari kampus dan selembar ijazah bukti telah tamat.

Menurut saya, jika usia masih muda apalagi jika belum ada kewajiban yang harus ditunaikan di tanah air maka akan lebih baik jika anda bisa mencari peluang untuk bekerja dan mencari pengalaman dahulu. Bekerja di institusi yang bagus di negeri maju bisa meluaskan wawasan, menambah jaringan di bidang anda.

Dengan begitu kelak saat pulang anda bisa membawa juga pengalaman bekerja dengan standard profesionlisme yang tinggi dan membawa jaringan yang anda bangun selama bekerja. Kehadiran anda di Indonesia kelak akan lebih berpotensi untuk memberikan manfaat dan makna yang jauh lebih besar. Silahkan anda pertimbangan sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda hadapi.

Selamat belajar, selamat meneruskan perjalanan mulia di tempat-tempat jauh. Kemarin malam saat anda semua memperkenalkan diri, saya perhatikan wajah anda anda satu per satu. Saya menyaksikan anak-anak bangsa yang sedang jauh dari rumah asalnya, jauh dari keluarganya.

Setiap anda menyebutkan bidang ilmu yang sedang dipelajari, dalam hati saya mengatakan pada anda terdapat tanda akumulasi pahala dan didikan yang luar biasa dari orang-tua, dari para guru dan dari lingkungan tempat anda tumbuh.

Kini Anda sedang jauh dari mereka semua untuk meraih ilmu pengetahuan, pengalaman; ya anda pergi jauh untuk belajar, untuk menjawab tantangan zaman dengan mempelajari ilmu-ilmu termutakhir di bidangnya.

Anda sedang melewati jalan mulia. Jaga stamina: stamina fisik, stamina intelektual dan stamina moral. InsyaAllah anda kelak akan meraih kemuliaan.

Keluarga di tanah air tentu bangga dengan keberhasilan studi Anda, tapi saya yakin mereka akan lebih bangga saat keberhasilan studi itu menjadi awal baru kiprah anda untuk tetap memberikan makna pada saudara sebangsa.

Salam hangat dari tanah ibu.

Salam,

Anies Baswedan
----------
Ketika membaca pesan ini, merinding saya dibuatnya. Saya jadi ingat dengan hijaunya Indonesia, dengan langitnya yang berwarna biru cerah dan mataharinya yang hangat sehangat senyuman masyarakatnya. Ketika membaca ini, saya teringat juga akan perjuangan yang saya dan teman-teman saya lakukan untuk meraih Janji Kemerdekaan, yakni sebuah janji untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Saya termasuk orang yang beruntung, bahwa saya bisa merasakan janji tersebut. Sekolah secara gratis di sebuah fasilitas berstandar internasional, meskipun kami tidak pernah gembar gembor standar sekolah kami. Ketika saya menampakkan kaki saya di sekolah ini dan menarik nafas dalam-dalam, teringat Janji Kemerdekaan tersebut dan betapa saya sangat bersyukur sekaligus tertantang, karena saya lah yang bertanggung jawab terhadap generasi sesudah saya nantinya. Saya bertanggung jawab kepada mereka untuk membuat negara ini bukan lagi negara yang terkenal akan kekurangannya, namun negara ini bisa terkenal karena semangat putra dan putri mereka yang berjuang untuk memajukan tanah air mereka tercinta.
Membaca pesan ini juga membuat saya memiliki pandangan fresh terhadap cita-cita saya. Kadang-kadang saya ingin bersekolah untuk bisa mendapat gaji tinggi ketika nanti saya bekerja. Namun setelah membaca ini, niat saya kembali diluruskan. Ada tugas mulia yang menanti, yakni memberikan Janji Kemerdekaan itu kepada orang lain, kepada generasi dibawah saya. Maka, dari sekarang, mari berjuang bersama, wahai putra putri generasi bangsa.

Malang, 23 Januari 2013 di Kamar Asrama

20 Januari 2013

Sowhatever


Kondisi fisik tubuh nggak menentukan kemampuan yang kita miliki.

Saya bisa dikatakan bertubuh pendek bagi seorang cowok. Bagaimana tidak dengan tinggi 160 cm saja tentunya saya termasuk golongan “dwarfs” dalam legenda The Lord of The Rings kesukaan saya, atau saya lebih suka disebut Hobbit, karena saya bisa menghilang dengan cepat, alias lari dan kamuflase.
Seperti yang saya sebutkan diatas, bahwa kondisi tubuh tidak menjamin apa yang bisa kita lakukan dan apa yang tidak bisa kita lakukan. Banyak sekali orang yang bertubuh pendek yang bisa mengubah dunia. Dalam film kesukaan saya tadi, The Lord of The Rings, bagaimana sang Frodo Baggins bisa mengubah nasib Middle Earth dari bayangan zaman kegelapan yang dipancarkan oleh Sauron dan antek-anteknya ke zaman menuju cahaya dengan mengemban tugas menghancurkan cincin milik Sauron. Meski dia bertubuh kecil, bahkan tak mencapai 150 cm, dia bisa mengemban tugas tersebu dengan baik.
Memang, usaha tersebut nyaris mustahil dilakukan oleh makhluk kecil bernama Hobbit yang sering diremehkan. Namun, makhluk kecil tersebutlah yang memiliki kualitas yang tidak dimiliki oleh orang besar yang lain. Makluk kecil tersebut, malah yang memiliki keyakinan paling kuat dan kebaikan hati yang mampu menenggelamkan kegelapan.
Dalam kasus saya, sudah sering saya diremehkan secara diam-diam (mungkin saja, saya juga kurang tahu). Tetapi sepertinya banyak yang meremehkan saya karena saya pendek dan kurus kering. Tetapi dari kondisi tersebutlah yang membuat banyak orang seperti saya merasa terdorong untuk melakukan suatu hal besar yang tidak bisa kami lakukan.
Jadi, kebaikan saya bukan karena memang saya dari dulu baik. Saya memutuskan untuk berbuat baik. Maka, saya selalu berusaha sebaik mungkin. Oke, mungkin ini terdengar bahwa saya terlalu memuji diri saya sendiri. Namun, saya hanya ingin anda mendapatkan tone dari pesan ini.
Jadi begini ceritanya, korden kamar saya rusak karena perapatnya hilang. Saya tidak tahu benda itu disebut apa, yang pasti fungsi dari benda itu adalah untuk menghalangi agar benda tersebut jatuh. Tidak ada makhluk tinggi di kamar saya yang peduli. Padahal, hanya perlu diperlukan sedikit naik jendela dan mereka tak perlu berjinjit untuk bisa membenahi korden. Namun sayangnya tidak ada yang mau melakukannya, mereka cenderung mengabaikannya.
Mungkin inilah selalu kita lakukan jika kita memiliki kekuatan. Kita cenderung mengabaikan sesuatu yang kita anggap kurang penting dan tidak berguna. Dalam kasus saya adalah membenahi korden, meskipun hal tersebut  kurang gentle bagi seorang lelaki.
Akhirnya, saya memilih untuk turun tangan setelah saya berusaha untuk tidak memedulikannya beberapa hari. Nmaun semakin lama tidak saya pedulikan, korden tersebut tetap tidak ada yang membenahi. Akhirnya dengan kesadaran yang coba saya kumpulkan, saya benahi korden yang jatuh melambai itu.
Saya naik jendela dan berjinjit untuk bisa meraih koren yang melambai itu. Tangan kanan saya berpegangan erat pada besi jendela yang terbuka. Sedangkan tangan saya mencoba memasangkan korden tersebut kedalam teralisnya. Saya berusaha keras untuk tidak bergetar. Saya harus berjinjit dan tangan saya mengangkat tinggi untuk bisa membenahinya. Setelah beberapa lam, akhirnya saya berhasil membenahi korden tersebut. Saya melakukannya sendirian, meski makhluk tinggi ada disekitar saya dan tidak melakukan apa-apa.
Saya tidak tahu sebenarnya apa yang harus saya lakukan. Mungkin mereka merasa saya tidak butuh bantuan, karena saya memang tidak meminta bantuan. Saya tidak tahu siapa yang lebih egois disini. Saya eois karena membenahinya sendirian, saya memang tidak pernah menyuruh orang untuk membenahi korden tersebut. Atau mereka yang lebih egois karena berdiam diri saja dan tidak proaktif untuk membantu.
Saya tidak tahu siapa yang lebih rendah. Namun saya berjanji kepada diri saya, jika saya punya kekuatan, saya akan menggunakannya untuk melakukan kebaikan dan menolong orang lain. Tidak peduli saya ini mengidap disabilities atau tidak, dan saya yakin orang-orang diluar sana juga akan melakukan hal yang sama.

17 Januari 2013

Long Gone : Math

Rasanya bisa nulis lagi di blog seperti memiliki waktu tersendiri yang bisa aku bawa kemana-mana di kantungku. Aku sibuk sekali akhir-akhir ini dan selalu tidak sempat untuk membuka blog ini dan menulis beberapa katah kata sekedar untuk menghidupkan detak jantung blog yang mulai melemah ini. Seiring dengan lamanya aku absen dari dunia blog ini, aku disibukkan di dalam dunia akademis yang menguras semua energiku.
Ok, to be honest, aku nggak terlalu masuk ke dalam dunia akademis, namun lebih kepada... hmm, bingung sebenarnya. Kalau aku mengatakan bahwa aku terserap dalam dunia akademisku alias sekolah, rasanya kurang benar juga, karena aku juga masih punya banyak waktu untuk hal-hal lain. Terutama waktu untuk merenungi diriku sendiri. Entah kenapa aku selalu menjadi anak yang bodoh di kelas.
Hm, tidak benar-benar bodoh, tetapi aku bodoh terutama dalam hal matematis dan logical and critical thinking secara teoritis. Aku kurang sekali dalam bidang tersebut. Maka dalam rangka resolusi tahun 2013 ini, aku ingin bisa menjadi anak yang "geek" dalam dunia logika matematis yang rumitnya seperti labirin-kadang-kadang-.
Yang jelas, dalam konteks yang lebih intelek, aku ingin bisa berubah menjadi orang yang lebih baik. Jika sebelumnya saya membenci matematika, maka aku akan mulai menyukainya. Mungkin saja aku bisa menyukainya, karena aku mulai melihat matematika itu sebagai suatu proses kreatif, bukan hanya asal hitung saja.

06 Januari 2013

The Historian

It is a fact that we historians are interested in what is partly a reflection of ourselves, perhaps a part of ourselves we would rather not examine except through the medium of scholarship; it is also true that as we steep ourselves in our interest, they become more and more a part of us

24 Desember 2012

Imperfection



Ring the bells that sill can ring
Forget your perfect offering
There is a crack in everything
That's how the light gets in

--Leonard Cohen

20 Desember 2012

Pelangi Sebelum Kiamat

Banyak orang bilang kalau tanggal 21 Desember 2012 (201212) dunia akan kiamat. Tetapi, who knows? Only God knows when the doomsday will come. Untuk orang biasa seperti kita, kita nggak tahu kapankah kiamat akan datang, apakah besok, minggu depan, tahun depan, atau bahkan malam ini ketika kita syik tertidur. Siapa tahu?
Faktanya, banyak orang yang memberitakan kalau ternyata, even 20-12-12 yang merupakan kalender terakhir dari Suku Maya itu akan benar-benar terjadi kiamat. Banyak orang-orang di negara-negara seperti cina memborong banyak persediaan makanan kaleng dan pakaian hangat untuk menyelamatkan diri dari kiamat.
Parahnya lagi, dibeberapa negara ada yang membangun bungker, seperti di Australia yang mewajibkan orang yang ingin tinggal di dalamnya membayar sejumlah uang sebanyak 50 juta. Di beberapa negara yang lain, kalau tidak salah China juga membangun seperti bola anti radiasi, suhu panas, dan sebagainya utuk menyelamatkan diri dari kiamat. Lucunya, kalau ini benar-benar kiamat, seharusnya tidak ada yang bakal selamat. Bukankah sudah dijelaskan diberbagai kitab suci.
Jujur, aku percaya kalau kiamat itu benar-benar ada. Tetapi, sepertinya tidak mungkin terjadi besok, karena tanda-tandany belum ada. Meskipun hal tersebut tidak menutup kemungkinan tetap terjadinya hari kiamat.
Hal aneh terjadi hari ini di langit asramaku di Tlogowaru. Ada pelangi yang indah banget di langit bagian timur laut. Pelangi yang muncul hanya sebentar tersebut sangat indah. Pelangi tersebut benar-benar hasil sapuan kuas dari Tuhan. Indahnya tidak bisa aku gambarkan, seperti ada cuplikan surga dari pelangi tersebut.
Pelangi tersebut berwarna me ji ku hi bi ni u yang indah dan cerah. Langit dibelakangnya berwarna keemasan karena matahari sore dan hal tersebut tambah indah dengan warna hijau yang membingkai bawahnya. Seisi asrama heboh gara-gara pelangi tersebut. Beberapa anak bahkan mengatakan kalau ini adalah The Best Rainbow yang pernah mereka lihat.
 
Aku sudah menghitung-hitung berapa kali aku pernah melihat pelangi di asrama. Seperti dan seingatku aku hanya pernah melihat pelangi sebanyak 3 kali. Ketiga-tiganya indah, tetapi pelangi inilah yang terindah karena langit berwarna keemasan, bukan gelap. Jadi, menurutku kalau besok memang kiamat, ya sudah terjadilah. Meskipun sejujurnya aku belum siap.