25 Juli 2013

Orang Desa dan Pendidikan




Kemarin waktu kumpul-kumpul dengan  teman-teman 9-A kami  sepintas membahas bagaimana kmeiskinan di Indonesia itu kok selalu turun temurun, terutama di desa-desa. Jika orang tua miskin, anaknya bisa dipastikan miskin, atau lebih baik sedikit, atau malah lebih buruk. Jarang sekali ada cerita di desa-desa itu kalau orang tua miskin kemudian anak nya nanti bisa kaya. Satu-satunya cara yang biasa digunakan untuk menaikkan taraf hidup adalah dengan menikah dengan orang yang lebih kaya.
Nah, saya sempat memikirkan apa penyebab rantai kemiskinan itu terjadi. Setelah saya pikir-pikir, dan melihat fakta-fakta yang terjadi di sekeliling saya, saya melihat bahwa kunci untuk membebaskan diri dari rantai kemiskinan adalah dengan pendidikan. Entah pendidikan formal ataupun informal.
Di desa saya ada seorang bidan. Dulunya dia masih hidup dengan biasa saja. Rumahnya kecil. Namun sekarang, rumahnya adalah rumah terbesar di desa saya. Kenapa bidan itu bisa kaya? Karena dengan ilmu kedokteran yang dimilkinya. Selain itu juga mungkin suaminya polisi.
Ada juga guru. guru setidaknya hidupnya lebih baik di desa saya. Termasuk kaya lah, meskipun kekayaannya biasa-biasa saja. Namun setidakya bisa membiayai kuliah anak-anaknya, sehingga anak-anaknya bisa mencapai taraf hidup yang lebih baik.
Selain bidan dan guru, ada juga DPR. Banyak yang bilang dulu DPR itu miskin. Yah, aku ingat, dulu rumahnya kecil dan memiliki toko. Dulu saya sering bermain dengan anak-anaknya.  Sekarang rumahnya termasuk slaah satu terbesar di desa saya. Perlu dicatat juga akalu orangtuanya juga hdupnya sederhana.
Yang paling miskin di daerah saya itu adalah petani dan pedagang. Hidup mereka itu ada di range miskin dan berkecukupan, yang artinya tidak ada uang yang tersisa untuk kuliah, untuk pendiidkan yang laun yang bisa diinvestasikan untuk anak-anak mereka. Namun, pengecualian bisa terjadi di sini jika orang tuanya sadar akan pendidikan, maka biasanya orang tuanya memiliki tabungan pendidikan untuk si anak.
Sayangnya, banyak orang di desa yang belum terlalu sadar akan pentingnya pendidikan tinggi. orang desa itu sudah merasa cukup dengan pendidikan SMP. Alhamdulillah kalau bisa SMA. Jarang sekali ada yang berpikir untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi atau kuliah. Selain tidak ada biaya, biasanya orang tua akan berkata, “nyapo kuliah, ngewangi wong tuwo wae” (kenapa harus kuliah, bantu orang tua saja!). ada juga yang orang tua dan anak sama-sama memiliki pandangan yang sama akan pentingya pendidikan tinggi, namun ternyata tidak ada biaya.
Sungguh menyedihkan memikirkan kenyataan ini. Padahal pendidikan adalah kunci yang ampuh untuk memutus rantai kemiskinan. Namun entah kenapa pemerintah sepertinya kurang memperhatikan pendidikan untuk orang-orang desa. 12 tahun pendidikan cukup. Meskipun ada bidik misi, namun orang desa sudah ciut nyalinya dengan biaya kuliah yang tinggi itu, sehingga menyurutkan semnagat mereka untuk belajar di perguruan tinggi.
Orang-orang desa itu butuh contoh dan penegasan, bahwa kalau ada kemauan , pasti ada jalan. Kalau anak ingin kuliah, orang tua seharusnya mendukung, kalau tidak dengan financial ya setidaknya ikut mendoakan si anak agar bisa mendpaat beasiswa dan diterima di universitas yang diidamkan. Dengan sadarnya orang desa akan pentingnya pendidikan tinggi, maka diharapkan kekayaan itu akan merata dan orang-orang kecil itu bisa merasakan nikmatnya apa yang sudah diusahakannya.

gambar diambil dari http://aurellyreresaputra.blogspot.com/2013/05/problematika-pendidikan-bangsa-indonesia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,