09 Oktober 2008

Hari Kesaktian Pancasila Tidak Sekadar Terkait G-30-S/PKI

Versi Baru: Hari Kesaktian Pancasila Tidak Sekadar Terkait G-30-S/PKI

Laporan : Glori K. Wadrianto

Jakarta, Sabtu

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun ini terasa berbeda. Hari bersejarah yang diarayakan setiap tanggal 1 Otober ini dimaknai secara lebih luas. Jika pada perayaan-perayaan sebelumnya Kesaktian Pancasila selalu dikaitkan dengan penumpasan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G-30-S/PKI), maka kali ini "sejarah" Kesaktian Pancasila dimaknai sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agsutus 1945.

Demikian versi baru upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang berlangsung di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Sabtu (1/10). Selain pemaknaan yang baru atas sejarah, hal baru lainnya adalah upacara kembali dipimpin oleh presiden Republik Indonesia. Di masa Presiden Megawati Soekarnoputri kepala negara tidak menghadiri upacara yang dipusatkan di Lubang Buaya tersebut.

Dalam peringatan tahun ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin upacara yang dimulai tepat pukul 08.00 WIB. Turut hadir dalam upacara antara lain Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, perwakilan negara sahabat, dan keluarga pahlawan revolusi.

Upacara diawali dengan dikumandangkannya lagu Indonesia Raya, lalu mengheningkan cipta oleh Presiden, pembacaan teks Pancasila oleh Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita, dan pembacaan naskah ikrar oleh Ketua DPR Agung Laksono. Bagian akhir inilah yang menjadi pembeda dari upacara-upacara sebelumnya.

Dalam ikrar yang dibacakan Agung disebutkan, sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diproklamasi pada 17 Agustus 1945 terjadi banyak rongrongan terhadap Pancasila dan NKRI baik yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun, bangsa Indonesia mampu mempertahankan Pancasila dan NKRI.

Setelah pembacaan ikrar, upcara ditutup dengan pembacaan doa oleh Menteri Agama Maftuh Basyuni.

Usai upacara Presiden Susilo langsung meninggalkan kawasan Lubang Buaya. Ia tidak berkeliling melihat-lihat simbol-simbol peringatan peristiwa berdarah di kawasan Lubang Buaya sebagaimana dilakukan Soeharto pada jaman orde baru.


Sumber: Ant
Penulis: Mbk
http://64.203.71.11/utama/news/0510/01/103418.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,