21 Desember 2012

Bersyukur atau Tidak : Relativ

I   : "Nilaimu berapa?"
M : "Nilaiku jelek"
I   : "Syukuri aja.."
M : "?"


Ini masalah nilai. Orang berfikir ketika aku berkata nilaiku jelek, mereka mengira bahwa nilaiku bukan jelek, tapi sebaliknya. Padahal, aku berakat sebenarnya. Aku sudah membiasakan untu berkata jujur, jadi ketika nilaiku jelek, maka aku akan berkata nilaiku jelek. Bukan nilaiku baik. Aku berkat` jujur, akalu nilaiku bagus, aku pasti aan bilang, "Alhamdulillah..", seperti itu. Namun ternyata belum ada yang paham denganku.
Parahnya lagi dan ini yang paling tidak aku sukai adalah fakta bahwa orang-orang menyuruhku bersyukur. Aku bersyukur dengan caraku. Dengan berkata sejujurnya bahwa nilaiku jelek, maka aku berarti tidak munafik kan? Dengan berkata nilaiku jelek, bukankah aku juga bersyukur dengan mengakui nilai tersebut. Tetapi orang lain belum paham, aku selalu membandingkan ini dengan usahaku sendiri. Nilaiku lebih jelek daripada semester lalu, bukan lebih jelek daripada anak lain. Sayangnya banyak yang belum paham.
Tetapi memang benar percuma saja kalau aku menangis atau berteriak-teriak mengenai nila yang aku dapatkan. Karena, bagaimanapun nilai tersebut akan tetap seperti itu. Yang bisa aku lakukan adalah dengan berusaha lebih keras lagi untuk mencetak nilai yang lebih baik. Aku harap tahun 2013 semuanya akan lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,