Begini nih kalau nggak terbiasa dengan sastra bahasa indonesia. Memang aku sering baca sastra, tapi kalau menulis sastra? Hmm masih nyoba-nyoba. Dari dulu aku selalu terbiasa dengan menulis karya ilmiah, laporan, berita, pokoknya sesuatu yang berhubungan dengan fakta. Tetapi tiba-tiba aku harus menulis fiktif. Rasanya little bit difficult daripada nulis karya ilmiah.
Meski menulis fiktif, tapi fikitifnya juga harus pake logika. Nggak bisa kita bikin sesuatu yang nggak ada logikanya. Seumpama kamu nyiptain tokoh manusia yang bisa bernafas di dalam air. Maka akan ada banyak pertnyaan yang mengikuti makhluk tersebut. Seperti apakah manusia yang lain juga bisa bernafas di dalam air? Bagaimana caranya ia bisa bernafas? Memakai alatkah? Kutukankah? Dan hal-hal bejibun yang lain.
Disinilah tantangannya bagaimana caranya agar kita bisa meramu fiktif dengan logika. Jika seandainya kita nggak bisa memakai logika disitu, kita harus memberikan alasan yang jelas kepada pembaca mengapa kok nggak bisa dinalar. Aku pernah baca sebuah tulisan yang menyatakan bahwa cerita yang kita tulis sukses jika apa yang kita inginkan itu bisa ditangkap oleh pembaca kita, jika penulis menginginkan A, maka pembaca juga mendapat A. Tidak ada bias pendapat disini. Hal inilah yang membuat cerita itu sukses selain keorisinalan ide dan pengolahan kata.
Yah, pada kenyataannya aku sepertinya lebih jago diteori daripada di praktik kan? Untuk itu aku akan ostingcerpen garapanku nanti kalau udah di juri ya. Kebetulan aku ikut lomba cerpen yang ngadain kedai sinau malang. Semoga ceritaku nyampai dan bisa jadi juara, pesannya juga nggak ilang ke pembaca. Soalnya aku lagi butuh uang buat beli sesuatu, hehehe.
Meski menulis fiktif, tapi fikitifnya juga harus pake logika. Nggak bisa kita bikin sesuatu yang nggak ada logikanya. Seumpama kamu nyiptain tokoh manusia yang bisa bernafas di dalam air. Maka akan ada banyak pertnyaan yang mengikuti makhluk tersebut. Seperti apakah manusia yang lain juga bisa bernafas di dalam air? Bagaimana caranya ia bisa bernafas? Memakai alatkah? Kutukankah? Dan hal-hal bejibun yang lain.
Disinilah tantangannya bagaimana caranya agar kita bisa meramu fiktif dengan logika. Jika seandainya kita nggak bisa memakai logika disitu, kita harus memberikan alasan yang jelas kepada pembaca mengapa kok nggak bisa dinalar. Aku pernah baca sebuah tulisan yang menyatakan bahwa cerita yang kita tulis sukses jika apa yang kita inginkan itu bisa ditangkap oleh pembaca kita, jika penulis menginginkan A, maka pembaca juga mendapat A. Tidak ada bias pendapat disini. Hal inilah yang membuat cerita itu sukses selain keorisinalan ide dan pengolahan kata.
Yah, pada kenyataannya aku sepertinya lebih jago diteori daripada di praktik kan? Untuk itu aku akan ostingcerpen garapanku nanti kalau udah di juri ya. Kebetulan aku ikut lomba cerpen yang ngadain kedai sinau malang. Semoga ceritaku nyampai dan bisa jadi juara, pesannya juga nggak ilang ke pembaca. Soalnya aku lagi butuh uang buat beli sesuatu, hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,