31 Desember 2012

Perjalanan Dengan Angin

Monumen Wisata Kelud menyambut pengunjung sebelum masuk ke wilayah Kelud lebih dalam.
Sebagai seorang yang berasal dari Kediri, seharusnya saya lebih sering mengunjungi tempat wisata di kota saya sendiri. Tetapi kenyataannya, saya jarang sekali bepergian. Meskipun kalau ditanya ingin atau tudak, saya tentu ingin sekali. Nah, begitu pula dengan kunjungan ke Kelud ini. Saya baru satu kali pergi ke Kelud, yakni ketika saya kelas 2 MTs dan Kelud sedang panas-panasnya melahirkan anak.

Sebenarnya keinginan ini sudah ada sejak dulu, kemudian menggebu-gebu ketika membaca buku Ring of Fire karangan Lawrence dan Lorne Blair. Ketika teman-teman SMA saya yang berdiam di Kediri mengajak saya ke Kelud kemarin, saya sebenarnya senang sekali. Namun apa daya, tidak ada yang mengantar. Barulah hari ini, (31 Desember 2012) saya dan Danang berkesempatan ke sana.
Gunung Kelud, yang baru-baru ini terkenal gara-gara fenomena alamnya melahirkan anak gunung, sebenarnya sudah menjadi objek wisata sejak lama. Gunung yang ada di tiga wilayah ini secara historis maupun geografis milik Kediri. Jika ditempuh dari Kota Kediri,  mungkin butuh waktu 1,5 jam untuk bisa sampai di Kelud. Namun karena rumah saya dan danang lebih dekat, kami hanya butuh kurang dari satu jam untuk bisa sampai ke sana.
Jalanan di Kelud dan pemandangan yang disajikan seperti satu kesatuan. Jalanan yang berkelok-kelok namun tidak terlalu tajam ini diapit oleh bukit, lembah, dan panorama khas film The Lord of The Rings. Pegunungan kecil Kelud mencuat dimana-mana berlapis hutan hijau kekuningan. Jalanan yang berkelak kelok malah seperti sungai yang mengaliri Kelud dengan pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Kabut menggayung dbeberapa tempat dan menambah kesan mistis. Dengan kamera ditangan, banyak sekali orang yang mengabadikan bagianzamrud khatulistiwa ini. Sayang sekali saya dan Danang tidak membawa kamera. Untung sekali HP saya ada kamera, meski tidak terlalu bagus namun dengan teknik yang tepat pasti bisa mendapatkan hasil bagus.
Berdua naik motor, kami harus membayar tiket masuk sebanyak 21 ribu rupiah, yang menurut saya terlalu mahal untuk wisata rakyat. Belum lagi kita harus bayar biaya parker 3000 rupiah. Seharusnya biaya untuk masuk tempat wisata rakyat lebih murah, agar banyak orang bisa datang. Yang paling saya sayangkan adalah, dengan tiket sebesear itu ternyata fasilitas yang ada juga tidak terlalu wah.

Pemandian Air Panas
Tangga yang harus kami lalui menuju pemandian air panas.
Setelah memarkir motor, kami berkeliling di tempat sebentar untuk melihat-lihat pemandangan wilayah Kediri yang cukup bagus dari atas ini. Setelah itu kami meneruskan untuk turun kebawah menuju kolam air panas yang merupakan objek baru di wisata kelud. Ternyata tangga menuju tempat itu sangat panjang sekali. Kakinya Danang sudah gemetar ketika kami sudah sampai di bawah. Ketika kami sampai, ternyata sedang ada pembangunan kamar mandi dan bangunan yang seperti loket pembayaran.

Sungai belerang yang indah.
Pemandian dilihat dari atas.
Ada 3 kolam air panas yang sewarna madu di dalamnya. Orang-orang tanpa ragu berendam disitu dengan bergerombol. Sepertinya mereka sedang melaksanakan wisata keluarga. Saya coba cek airnya. Ternyata hangatnya pas dan nyaman. Sungai disamping air panas itu indah karena batu-batunya berwarna merah karena sulfur. Aliran air panasnya pun indah entah kenapa artistic, meskipun sangat disayangkan, diatasnya ada pancang-pancang yang merusak keindahan.


Wisatawan menikmati berendam ai panas.
Setelah berkeliling dan memfoto-foto tempat itu, saya duduk sambil merendam kaki saya dengan air panas. Hari itu lebih indah ketika matahari tak terlalu menyilaukan mata dan ada music dari ThePianoGuys yang bergaung ditelinga saya. Saya memang membawa MP3 player kesana. Saya tidak derendam , karena saya memang tidak tahu kalau kolam air panasnya sudah selesai dibangun. Jadi saya memutuskan untuk berkeliling dan berpisah dengan Danang.

Bagian lain sungai belerang yang indah.
Lingkungan di sekitar kolam air panas tersebut ternayat cukup indah. Tetapi kurang menarik karena hanya ada warna hijau dimana-mana. Seandainya pengurus disini mau menanam beberapa bunga, pasti tempat ini tambah menarik.
Setelah beberapa lama, saya putuskan untuk melihat anak gunung kelud yang legendaris sehingga saya putuskan untuk meninggalkan Danang sendirian di kolam air panas. Ternyata menaiki tangga yang berates-ratus ini sangat melelahkan. Beberapa kali saya harus istirahat untuk bisa sampai ke atas. Saya dengarkan lagu dari MP3, saya copot sandal saya, dan saya mulai berjalan cepat lewat pinggir tangga yang mulus.

Terowongan Kelud
Saya sudah sampai di depan terowongan buatan di Gunung Kelud yang merupakan jalan menuju anak Gunung Kelud, yang dulu merupakan kawah yang terkenal. Gua itu panjangnya pasti lebih dari 100 meter dan gelap, hanya ada beberapa lampu kekuningan yang menyinari kedua sisi setiap jarak berapa langkah. Ketika masuk, suara kit akan menggema dan ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang usil untuk meniru suara hantu. Melewati gua ini rasanya seperti memasuki ruang bawah tanah Hogwarts dengan lampu-lampu itu adalah obor. Menarik sekali.

Tanda penunjuk jalan setelah terowongan.
Anak Gunung Kelud

Anak Gunung Kelud dilihat dari atas.
Setelah beberapa lama berdiri di depan penunjuk jalan, saya putuskan untuk turun dulu menuju wilayah kawah yang sekarang menjelma menjadi Anak Gunung Kelud. Tidak mmebutuhkan waktu lama dari gua, Anak Gunung Kelud yang berwarna hijau kehitaman tersebut muncul dari wilayah yang dulu merupakan kawah. Orang-orang ramai mengabadikan salah satu fenomena alam di gunung ini. Jasa fotografer instan juga laris manis dengan jasa foto keluarga langsung jadi.
Tebing Kelud yang indah.
Saya putuskan untuk memfoto dengan HP saya dan berkeliling lebih jauh, sebisa mungkin bisa melihat lebih jelas tebing curam dari gunung kelud. Di bagian selatan Anak Gunung Kelud, ada sebuah tebing curam tinggi yang tersususn dari batu-batu kotak memanjang. Tebing tersebut tertata sangat artistic. Beberapa kali saya dengar orang menggumamkan sesuatu seperti kata-kata kuasa ilahi. Saya terus berjalan dan menemukan sebuah pecahan batu yang hamper bersudut 90’ dengan lurus sekali sepanjang 8 kali panjang rentangan jari tangan saya. Batu tersebut juga sangat mulus sekali. Benar-benar kuasa ilahi. Di daerah itu saya juga menemukan tumbuhan paku purba. Setelah puas memfoto-foto, saya putuskan untuk kembali ke pos awal dan bertemu Danang. Apalagi langis sudah mulai kelabu dank abut mulai turun. Beberapa kali suara gelegar awan terdengar, kemudian titik air mulai turun dengan pelan.
Dengan menjinjing tas kayu rajutan milik Danang yang saya pinjam, saya bergegas untuk kembali.
Campsite

Tebing tadi dilihat dari Campsite, seperti Colosseum.
Ketika saya akan kembali, saya penasaran dengan salah satu tanda, Campsite. Wilayah yang diperuntukkan untuk berkemah tersebut terletak di bagian selatan, jika dari gua kita langsung berbelok ke kanan. Setelah menaiki beberpa tangga, kita akan menemukan wilayah berkemah yang tak begitu luas, dan tersuguhi oleh pemandangan yang menarik.
Dibagain timur wil. berkemah, tebing tinggi yang saaya bicarakan tadi ternyata mirip sekali dengan bangunan Colossoum di Roma. Batuan kotak memanjang seperti pilar-pilar tinggi Colosseum yang megah dan kuno. The Colossus of Rhode alami dari alam.

Pulang
Mendapati diri saya kemabli berjalan melewati gua yang gelap tidak membuat saya berhenti berpikir mengenai keindahan yang saya saksikan tadi. Namun, semuanya buyar ketika saya menyadari bahwa saya harus bertemu dengan Danang. Setelah saya berkeliling dari mulai pos-pos istirahat, hingga temapt parkis, saya mendapati dia sudah duduk santai di salah satu bangku pos istirahat yang sudah saya lewati sebelumnya.
Edelweiss Jawa, Anaphalis javanica
Setelah melepas lelah sejenak sambil memakan buah rambutan yang kami bawa dari rumah, kami putuskan untuk pulang. Apalagi kabut semakin tebal dan cuaca semakin dingin diatas sini. Setelah mengambil motor kami berjalan pulang melewati jalanan aspal berkelak kelok seperti sungai. Disinilah kami mendapatkan kesenangan yang sebenarnya. Ketika kami pulang, mayoritas jalan adalah turun. Sehingga kami mencoba mematikan mesin motor dan aneh bin ajaib, sepeda motor yang kami tumpangi melaju dengan kencang, meskipun jalanan menanjak.
Kabut yang menggantung ketika kami pulang.
Kami teriak-teriak seperti orang gila yang menaiki Roller Coaster melewati pegunungan. Udara gunung kelud yang tadinya dingin sekarang mulai sejuk menghempas muka kami yang bebas. Panorama di sekitar kami berkelebat dengan cepat seiring cepatnya sepeda motor kami melaju. Kami hanya menyalakan mesin selama 4 kali untuk jalanan menanjak yang tak sanggup diatasi oleh gaya dorong pada motor kami. Selanjutnya, motor kami terus melaju, melewati kebun-kebun di wilayah Kelud, melewati pos masuk Gunung Kelud, melewati rumah-rumah penduduk, terus melaju hingga kami hampir memasuki wilayah Desa Wates. Danang berteriak kegirangan, “Kita seperti naik angin saja”, Aku menjawab dengan senyum lebar, “Memang, seperti perjalanan dengan angin”, aku meneruskan setelah berpikir sejenak, “Seharusnya pemerintah memasukkan tips ini dalam panduan wisata, Perjalanan Dengan Angin”.

30 Desember 2012

Terhipnotis oleh A Separate Peace


I never killed anybody and I never developed an intense level of hatred for the enemy. Because my war ended before I ever put on a uniform; I was on active duty all my time at school; I killed my enemy there.
Cuplikan paragraph ini adalah bagian yang paling mewakili dari novel yang digarap dengan indah oleh John Knowles ini, dan membuat saya tergila-gila sepertinya, meski dalam bahasa inggris. Novel yang bercerita mengenai persahabatan 2 laki-laki remaja di sebuah sekolah berasrama bernuansa Perang Dunia II menyimpan sisi gelap yang mengejutkan.
Sebenarnya saya punya buku ini sejak 2011 lalu, yang terbeli saat ada gelaran buku discount import. Saya membelinya karena ketika membaca cuplikannya seperti ada hubungannya dengan saya, selain itu saya juga ingin menghabiskan uang saya di buku itu, investasi istilahnya. Namun setelah buku itu terbeli, buku tersebut hanya tersimpan rapi di lemari, saya sentuh beberapa kali untuk mencoba membacanya, namun saya kembalikan lagi. Barulah saat liburan ini saya bisa membacanya dan saya benar-benar terserap oleh karenanya.
Buku ini entah kenapa memberikan warna baru mengenai persahabatan, dan lebih dalam lagi, mengenai diri sendiri. Peperangan antara malaikat dan setan, antara kenyataan dan dunia maya.
Saya belum pernah membaca novel karya John Knowles, namun buku ini, tidak seperti novel yang lain, sungguh sangat konsisten dengan alurnya. Meskipun jika belum terbiasa dengan buku English maka orang akan mudah bingung, buku ini mampu menghipnotis saya. Bahwa sayalah yang menjadi pemeran utamanya, karena memakai kata ganti saya. Buku ini layak dibaca dan sungguh-sungguh merupakan bacaan yang berbobot dan keren.
Saya bahkan hamper menangis dan terharu, pokoknya perasaan saya bercampur aduk gara-gara novel ini. Ada perasaan sedih yang tidak bisa saya keluarkn dan membuat saya ingin menangis tapi tak bisa. Entahlah, saya ingin menjadi Gene lagi.

29 Desember 2012

Harvesting Oryza

Ini adalah hasil dari jerih payahku,

Jadi beginilah aku menghabiskan liburanku. Hmm, nggak menghabiskan sebenernya, tetapi lebih kepada mnegisis kegiatanku dengan kegiatan seperti ini. Farming. Yeah, this is true and may be it sounds odd to people that know me. This is the truth, my family has a small field in another village. We planted it with rice, corn, and many things. Mostly makanan pokok.
Kebetulan sekali, waktu aku liburan ini kami sedang waktu panen. Pertama panen adalah jagung. Jadi, hari-hari pertama di rumah aku habiskan dengan membantu memanen jagung di sawah. Sepertinya ini baru pertama kali dalam beberapa tahun terkahir. Don’t get me wrong, dulu aku suka pergi ke sawah. Namun dengan kesibukan ini, membuatku jarang bisa keluar untuk pergi ke sawah. Jadinya, aku membantu ibuku untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, dan menjadi asisten masak nya.
Hmm, bulir-bulir padi yang akan berubah menjadi nasi

Nah, baru tadi pagi kita mau memanen padi. Ibuku sudah sangat sibuk dari pagi untuk mempersiapkan syukuran atas panen padi yang menurutku tidak usah terlalu heboh seperti memasak ayam segala. Aku berkata pada ibuku bahwa membuat bubur merah sudah cukup. Tetapi karena beliau keras kepala, pagi-pagi ayam kampung peliharaan kakakku sudah tak bernyawa dan sudah matang di tangan ibuku.
Syukuran seperti itu dulunya dilakukan dengan menyertakan kemenyan dan makan terseut tidak akan disentuh manusia. Hal ini diilhami animism dan juga hindu di Indonesia, meskipun kedua orang tuaku muslim. Dulu ketika aku masih kecil, mereka masih melakukan kegiatan ini. Nmaun ketika aku sekarang sudah cukup besar, kebiasaan persembahan kepada Dewi Sri tersebut dirubah menjadi syukuran ala islam.
Sebenarnya aku tidak ingin pergi ke sawah. Aku ingin bediam diri di rumah, menonton film dan juga belajar SAT kalau mood, sambil mendampingi ayahu yang sebulan lalu mengalami kecelakaan. Namun apa boleh buat, ternyata pada pukul satu siang kakakku sms menyuruhku untuk perg ke sawah mengantarkan minum. Tentunya aku menolak dengan alasan tidak ada sepeda. Namun setelah dipikir-pikir mungkin di sana mereka kehausan dan air minum dariku lah satu-satunya pertolongan. 

Me and Happy!

I was wrong. Setelah menempuh sepeda tua sekitar 20 menit ke sana, ternyata kakakku pulang ke rumah dan ketika aku sampai disana, merek atidak butuh air minum sebanyak yang aku bawa, sekitar 3 liter. Akhirnya aku memutuskan melahap nasi sisa syukuran utnuk makan siang dan membantu Ibuku memanen padi. Ternyata, memanen padi tersebut menyenangkan.
Memanen padi yang pertama aku pikir bakalan melelahkan dan kotor ternyata bisa menjadi terasa seperti piknik. Cuaca juga mendung, jadi menebas batang padi pun terasa lebih enak dan sejuk. Rasanya seperti benar-benar aku menjadi anak orang tuaku. Kau tahulah, sifatku dan sifat mereka cukup berbeda, meski secara fisik tidak. 

Padi siap panen...
Liburan di sawah memang sungguh diluar dugaan dan sangat mengasyikkan. Apalagi kalau kamu membawa kameramu ikut serta. Jadi, aku lampirkan beberapa foto yang bisa menunjukkan seperti apa sih memanen padi itu. 

27 Desember 2012

Retake SAT



Alhamdulillah, I can retake the SAT 1 in this January. This is will be the most important agenda in this month, because it can determine whether I can continue my study abroad or not. I know it will be difficult and full of twist and turn, plus I should study the SAT by myself will add this challenge into misery. However, I’m positively believed that I can reach the standard given by the KSB.
The difficulties will focus mainly in time management, then in the plethora of SAT materials that I must understand and mastered. Time management in this January will be hard, because I have many exams waiting, exams for UNAS, try out, homework from teachers, school exam, and many exam that I don’t know how to name it.
Moreover, the plethora of SAT materials I must mastered in about one month starting from now. Luckily, I bring SAT books, Princeton Review in my holiday. So, I could open it to remember the materials that already given by Keith and Kak Sandy on last November. After that course, I know that my weakness in math. I have a good score in English, but it will not help me much if I can’t increase my ability in math. So, as you guess, I will make mathematic as my priority in studying the SAT.
Why I’m positive about this second opportunity? Because I learned many things from my first SAT test that turned out to be failure, but gave me a bountiful of precious experiences. On this second chance, those experiences will guide me through the darkness of SAT examination path (Oh, I’m too exaggerate this).
Beside of that, I have many prodigious friends adept in the SAT, especially mathematic like Nain (my sister because we are in same house, Manta ray), Jaya (My classmate and close friends who skillful in almost everything), and Bimly (A really smart boy from Banyuwangi whose father is headmaster in senior highschool in his city). Those are small of my friends who really impressive especially in academic. I also have many friends that willing to help and pray for me. Especially the students that retake the SAT, if we can help each other, I believe getting score 1200 in hand is possible.

Paranoid


Sepertinya harus aku katakana dengna jujur kalau aku paranoid dengan organisasi berbau keagamaan. Meski aku sendiri tergolong dari keluarga yang taat, yang biasanya lebih fanatic terhadap hal-hal yang bebrbau agama, jika mengikuti organisasi tersebut rasanya aneh.
Hal itu terutama didasari oleh banyaknya organisasi keagamaan yang cenderung menjurus pada kasi-aksi anarkis dan menjauh dari nilai-nilai keagamaan mereka sendiri. Di dalam agama Islam contohnya. Banyak sekali orgnaisasi yang berbaiss islam yang malah kehilangan esensi islam. Organisasi sepeeti ini biasanya sanat cantik dalam mengemas diri mereka sehingga sulit diketahui.
Aku sendiri kurang tahu organisasi apa saja yang cenderung ekstremis. Namun, aku sendiri cenderung menutup diri dengan hal-hal berbau seperti itu. Aku tidak mau terlibat dnegan hla-hal tersebut. Apalagi kalau sampai terikat jaringan teroris, jangan deh.
Oke, aku adalah muslim, dan aku tak tahu kenapa mungkin cenderung sedikit liberal dan rasional. Aku tidak percaya dengan budaya-budaya jawa yang lebih mengarah kepada animisme, aku kurang percaya dengan setiap organisasi yang berbaiss keislaman, terutama yang aneh-aneh. Aku hanya berharap agar Allah melindungi aku dari setiap organisasi yang menjurus pada pencucian otak dan berbagai hal yang aneh-aneh. Aamiin…

26 Desember 2012

Pengen Nulis Novel

Setelah membaca buku Ring of Fire nya Lawrence and Lorne Blair, aku jadi pengen nulis novel mengenai hal serupa. Tetapi lebih kepada fiksi semacam The Lord of The Rings dan sebagainya. Hmm, harus segara mulai riset nih, kalau ingin serius.

Happy Friends


Main di kos-kosannya jayen. Sumpah, kos-kosan ini cuma 250ribu sebulan. Gila nggak? urah puol...
Senangnya bisa bertemu dengan teman-teman saat liburan. Sumpah, senang sekali seperti hari raya datang lebih awal atau aku mendapat prestasi yang bagus di sekolah. Apalagi jika teman-teman tersebut merupakan sahabat kalian. Wah, tambah berlipat kesenangannya.
Jadi, kemarin, tanggal 25 Desember 2012, aku bertemu dengan teman akrabku di junior high dulu, MTsN Kediri 2 (ya, aku dari MTs dan masih banyak anak yang kaget dengan fakta ini). Mereka adalah Jayen, Ivan, Rofiq, dan Thoriq. Pertemuan degan mereka sungguh-sungguh diluar rencana.
Sebenarnya, pertemuan tersebut dilandasi pembehasan mengenai keinginan Jayen dan aku untuk pergi ke rumah Thoriq, Lumajang untuk  hiking dan kegiatan lain. Sehingga saat itu aku hanya meminta Jayen dan Thoriq untuk bertemu bersama. Namun, setelah satu hari, info ini untungnya tersebar ke teman-teman yang lain, Rofiq dan Ivan melalui chatting facebook. Jayen mengajak Ivan, aku mengajak Rofiq.
Pada awalnya, pertemuan akan dilaksanakan di rumah Jayen, namun dia pikir pertemuan akan lebih enek jika dilaksanakan di rumahku. Hal itu disebabkan Thoriq ternyata ada di daerah Wates, dan dia meminta tolong Jayen untuk menjemputnya, jadi jadilah rumahku sebagai markas.
Mengetahui berita ini, aku segera bergegas pergi ke pasar pada senin pagi waktu setempat untuk membeli nutrijell. Aku tahu aku harus membelinya karena aku berpikir bahwa semua orange akan suka jeli. Selain tiu, aku juga mempersiapkan hal-hal lain.
Akhirnya, pada hari Selasa pagi, aku terbangun karena saatnya subuh dan saatnya untuk mengolah nutrijell itu. Jadilah sepagian itu aku berada di dalam dapur, membantu ibuku untuk memasak dan memasak keperluanku sendiri. Setelah masakan terakhir selesai, yakni membuat sambal terasi yang terlalu asin bagiku, aku mandi dan mulai menunggu mereka dengan bersih-bersih kemudian membaca buku Harry Potter kesukaanku.
Saat menunggu itulah saat yang paling menyebalkan, apalagi ditambah habisnya masa aktif pulsaku yang membuat aku tidak bisa memastikan apakah teman-temanku jadi datang atau tidak. Pada saat itu Rofiq sudah mulai sms aku untuk konfirmasi, namun aku tidak bisa membalasnya. Akhirnya, aku memutuskan untuk membeli pulsa setelah menukarkan uang seratus ribuanku dengan uang pecahan dupuluh ribu dan lima ribuan.
Aku tak menyangka pada awalnya kalau kedatangan Jayen juga diikuti oleh Ivan. Pada saat itu aku tidak tahu kalau Ivan juga akan datang ke rumahku, mengingat rumahnya sangat jauh. Namun, mereka berdua disana, tersenyum lebar kepadaku dan aku membalas senyuman mereka dan menyambut mereka. Mereka tidak terlihat bebeda semnejak kami berpisah di MTsN Kediri 2. Ivan tetap dengan model rambutnya, dan Jayen tetap juga dengan bentuk tubuh seperti itu, meski dia sudah mulai tumbuh kumis. Setelah bertukar kabar sebentar, kami memutuskan untuk pergi ke rumah Thoriq yang ada di Wates.
Dibonceng oleh Jayen, kami bertiga pergi untuk menjemput Thoriq pagi itu di daerah Wates. Kebetulan, pada saat itu Thoriq ada di Wates untuk acara keluarga. Rumah neneknya Thoriq sebenarnya tidak sulit untuk ditemukan, namun karena ada 3 rumahnya di situ, membuat kami sempat salah rumah.
Akhirnya, duduk dengan tenang di beranda rumah nenek Thoriq, aku, Jayen, Ivan, dan Thoriq saling bertukar kabar dan juga bercanda sambil menghadap jajanan dan kue-kue dari acara keluarga Thoriq di depan kami. Setelah beberapa saat disitu, Rofiq ternyata sudah sampai di rumahku. Dengan perasaan kurang enak aku meminta teman-teman untuk lebih cepat. Akhirnya setelah beberapa lama Thoriq meminta kami untuk naik mobilnya saja dan menitipkan sepeda motor yang dimiliki Jayen dan Ivan di rumah Thoriq. Jadilah kami ke rumahku memakai mobil yang kaca sebelahnya pecah akibat kecelakaan yang dialami Thoriq (untung, kalau orang tidak tahu, mungkin mereka anggap kala kaca jendela tersebut memang kami sengaja buka).
Setibanya di rumahku, kami berniat untuk mengerjai Rofiq sebentar, namun ternyata di acuh saja dan tetap membaca buku Harry Potter yang aku suruh baca pada saat itu sambil menunggu kami dari rumah Thoriq yang kurang sukses.
Akhirnya duduk berlima di dalam ruang tamu kami bertukar kabar, bercanda, menanyakan kabar sekolah masing-masing yang sangat menarik dan berbagai hal. Karena ada buah rmabutan yang sedang berbauah dan juga jelly yang menunggu untuk dihidangkan, aku memutuskan untuk mengihdangkan buah rambutan terlebih dahulu kemudian buah jelly yang cukup disukai teman-teman. Rofiq beberapa kali membuat gerakan lucu dan menjengkelkan dengan jelly tersebut. Ada juga istilah mengenai Bacula (Bocah lelelt, lucu, dan allay) dan hal-hal lucu lain.
Akhirnya tibalah kami pada acara utama, yakni mendiskusikan mengenai rencana liburan kmai untuk pergi ke Lumajang dan hiking. Namun ternyata setelah diskusi yang cukup lama dan mempertimbangkan berbagai hal, kami akhirnya sepakat untuk melkaukannya pada saat setelah kami selesai UNAS, meski Rofiq sudah tidak perlu ikut UNAS karena sudah masuk ITS (dia ikut progarm akselerasi saat SMA).
Kemudian setelah itu kita makan siang bersama dengan sate dan gulai kambing yang menurutku secara pribadi, kurang enak yang dibeli dari warung dekat masjid. Sate langgananku tuutp saat itu, jadi dengan terpaksa beli yang ini.
Setelah makan siang kami menonton film In Time sambil berdiskusi. Sebelum itu kami sempat mencari film-film yang menarik, sempat juga menonton Bayu SKAK yang garing menurut opiniku. Kami juga sempat menonton film Incepion yang saat itu rasanya terlalu berat untuk dilihat. Akhirnya pilihan kita jatuh pada In Time, aku dan Rofiq yang sudah pernah menonton menjelaskan kepada mereka mengenai film tersebut. Sambil memakan kerupuk dan memakan buah nangka dari hasil kebunku, menonton film In Time tersebut sungguh sangat menarik.
Setelah jeda sholat dan film In Time selesai, kami membicarakan Avatar Korra. Thoriq ternyata belum pernah menonton. Setekah berapal lama menonton kami putuskan untuk menyudahi pertemuan kami pada hari itu. Setelah berpamitan dengan orangtuaku, kami semua naik mobilnya Thoriq untuk mengambil motornya Jayen dan Ivan, anehnya aku dan Rofiq juga ikut serta. Padahal hal itu sebenarnya kurang perlu dilakukan, namun karena hal itu bisa membuat kami lebih lam untuk bertemu, akhirnya kai semua ikutan ke rumahnya Thoriq.
Perjalanan balik ke rumahku sungguh sanagt konyol mengingat ternyata kami sudah 4 kali bolak balik ke rumah Thoriq dan rumahku hanya untuk bisa lebih lama bertemu.
Ternyata keseruan hari itu belum berkahir, masih ada hal-hal lain yang lebih menyenangkan. Seperi aku, Ivan, dan Rofiq memutuskan untuk pergi ke tempat kos nya Jayen yang keren dan murah. Kemudian juga nonton film Brave di kos nya Jayen, kemudian saatnya belanja buku dengan Jayen di Togamas, yang juga merupakan saatnya kami berpisah dengan Ivan dan Rofiq, dan aku yang bermalam di kosnya Jayen untuk nemenin dia dan nonton film di kamarnya.
Pokoknya, tanggal 25 Desember ini sangat menyenangkan sekali bagiku. Bisa beli 4 buku byang menghabiskan sekitar 160.000 rupiah. Ada buku Ring of Fire karangan Larence dan Lorne Blair yang sangat bagus, buku spm Matematika, buku UNAS dari Widyagama, dan juga buku terjemah Ta’lim Muta’alim yang harus aku baca. Meski aku sempat berhutang ke Jayen sebanyak 10 ribu, hari itu sangat menyenangkan, karena setelah itu aku bisa mengambil uang di ATN lagi, hahahah. Oh ya, yang paing seru adalah aku berjalan-jalan tersebut hanya memakai sandal jepit yang berwarna kuning menyala. Tetapi sepertinya nggak ada yang lihat kalau aku memakai sandal warna seperti itu.

24 Desember 2012

Imperfection



Ring the bells that sill can ring
Forget your perfect offering
There is a crack in everything
That's how the light gets in

--Leonard Cohen

Protect this animals!

If you ever wandering around through Malang City, you'll find a place that sell many beautiful and enchanting bird like the one that i posted here. The place that many people call it Splendid is a heaven for bird collector and a hell for a people that care about nature. When I got there, I never imagined that they sell many rare animal, such Kepodang bird (Oriolus chinensis). 
Honestly, I had have this bird when I was in junior high school, but now is dead. Burung itu dipunyai keluargaku sejak aku bayi, dan meninggal saat aku berumur 12 tahun. Sangat disayangkan, seumur hidupnya dia terkurung. Aku nggak bisa bayangin bagaimana rasanya terkurung dari bayi, dan ak memutuskan untuk tidak memelihara burung seperti ini. Terutama burung yang dilindungi. Dari situlah aku pengen bisa menyelamatkan teman-teman cantik ini dari keserakahan manusia. Ayo kita selamatkan bumi dari hal-hal seperti ini.






Manta Waktu English Department Bittersweet Competition

15 June 2012

Bittersweet memories with Manta ray. I noticed that in this photos, Mbk Astur still here, now she is in USA.

From left to right : Vita, Nain, Luthfi, Shakina, and Mbk Astur (the one who sat on the middle).

From left to right; Vita, Nain, Luthfi, Mbk Astur,and Shakina.

Crazy moment. Look at students who wear orange shirt. That must be Manta Rangers