25 Desember 2008

KEBEKUAN

Di sini.....
Kusaksikan pergantian masa
Surya tenggelam mengundang rembulan
Sahutan ayam terdengar memanggil fajar
Telah mengambil bagian diriku

Di sini.....
Kumengenang hari-hari yang telah berlalu
Membawaku dalam kebekuan jiwa
Di dalam dunia lamunan
Yang terus menyelimuti di setiap waktuku

Di sini.....
Kusaksikan taman mulai berbunga
Kuntum-kuntumnya mulai mekar menebar keharuman
Pepohonannya mulai rindang dan berbuah di setiap cabang

Di sini.....
Aku hanya diam membeku
Tak mampu berbunga dan berbuah
Dalam kebekuan jiwa
Di setiap waktuku

RAIH CITA BERSAMA MENTARI

Langit senja mulai temaram
siang berakhir digantikan malam
dengan segala hiasannya
di angkasa
menerangi bumi

Keping kenangan di masa lalu
dari sebuah kegagalan berakhir kekecewaan
bukanlah benih putus asa
di esok dan lusa
bersama mentari baru

Rembulan berkawan bintang
hapuskan keraguan
dari sebuah asa pengharapan

Bergema do'a
jalan terbuka
tergapai segala cita

YANG BERHARGA YANG TERLUPA

Detik demi detik dari masa yang berlalu
akan terus berganti waktu
Kisah demi kisah yang telah pergi
akan tetap hilang dan tak kan kembali

Matahari yang ada di siang ini
esok kan berbeda tak terulang lagi
Rembulan yang ada di malam hari
esok pun kan berganti

Saat ada akan terlupa
ketika berlalu datanglah rindu

Tiada sadar jiwa-jiwa yang alpa
tentang nilai dan harga
ketika segalanya hadir di depan mata

Tersadarlah jiwa-jiwa yang merugi
dengan penyesalan diri
ketika segalanya hilang pergi

Nilai dan harga yang terlupa
harus ditebus saat telah sirna
dengan penyesalan dan harapan sia-sia
bilakah kembali terulang di depan mata

YANG BERHARGA YANG TERLUPA

Detik demi detik dari masa yang berlalu
akan terus berganti waktu
Kisah demi kisah yang telah pergi
akan tetap hilang dan tak kan kembali

Matahari yang ada di siang ini
esok kan berbeda tak terulang lagi
Rembulan yang ada di malam hari
esok pun kan berganti

Saat ada akan terlupa
ketika berlalu datanglah rindu

Tiada sadar jiwa-jiwa yang alpa
tentang nilai dan harga
ketika segalanya hadir di depan mata

Tersadarlah jiwa-jiwa yang merugi
dengan penyesalan diri
ketika segalanya hilang pergi

Nilai dan harga yang terlupa
harus ditebus saat telah sirna
dengan penyesalan dan harapan sia-sia
bilakah kembali terulang di depan mata

14 Desember 2008

Muhammad Dalam Perjanjian Lama!!

Misteri Mispa

Dalam uraian ini, sebagaimana judulnya, saya akan mencoba memberikan suatu penjelasan tentang Stone-Cult (pemujaan batu) bangsa Yahudi kuno, yang mereka warisi dari Ibrahim, dan menunjukkan bahwa Stone Cult dilembagakan di Mekkah oleh Patriarch (bapak para nabi) itu dan anaknya Ismail. Di negeri Kanaan oleh Ishaq dan Yakub, dan di Moab dan tempat lainnya oleh anak cucu Ibrahim lainnya.

Istilah Stone-Cult adalah bukan pemujaan terhadap batu. Saya mengartikannya sebagai pemujaan kepada Allah melalui batu yang secara khusus dijadikan arah yang dimaksudkan untuk tujuan itu.

Pada zaman dahulu, ketika keluarga pilihan itu menjalani kehidupan nomadem, maka tidak ada tempat tinggal dimana ia dapat membangun rumah yang dikhususkan untuk beribadah kepada Alllah. Mereka biasa menegakkan sebuah batu tertentu yang disekelilingnya digunakan untuk melaksanakan haji, maksudnya, berputar tujuh kali dalam bentuk gelang menari.

Kata Hajj (haji) bisa menakuti para pembaca Kristen dan mereka mungkin ciut dengan pemandangannya disebabkan oleh bentuk bahasa Arabnya dan karena sekarang, Haji adalah ibadah agama Islam.

Kata Hajj benar-benar identik dalam makna dan etimologinya dengan kata berbahasa Ibrani Hagag maupun dengan bahasa semit lainnya. Kata kerja Hagag (dalam bahasa Ibrani) sama dengan Haji (dalam bahasa Arab), satu-satunya perbedaan adalah bentuk pengucapan huruf ketiga dari alfabet bahasa semit gamal , yang bilamana diucapkan orang Arab akan menjadi j . Hukum Musa menggunakan kata Hagag atau Haghagh ini,[1] ketika memerintahkan pelaksanaan upacara perayaannya. Kata tersebut berarti melingkari sebuah objek atau altar batu dengan cara berlari mengelilinginya dengan langkah beraturan dengan tujuan melaksanakan perayaan sambil bergembira dan menyanyi.

Selama persinggahannya, Ibrahim biasa membangun sebuah altar untuk ibadah dan korban ditempat-tempat yang berbeda dan pada kesempatan-kesempatan tertentu. Ketika Yakub sedang dalam perjalanan ke Haran ia menegakkan sebuah batu disana, yang diatasnya ditaburi dengan minyak dan menyebutnya Betel, yaitu “rumah Tuhan”; dan dua puluh tahun kemudian ia kembali mengunjungi batu itu yang diatasnya ia taburkan minyak dan anggur murni (Kejadian 28:10-22 dan Kejadian pasal 35).

Sebuah batu khusus ditancapkan sebagai monumen oleh Yaqub dan bapak mertuanya diatas tumpukan batu yang disebut Gal'ead dalam bahasa Ibrani, dan Yaghar sahdutha oleh Laban dalam bahasa Arami nya yang berarti ‘tumpukan kesaksian'. Tetapi, kata benda nama diri yang mereka berikan pada batu yang ditancapkan itu adalah Mispa (Kejadian 31:45-55), dan saya lebih suka untuk menuliskannya dalam bahasa Arab yang tepat, Mishpa , dan hal ini saya lakukan agar bermanfaat untuk para pembaca Muslim saya.

Kini Mishpa (Mizpa) ini kemudian menjadi tempat ibadah yang paling penting, dan pusat berkumpulnya bangsa-bangsa dalam sejarah Bani Israel. Disinilah Naphthah (Yefta) – seorang pahlawan Yahudi – bersumpah “dihadapan Tuhan”, dan setelah mengalahkan Bani Amon, ia diharuskan mengorbankan saudara perempuan satu-satunya sebagai korban bakaran (Hakim-Hakim pasal 11).

Di Mispha -lah empat ratus ribu jagoan pedang dari sebelas suku Israel berkumpul dan “bersumpah dihadapan Tuhan” untuk memusnahkan suku Benyamin karena kejahatan buruk yang dilakukan oleh Bani Benyamin dari Geba' (Gibea) dan berhasil (Hakim-Hakim pasal 20; pasal 21).

Di Mispha semua orang dikumpulkan oleh nabi Samuel, dimana mereka “bersumpah dihadapan Tuhan” untuk menghancurkan semua patung dan berhala mereka”, dan kemudian diselamatkan dari tangan orang-orang Filistin (1 Samuel 7). Disinilah bangsa itu berkumpul dan Saul ditetapkan sebagai raja atas Bani Israel (1 Samuel 10).

Singkatnya, setiap peristiwa besar nasional diputuskan di Mispha ini atau di Betel. Kelihatan bahwa tempat-tempat suci ini dibangun diatas tempat yang tinggi atau diatas tempat yang ditinggikan, sering disebut Ramoth , yang berarti “tempat tinggi.” Bahkan setelah pembangunan Bait Sulaiman yang indah pun, Mispha tetap diberikan penghormatan yang besar. Namun, seperti Ka'bah di Mekkah, Mispha-mispha ini sering diisi dengan patung-patung dan berhala. Setelah penghancuran Yerusalem dan Bait Allah oleh Bangsa Khaldea, Mispha masih mempertahankan watak sakralnya paling tidak hingga zaman Maccabees selama pemerintahan Raja Antiochus.[2]

Sekarang, apa artinya kata Mispa ? Pada umumnya kata ini diterjemahkan sebagai “menara pengawas”, dan tergolong kata benda Semit – Asma Zarf – yang namanya diambil atau berasal dari benda yang mereka cakup atau kandung. Mispa adalah tempat atau bangunan yang namanya berasal dari sapha , kata kuno untuk “batu”. Kata biasa untuk batu dalam bahasa Ibrani adalah iben , dan dalam bahasa Arab hajar . Bahasa Syriac (bahasa Arami kuno yang dipakai oleh orang-orang Syria – penerj ) untuk batu adalah kipa . Tetapi safa atau sapha nampaknya lazim mereka gunakan untuk suatu objek atau orang tertentu ketika ditunjuk sebagai “batu”. Karena itu, makna sebenarnya dari Mispa adalah lokasi atau tempat dimana sebuah sapha atau batu dipasang.

Akan diketahui bahwa ketika nama ini, Mispa , untuk pertama kali diberikan kepada batu yang dipancang diatas tumpukan batu, maka tidak ada bangunan yang didirikan disekelilingnya. Itulah tempat diatas mana sebuah sapha berada, yang disebut mispa .

Sebelum menjelaskan pengertian dari kata benda sapha , saya harus meminta lagi kesabaran para pembaca yang tidak mengerti bahasa Ibrani. Dalam alfabet bahasa Arab tidak ada bunyi p persis sebagaimana bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Semit lainnya, dimana huruf p , seperti g , kadang-kadang lemah dan diucapkan seperti f atau ph . Dalam bahasa Inggris, biasanya, kata-kata Semit dan Yunani yang mengandung bunyi f ditransliterasikan dan ditulis dengan sisipan ‘ph' sebagai ganti ‘f' , misanya Seraph, Mustapha, dan Philospohy . Sesuai dengan kaidah ini, saya lebih suka menuliskan kata sapha ini dengan safa .

Ketika Yesus menjuluki murid pertamanyya Shim'on (Simon) dengan gelar ‘Petros' (Peter), sudah pasti yang ia maksud adalah Sapha kuno yang sakral ini yang telah hilang! Tetapi, aduh! Kita benar-benar tidak dapat mengemukakan kata yang persis sama yang dia ungkapkan dalam bahasanya sendiri. Bentuk bahasa Yunani Petros dalam jenis kelamin laki-laki (maskulin) – feminimnya Petra – sama sekali tidak kuno dan bukan bahasa Yunani, sehingga kita heran kata tersebut diadopsi oleh gereja.

Apakah Yesus dan orang-orang Yahudi lainnya pernah bermimpi menyebut nelayan Bar Yona sebagai Petros ? Pasti tidak. Versi Syriac yang disebut Pshittha sering mengubah bentuk bahasa Yunani ini menjadi Kipha (Kipa) . Dan fakta bahwa teks Yunani pun telah mempertahankan nama asli “Kephas” yang versi-versi Inggrisnya telah meniru dalam bentuk “Cephas”, menunjukkan bahwa Yesus berbicara bahasa Arami dan memberikan julukan “Kipha” kepada murid utamanya.

Versi-versi Arab kuno Perjanjian Lama sudah sering menuliskan nama Petrus dengan “Sham'un' as-Sapha”; artinya, “Simon si Batu”. Ucapan Yesus: “Engkau adalah Petrus”, dan sebagainya, mempunyai padanan dalam versi bahasa Arab dalam bentuk “Antas-Sapha” (Matius 16:18; Yohanes 1:42; dan sebagainya).

Oleh karena itu, konsekuensinya jika Simon sebagai sang Sapha , maka gereja yang akan dibangun diatasnya pasti menjadi Mispha . Bahwa Yesus harus menyamakan Simon dengan Sapha dan gereja dengan Mispha sangatlah luar biasa. Tetapi, ketika saya membongkar misteri yang tersembunyi dalam persamaan ini dan hikmah yang terkandung dalam Sapha , maka kata itu mesti diterima sebagai kebenaran yang sangat mengagumkan tentang kelayakan Muhammad atas gelarnya yang agung: “Sang Mustapha”!

Dari apa yang telah dinyatakan diatas, keingintahuan pasti membawa kita untuk mengajukan beberapa pertanyaan:

i. Mengapa kaum Muslim dan Unitarian (Ahlutauhid) keturunan Ibrahim memilih sebuah batu untuk melaksanakan ibadah keagamaan mereka diatas atau disekelilingnya?


ii. Mengapa batu khusus itu harus diberi nama sapha ?


iii. Apa yang diinginkan penulis? Dan lain-lain.

Batu dipilih sebagai material yang paling tepat dimana orang yang taat (pada agamanya) berjalan mengelilinginya, memberikan (ibadah) korbannya, menuangkan minyak dan anggur [3] murninya, dan melaksanakan ibadahnya disekeliling batu. Tentunya lebih dari itu, batu ini ditegakkan untuk memperingati sumpah-sumpah dan janji-janji tertentu yang dibuat oleh seorang nabi atau orang shaleh kepada Penciptanya, dan wahyu yang ia terima dari Tuhan. Konsekuensinya, ia merupakan monumen suci untuk mengabadikan kenangan dan tokoh suci dari suatu peristiwa besar keagamaan.

Untuk tujuan seperti itu, maka tidak ada material lain yang mampu mengungguli batu. Bukan hanya kekerasan dan daya tahan batu yang membuatnya cocok untuk tujuan tersebut, tetapi juga kesederhanaannya, kemurahannya, dan ketidakberhargaannya di suatu tempat yang sepi, akan melindunginya dari setiap daya tarik yang menimbulkan ketamakan atau kebencian manusia untuk mencuri atau menghancurkannya.

Sebagaimana diketahui, Hukum Musa dengan keras melarang memecah atau memahat batu-batu altar. Batu bernama Sapha benar-benar harus dibiarkan alami; tidak boleh ada gambar, prasasti, atau peralatan yang ditulis diatasnya, agar tidak satu pun dari hal-hal tersebut dijadikan sembahan di masa yang akan datang oleh orang-orang bodoh. Emas, besi, tembaga, atau logam lainnya, tidak dapat memenuhi semua sifat ini yang terdapat dalam batu yang sederhana. Oleh karena itu, akan dimengerti bahwa material yang paling murni, paling tahan lama, paling memenuhi syarat, dan paling aman untuk sebuah monumen yang religius dan sakral tidak bisa selain batu.

Patung Yupiter dari perunggu yang disembah oleh kafir Romawi Pontifex Maximus, diangkut dari Pantheon dan dituang kembali menjadi patung St. Petrus atas perintah seorang Kristen Pontiff. Sebenarnya, hikmah yang terdapat dalam sapha itu mengagumkan dan patut mendapat penghargaan dari orang-orang yang tidak menyembah objek lain, selain Tuhan.

Harus juga diingat bahwa Sapha yang ditegakkan itu tidak hanya merupakan monumen keramat; tetapi juga merupakan tempat dan sirkuit dimana Sapha itu diletakkan. Karena alasan itulah, maka hajj (haji) kaum Muslim, seperti higga dalam bahasa Ibrani, dilaksanakan mengelilingi bangunan dimana batu suci terpasang.

Adalah fakta yang bayak diketahui bahwa kaum Karamatian yang membawa Batu Hitam dari Ka'aba (Ka'bah) dan menyimpannya di negeri mereka selama sekitar dua puluh tahun, diharuskan membawa dan meletakkannya kembali ditempatnya semula karena mereka tidak dapat menarik para peziarah dari Mekkah. Seandainya, ia adalah emas atau objek berharga lainnya, ia tidak mungkin ada, paling tidak, selama kira-kira lima ribu tahun; atau seandainya pun ada pahatan atau gambar seni diatasnya, maka sudah dihancurkan oleh nabi Muhammad sendiri.

Adapun mengenai makna – atau mungkin makna-makna – Sapha , saya sudah membicarakannya sebagai sifat-sifat batu itu.

Kata Sapha terdiri dari konsonan “sadi” dan “pi” yang diakhiri dengan vokal “hi”, yang mana keduanya sebagai kata kerja dan kata benda. Artinya, dalam bentuk qal -nya, “menyucikan, mengawasi, memandang dari jauh, dan memilih”. Ia juga bermakna “menjadi kuat dan baik”; dalam paradigma pi'el -nya, yaitu kausatif, ia bermakna “membuat suatu pilihan, menyebabkan memilih”, dan seterusnya.

Orang yang mengawasi dari sebuah menara disebut Sophi (2 Raja-raja 9:17, dst.). Di zaman kuno – yaitu, sebelum dibangunnya Bait Sulaiman – nabi atau “Manusia Tuhan” disebut Roi dan Hozi , yang artinya “pelihat (ahli ramal)” (1 Samuel 9:9). Para ahli bahasa Ibrani, tentunya tidak asing dengan kata Msaphpi , atau malah Msappi , yang dalam orthografi sama dengan bahasa Arab Musaphphi , yang berarti “orang yang berusaha keras memilih yang murni, baik, dan kuat”, dan sebagainya.

Pengawas di Menara Yisrael, seperti dikutip tadi, memandang dan mengawasi dengan tajam dari jarak yang sangat jauh untuk melihat dengan jelas serombongan orang yang datang ke kota. Ia melihat utusan pertama sang Raja yang tiba dan bergabung dengan rombongan itu tetapi tidak kembali. Kasus yang sama terjadi pada kasus kedua dan ketiga. Baru kemudianlah sang Sophi dapat melihat dengan jelas ketua rombongan, yakni Yehu. Nah, lantas apa urusan dan jasa pengawas itu? Yaitu mengawasi dengan saksama dari jarak tertentu untuk membedakan sesuatu diantara yang lainnya dengan maksud untuk mengetahui identitasnya dan gerakan-gerakannya, jika benar-benar memungkinkan, dan kemudian menginformasikan kepada raja.

Jika Anda bertanya: Apa urusan dan jasa dari Sophi yang sendirian berada di Mispa itu? Jawabannya – yang sekadar bahwa ia biasa mengawasi dari Menara Mispha (Mispa) untuk melihat dengan jelas identitas para peziarah di gurun pasir, atau bahwa ia biasa terus menjaga jangan sampai terjadi suatu bahaya – tidak mampu memuaskan seorang penyelidik yang sangat ingin tahu. Jika demikian, Mispha akan kehilangan watak religius dan sakralnya, dan malahan akan kelihatan sebagai menara pengawas militer.

Namun kasus Sophi dan Mispha sangat berbeda. Pada mulanya, Mispha hanyalah sebuah bait sederhana di sebuah tempat tinggi yang terpencil di Gal'ead dimana sang Sophi beserta keluarga dan pelayannya biasa tinggal. Setelah penaklukkan dan pendudukan negeri Kanaan oleh Israel, jumlah Mispha bertambah, dan mereka segera menjadi pusat-pusat keagamaan yang besar dan berkembang menjadi lembaga-lembaga pengetahuan dan confraternities .[4] Mereka kelihatannya seperti Maulawi, Bakhtasy, Naqsyabandi, dan kumpulan-kumpulan keagamaan lainnya, masing-masing berada di bawah Syeikh dan Mursyid-nya sendiri-sendiri. Mereka mempunyai sekolah-sekolah yang menempel di Mispha , dimana hukum, agama, literatur Yahudi dan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya dijabarkan.

Namun disamping karya kependidikan ini, sang Sophi menjadi kepala tertinggi dari suatu komunitas calon-calon anggota yang biasa dilatih dan diajarinya agama esoteris atau mistis yang kita kenal dengan nama Sophia . Sebenarnya, apa yang kita istilahkan sekarang dengan Suphee ( sufee atau sufi ) kemudian disebut nbiyim atau “nabi,” dan yang disebut, dalam istilah Islam takkas, zikr, atau doa dalam sembahyang, mereka biasa mengatakan “bernubuat.”

Di masa nabi Samuel, yaitu kepala negara dan juga kepala lembaga-lembaga Mispha , para murid dan calon anggota ini sudah menjadi banyak sekali; dan ketika Saul diberi upacara perminyakan suci dan dinobatkan, ia mengkuti zikr atau praktek doa bersama para calon anggota dan diumumkan dimana-mana, “Lihatlah Saul juga ada diantara para nabi.” Dan ucapan ini menjadi sebuah peribahasa karena ia juga “bernubuat” bersama kelompok nabi-nabi (1 Samuel 10:9-13).

Kaum Sufi diantara kaum Yahudi masih terus sebagai kelompok keagamaan esoteris di bawah supremasi seorang nabi zamannya sampai meninggalnya Raja Sulaiman. Setelah kerajaan terbagi menjadi dua, nampaklah bahwa telah terjadi pula perpecahan hebat diantara para Sophi . Di zaman nabi Elia, sekitar 900 SM, konon ia adalah satu-satunya nabi sejat yang masih ada dan bahwa semua nabi lainnya terbunuh, dan bahwa ada delapan ratus lima puluh nabi dari Baal dan Asyera (Ishra) yang “makan di meja Ratu Izebel” (1 Raja-raja 18:19). Namun hanya beberapa tahun kemudian, murid dan pengganti Elias, nabi Elisa, di Betel dan Yericho di penuhi oleh banyak sekali “anak-anak para nabi” yang meramalkan dia tentang kenaikan tuannya, Elia, yang sudah dekat (2 Raja-raja pasal 2).

Bagaimanapun keadaan riil para Sophi ( Sophee ) Yahudi setelah terjadinya perpecahan besar dalam keagamaan dan kebangsaan, satu hal pasti, bahwa pengetahuan sejati tentang Tuhan dan ilmu agama esoteris terus dipertahankan sampai munculnya Yesus, yang membangun Komunitas Inisiasi dalam Agama Batin pada Simon sang Sapha , dan bahwa para Sophi sejati atau para peramal dari Mispha Kristen terus menghidupkan pengetahuan ini dan menjaganya sampai munculnya Pilihan Allah, Muhammad al-Mustapha – bahasa Ibrani “ Mustaphi ”!

Alkitab menyebutkan – sebagaimana telah saya sebutkan sebelumnya – banyak sekali nabi terkait dengan Mispha , tetapi kita harus memahami benar bahwa, sebagaimana dinyatakan Al-Qur'an dengan jelas, “Allah sangat mengetahui siapa yang akan ia tunjuk sebagai rasul-Nya” (QS Al-An'am); bahwa Dia tidak memberikan karuania kenabian kepada seseorang karena keningratan, kekayaan, atau bahkan keshalehannya, tetapi karena keridoan-Nya. Keimanan dan semua amal shaleh, meditasi, latihan spiritual, shalat, puasa, dan pengetahuan Ilahiah bisa mengangkat orang baru menjadi seorang musyid atau pembimbing spiritual, atau ke tingkat orang suci, tetapi tidak akan pernah ke status seorang nabi; karena kenabian tidak diperoleh melalui usaha, namun sebagai karunia Allah. Bahkan dianatara para nabi, hanya ada beberpa saja yang berstatus Rasul dengan membawa kitab khusus dan ditugaskan untuk memimpin kaum tertentu atau membawa misi khusus. Oleh karena itu, istilah “nabi” seperti digunakan dalam kitab-kitab suci bahasa Ibrani sering bermakna ganda.

Saya juga harus menyatakan dalam kaitan ini bahwa barangkali sebagian besar materi Alkitab adalah karya atau hasil dari Mispha-Mispha ini sebelum Penahanan Bangsa Babylonia, atau bahkan lebih awal lagi, tetapi kemudian direvisi oleh tangan-tangan yang tidak dikenal sampai memiliki bentuk seperti kita kenal sekarang.

Sekarang masih membicarakan tentang Sufisme Muslim dan kata Yunani Sophia (hikmah); dan diskusi tentang dua sistem pengetahuan tinggi ini benar-benar berada di luar lingkup artikel ini, adalah studi atau ilmu pengetahuan yang lebih luas dari istilah ini, adalah studi atau ilmu pengetahuan tentang prinsip-prinsip wujud pertama; dengan kata lain, filsafat melampaui batas-batas fisik dalam mengkaji wujud sejati, dan meninggalkan studi tentang sebab-sebab atau hukum-hukum dari sesuatu yang terjadi atau yang terlihat di alam. Perlu usaha yang sangat keras untuk menemukan kebenaran.

Sufisme Islam adalah perenungan tentang Allah dan diri ( nafs ), dan perlu usaha yang sangat keras untuk mencapai penyatuan diantara keduanya. Keunggulan Sophia Islam dibandingkan filsafat Yunani nampak jelas dari objek yang dilihatnya. Dan pasti lebih unggul dari paham membujang dan kebiaraan Kristen dalam pengabaiannya terhadap hati nurani dan keyakinan orang lain. Seorang Sophi (sufi) Muslim selalu mempunyai respek terhadap agama lain, menertawala ide bid'ah dan benci terhadap semua penganiayaan dan penindasan.

Sebagian besar Santo (orang suci) Kristen adalah penganiaya tukang bid'ah, atau kalau tidak, dianiaya tukang bid'ah, dan para santo terkenal dalam ketidaktolerannya.

Sebagai pernyataan kedua, saya ingin menambahkan bahwa para penulis Muslim selalu menulis kata Yunani philosophy (filosifi) dalam bentuk Phelsepha (filsafat) dengan sin sebagai ganti sadi atau tzadi , yakni salah satu huruf konstituen dalam kata Ibrani dan Arab Sapha dan Sophi . Saya kira bentuk ini diperkenalkan ke dalam literatur Arab oleh penerjemah Assyria yang tadinya anggota sekte Nestorian. Bangsa Turki menulis St. Sophia di Konstantinople dengan sadi , tetapi filosofi dengan sin , seperti samekh orang Yahudi. Saya percaya bahwa bahasa Yunani Sophia harus diidentifikasi secara etimologis dengan kata bahasa Ibrani; dan ide bahwa kata Muslim Sophia ( sawfiya ) berasal dari soph , yang berarti “wol,” harus ditinggalkan.

Sophia – atau hikmah – sejati, pengetahuan sejati tentang Tuhan, ilmu sejati tentang agama dan moralitas, dan pemilihan mutlak Rasul Allah terakhir dari diantara seluruh Utusan-Nya, termasuk institusi kuno Israel yang disebut Mispha sampai ia diubah bentuknya menjadi Mispha kaum Kristen.

Sangat mengagumkan melihat betapa lengkap analoginya dan betapa perekonomian Tuhan mengenai urusan-Nya dengan manusia dilaksanakan dengan keseragaman dan tata tertib yang mutlak. Mispha adalah filter dimana semua data dan orang disaring dan diteliti oleh Musaphphi (bahasa Ibrani, Mosappi ) sebagaimana oleh sebuah alat pemeras (karena demikianlah makna dari kata tersebut) agar yang asli dibedakan dan dipisahkan dari yang palsu, dan yag bersih dari yang kotor; namun abad demi abad silih berganti, beribu-ribu nabi datang dan pergi, masih saja sang Mustapha , manusia pilihan, belum muncul.

Kemudian datanglah Yesus, namun ia ditolak dan dianiaya, karena tidak ada lagi di Israel Mispha resmi yang akan mengakui dan mengumumkan dia sebagai Rasul Tuhan sejati yang diutus untuk memberikan kesaksian kepada sang Mustapha yang merupakan nabi terkahir setelahnya. “Majelis Agung Synagog” yang diadakan Ezra dan Nehemia, yang anggota terakhirnya adalah “Simeon Yang Adil” (310 SM), digantikan oleh Pengadilan Tertinggi Yerusalem, namanya “Sahedrin”; namun majelis yang belakangan ini, yang diketuai oleh Nassi atau sang “Pangeran,” menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus karena ia tidak mengenal orangnya dan sifat dari misi Ilahiahnya.

Namun segelintir Sophi mengetahui Yesus dan mempercayai misi kenabiannya, tetapi keliru karena mengira dia adalah sang Mustapha atau Rasul Allah yang “terpilih,” dan meraih serta menyatakannya sebagai raja, namun ia menghilang dari tengah-tengah mereka. Dia bukan sang Mustapha , kalau tidak maka akan menggelikan seandainya menjadikan Simon sebagai Sapha dan Gerejanya sebagai Mispha . Karena tugas dan kewajiban Mispha adalah mengawasi dan mencari sang Rasul Terakhir, agar ketika ia datang ia akan diproklamirkan sebagai Orang Terpilih (sang Mustapha ). Jika Yesus adalah Mustapha , maka tidak perlu lagi ada lembaga Mispha . Ini memang pokok bahasan yang sangat dalam menarik, dan patut dikaji dengan sabar. Muhammad al-Mustapha adalah misteri Mispha , dan harta karun Sophia.



Catatan Kaki
[1] Tidak seperti bangsa Arab yang mengenal j . Bangsa Yahudi dan Arami tidak mengenal bunyi j dalam alfabet mereka; huruf ketiga mereka gamal , apabila keras berbunyi g dan apabila lembut ada bunyi tambahan h nya sehingga menjadi gh .

[2] Alkitab yang saya rujuk tidak memuat kitab-kitab Perjanjian Lama deutrocanonical atau Apocryphal. Alkitab ini diterbitkan oleh American Bible Society (New York, 1893). Judulnya adalah Ktabhi Qaddishi Dadiathiqi Wadiathiqi Khadati an S'had-watha Poushaqa dmin lishani qdimaqi. Matba ‘ta d'dasta. Biblioneta d'America [Kitab-kitab suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, disertai konkordasi atau kesaksian-kesaksian. Terjemahan dari bahasa-bahasa kuno. Terbit di Press of The American Bible Society].

[3] Anggur tidak haram bagi orang Israel.

[4] Perkumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan dan profesi yang sama – penerj .
Sumber:
"Menguak Misteri Muhammad SAW", Benjamin Keldani, Sahara Publisher, Edisi Khusus Cetakan kesebelas Mei 2006

Kata Bibel Tentang Pohon Natal

By Herbert W. Armstrong

Bagaimana Bibel berbicara tentang Natal, atau mencatat pandangan para murid Yesus atau bapak-bapak geraja awal. Jawabannya sungguh sangat mengejutkan bagi kalangan Kristen sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Bibel (Alkitab) pada kitab Yeremia 10:2-4 yang berbunyi sebagai berikut:

"Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan."

"Bukankah berhala itu pohon yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu?

"Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang."

Itulah keterangan yang jelas dari Bibel tentang pohon Natal. Kita dilarang mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala. Sebab hal itu merupakan perbuatan yang sesat menyekutukan Tuhan. Pada ayat kelima dijelaskan bahwa:

"Pohon itu tidak bisa berbicara, dan orang harus mengangkatnya, karena ia tidak bisa berjalan sendiri."

"Janganlah takut kepadanya, sebab ia tidak dapat berbuat jahat, juga tidak dapat berbuat baik."

Sebab mereka bukanlah dewa yang harus ditakuti. Bagi mereka yang tidak pernah membaca atau yang melupakan ayat ini, beranggapan bahwa tidak ada larangan untuk membuat pohon Natal. Tetapi jika telah membacanya, apa yang harus dikatakan?


swaramuslim.net

Asal Mula Pohon Natal

Sekarang dari manakah umat kristiani mendapatkan kebiasaan memasang pohon Natal itu? Di antara para penganut agama Pagan kuno, pohon itu disebut "Mistletoe" yang dipakai pada saat perayaan musim panas, karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang telah memberikan mukjizat penyembuhan.

Kebiasaan berciuman di bawah pohon itu merupakan awal acara di malam hari, yang dilanjutkan dengan pesta makan dan minum sepuas-puasnya, sebagai perayaan yang diselenggarakan untuk memperingati kematian "Matahari Tua" dan kelahiran "Matahari Baru" di musim panas.

Rangkaian bunga suci yang disebut "Holly Berries" juga dipersembahkan kepada dewa Matahari. Sedangkan batang pohon Yule dianggap sebagai wujud dari dewa matahari. Begitu pula menyalakan lilin yang terdapat dalam upacara Kristen hanyalah kelanjutan dari kebiasaan kafir, sebagai tanda penghormatan terhadap dewa matahari yang bergeser menempati angkasa sebelah selatan.

Encyclopedia Americana menjelaskan sebagai berikut:

"The Holly, the Mistletoe, the Yule log are relics of pre-Christian times."

"Rangkaian bunga Holly, pohon Mistletoe dan batang pohon Yule yang dipakai sebagai penghias malam Natal adalah warisan dari zaman sebelum Kristen."

Sedangkan buku Answer to Question yang ditulis oleh Frederick J. Haskins menyebutkan bahwa:

"The use of Christmas wreath is believed by authorities to be traceable to the pagan customs of decorating buildings and places of worship at the feast which took place at the same time as Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era."

"Hiasan yang dipakai pada upacara Natal adalah warisan dari adat agama penyembah berhala (paganisme), yang menghiasi rumah dan tempat peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal sekarang. Sedangkan pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir Kuno, yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen."

Yesus Tidak Lahir Pada 25 Desember

Sungguh amat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin) Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut:

"Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, di kota Daud."

Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.

Adam Clarke mengatakan:
"It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about the Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain." (Adam Clarke Commentary, Vol.5, page 370, New York).

"Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama."

Adam Clarke melanjutkan:
"During the time they were out, the sepherds watch them night and day. As?the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometime in october), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these sepherds had not yet brought home their flocks, it is a presumptive argument that october had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact. See the quotation from the Talmudists in Lightfoot."

"Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba-domba berkeliaran di padang terbuka di malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malam hari, adalah fakta sejarah sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud (kitab suci Yahudi) dalam bab "Ringan Kaki".

Di ensiklopedi mana pun atau juga di kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopedia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini.

Tidak seorang pun yang mengetahui, kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dan kitab suci Kristen sendiri, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus lahir pada awal musim gugur - yang diperkirakan jatuh pada bulan September - atau sekitar 6 bulan setelah hari Paskah.

Jika Tuhan menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Yesus, niscaya dia tidak akan menyembunyikan hari kelahirannya.

Sejarah Natal

Kata Christmas (Natal) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran "Yesus". Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu bukan ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.

Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul "Christmas", anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut:

"Christmas was not among the earliest festivals of Church ? the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas."

"Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja ? bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus."

Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul "Natal Day," Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa:

"In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world."

"Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini."

Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut:

"Christmas was not among the earliest festivals of the church? It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It was picked up of afterward from paganism."

"Natal bukanlah upacar-upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala."

Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut:

"Christmas It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth?" (The "Communion," which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) "? A feast was established in memory of this event (Christ's birth) in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ's birth existed."

"Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut.." ("Perjamuan Suci" yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus)"? Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari "Kelahiran Dewa Matahari." Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus."

Sekarang perhatikan! Fakta sejarah telah membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian - jarak waktu yang lebih lama dari umur negara Amerika Serikat - upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.


swaramuslim.net

Asal-usul Natal

Orang2 kristen mewarisi Natal berasal dari Gereja Katolik Roma, dan gereja itu mendapatkannya dari kepercayaan pagan (kafir) Politeisme, lalu dari manakah agama kafir itu mendapatkan ajaran itu? Dimana, kapan, dan bagaimana bentuk asli ajaran itu?

Bila kita telusuri mulai dari ayat-ayat Bible (Alkitab) sampai pada sejarah kepercayaan bangsa Babilonia kuno, niscaya akan ditemukan bahwa ajaran itu berasal dari kepercayaan berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia di bawah raja Nimrod (Namrud - di masa inilah nabi Ibrahim lahir). Jelasnya, akar kepercayaan ini tumbuh setelah terjadi banjir besar di masa nabi Nuh.

Nimrod, cucu Ham, anak nabi Nuh, adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia. Sejak itulah terdapat dasar-dasar pemerintahan dan negara, dan sistem ekonomi dengan cara bersaing untuk meraih keuntungan. Nimrod inilah mendirikan menara Babel, membangun kota Babilonia, Nineweh dan kota-kota lainnya. Dia pula yang pertama membangun kerajan di dunia. Nama "Nimrod" dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata "Marad" yang artinya "dia membangkang atau murtad" (Karena bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab, silahkan anda membandingkan kata "Marad" dengan kata Arab "Ridda" atau "murtad". Pen)

Dari catatan-catatan kuno, kita mengetahui perjalanan Nimrod ini, yang mengawali pemurtadan terhadap Tuhan dan menjadi biang manusia pembangkang di dunia sampai saat ini. Jumlah kejahatannya amat banyak, diantaranya, dia mengawini ibu kandungnya sendiri yang bernama Semiramis. Setelah Nimrod meninggal dunia, ibu yang merangkap sebagai istri tersebut menyebarkan ajaran bahwa Roh Nimrod tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Dia membuktikan ajarannya dengan adanya pohon Evergreen yang tumbuh dari sebatang kayu yang mati, yang ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti kehidupan baru bagi Nimrod yang sudah mati. Untuk mengenang hari kelahirannya, Nimrod selalu hadir di pohon evergreen ini dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. 25 Desember itulah hari kelahiran Nimrod. Dan inilah asal usul pohon Natal.

Melalui pengaruh dan pemujaannya kepada Nimrod, Semiramis dianggap sebagai "Ratu Langit" oleh rakyat Babilonia. Dengan berbagai julukan, akhirnya Nimrod dipuja sebagai "Anak Suci dari Sorga". Melalui perjalanan sejarah dan pergantian generasi dari masa ke masa, dari satu bangsa ke bangsa lainnya, penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi Mesiah Palsu yang berupa dewa Baal, anak dewa Matahari. Dalam sistem kepercayaan Babilonia ini, "Ibu dan anak" (Semiramis dan Nimrod yang lahir kembali) menjadi obyek penyembahan. Ajaran penyembahan kepada ibu dan anak ini menyebar luas sampai di luar Babilonia dengan bentuk dan nama yang berbeda-beda, sesuai dengan bahasa negara-negara yang ditempatinya. Di Mesir dewa-dewi itu bernama Isis dan Osiris. Di Asia bernama Cybele dan Deoius. Dalam agama Pagan Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, China, Jepang, Tibet bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madonna, jauh sebelum Yesus lahir!

Sampai pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi, ketika dunia pagan (penyembah banyak dewa) Romawi menerima agama baru yang disebut "Kristen," dengan membawa adat dan kepercayaan pagan mereka yang lama. Akibatnya kepercayaan kepada Dewi Madonna, Ibu dan Anak juga menjadi populer, terutama di waktu hari Natal. Di setiap musim Natal kita selalu mendengar lagu-lagu atau hymne: "Silent Night" atau "Holy Night" yang sangat akrab dengan tema pemujaan terhadap Ibu dan Anak.

Kita yang sejak lahir diwarnai oleh alam budaya Babilonia, telah diajarkan untuk mengagungkan dan memuliakan semua tradisi yang berasal dari jaman jahiliyah kuno itu. Kita tidak pernah bertanya untuk mengetahui dari manakah asal usul adat seperti itu - Apakah ia berasal dari ajaran Bible (Alkitab), ataukah ia berasal dari kepercayaan penyembah berhala yang sesat?

Kita terperangah seakan-akan tidak mau menerima kebenaran ini, karena seluruh dunia terlanjur telah melakukannya. Lebih aneh lagi, sebagian besar meremehkan dan mencemooh kebenaran ini. Namun Tuhan telah berfirman kepada para utusannya yang setia:

"Katakan dengan lantang, dan jangan menghiraukan penghinaan mereka! Kumandangkan suaramu seperti terompet! Dan tunjukkan di depan umatKu tentang kesesatan mereka!" Memang kenyataan ini sungguh sangat mengejutkan bagi mereka, meskipun ini adalah fakta sejarah dan berdasarkan kebenaran dari Bibel (Alkitab).

Natal adalah acara ritual yang berasal dari masa Babilonia kuno yang belum mengenal agama yang benar. Tradisi ini diwariskan puluhan abad yang lampau sampai kepada kita.

Di Mesir, ia dipercayai bahwa Dewi Isis (Dewi Langit) melahirkan anaknya yang tunggal pada tanggal 25 Desember. Hampir semua orang-orang penyembah berhala (paganis) di dunia waktu itu, merayakan ulang tahun (Natal) anak dewi Isis ini jauh sebelum kelahiran Yesus.

Dengan demikian, sudah jelas bagi kita bahwa 25 Desember itu bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus. Para murid Yesus dan orang-orang Kristen abad pertama tidak pernah menyelenggarakan Natal, meskipun hanya sekali. Tidak ada ajaran atau pun perintah perayaan Natal di dalam Bibel. Sekali lagi, perayaan Natal atau Christmas itu adalah ulang tahun anak dewa yang dianut oleh para paganis, dan bukan dari ajaran Kristen. Percaya atau tidak, terserah anda!

Upacara ini berasal dari cara-cara pemujaan yang dikenal dengan "Chaldean Mysteries" (Misteri Kaldea) berasal dari ajaran Semiramis, isteri Nimrod. Kemudian adat ini dilestarikan oleh para penyembah berhala secara turun-temurun hingga sekarang dengan wajah baru yang disebut Kristen.


swaramuslim.net