Tampilkan postingan dengan label University Tips. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label University Tips. Tampilkan semua postingan

26 September 2013

University Tips #3, Books, oh Books


http://news.detik.com/surabaya/readfoto/2008/05/08/172325/936310/473/3/kampung-ilmu-surabaya
Kadang-kadang, yang paling menguras budget selain biaya hidup di universitas adalah buku. Bagaiamana tidak? Kalau kamu membeli buku ori, yang asli, harganya bisa ratusan ribu. Hal ini diperparah jika kamu memilih jurusan yang berhubungan dengan medical, seperti pendidikan dokter dan juga pendidikan dokter gigi. Bukunya bisa sampai satu juta keatas, untuk buku original yang sudah diterjemahkan.
Untuk jurusan saya sendiri, Biomedical Engineering, buku-buku yang ada masih berbahasa inggris. Tidak ada dan belum ada yang menerjemahkan buku-buku Biomedical Engineering ke dalam bahasa Indonesia. Mungkin karena mata kuliahnya sulit dan hanya ada di Universitas Airlangga saja untuk S1 dan Negeri sehingga belum ada yang menerjemahkan buku itu.
Karena aku ada di jurusan BME, dan ini termasuk science, maka yanga ku tahu terbatas pada buku-buku yang berbau science, seperti Fisika, Kimia, Biologi, dan Kalkulus. Buku-buku referensi untuk mata kuliah ini lumayan mahal, dengan harga rata-rata Rp 250.000 keatas. Mahal sekali kan? Untuk itu, diperlukan strategi yang ampuh agar bisa mencukupi buku-buku seperti ini.
Prinsip ku ketika membeli buku untuk kuliah adalah, bagaiamana mendapatkan buku yang asli namun harga miring. Solusinya adalah dengan membeli buku bekas. Dibandingkan dengan memfotokopi, yang sebenarnya juga lebih murah, membeli buku asli namun bekas masih tergolong berkelas. Kalau dikelompokkan “kelas” buku mata kuliah, ada 5 kelas.
1.       Buku asli, belum terjemahan. Memegang buku ini pasti terara seperti expert dan juga pintar.
2.       Buku asli, sudah terjemahan. Telihat sekali kalau kamu serius dengan pelajaran dengan niat membeli buku asli.
3.       Buku asli, namun bekas (milik sendiri). Ini  terlihat kalau kamu masih memiliki value untuk memuji keorisinalitasan suatu produk namun memiliki prinsip ekonomi yang kuat, yang paling penitng pula kan ini adalah buku milik kamu snediri.
4.       Buku asli, namun pinjam. Kadang-kadang yang seperti ini asal punya buku yang disyaratkan oelh dosen. Karena, kalau buku pinjaman kan tidak boleh untuk di coret-coret sehingga asumsi ku biasanya anak yang melakukan ini Cuma sekedar pinjam dan ada buku, itu saja.
5.       Buku fotokopi. Ini memang yang paling rendah kelasnya, namun ternyata banyak anak serius yang melakukan hal-hal seperti ini. Kebanyakan dari mereka itu benar-benar menggunakan buku ini dengan baik, meskipun fotokopian, dan tidak hanya untuk gaya-gayaan.
Nah, itulah 5 klasifikasi penggolongan penikmat buku kuliah menurut perspektifku.
Aku paling suka dengan yang normor 3. Milik sendiri, asli, namun bekas. Buku yang seperti ini yang paling sering aku cari. Yang pentnig bukan bajakan aku sudah seneng banget.
Untuk mencari buku bekas pun tidak susah kok. Kalau kamu di Malang, maka kamu bisa menemukan buku-buku bekas yang berkualitas di daerah Wilis. Sudah terkenal sekali di Malang sana. Kamu bisa menemukan buku-buku mata kuliah, novel, majalah, dan banyak sekali buku-buku lain baik yang bajakan, asli, bekas, dengan harga miring. Dulu aku pernah beli buku A/AS Level Biology Cambridge hanya dengan harga Rp. 95k. harga aslinya? 500 ribuan.
Di Surabaya ada dua sentra buku-buku bekas yang ada. Pertama adalah Pasar Blauran, dan yang kedua adalah Jalan Semarang. Kedua tempat ini berdekatan sebenarnya. Tidak terlalu jauh, sehingga jika mencari buku bisa langsung berkeliling di tempat-tempat ini. Temanku pernah beli buku untuk ISBD hanya Rp 20k saja disini. Buku bekas, tapi tak pernah dibuka oleh pemiliknya. Looks like new. Padahal harga aslinya sekitar Rp 50k. Benar-benar murah kan?
AKu juga pernah membeli buku Words Power dari Reader Digest hanya dengan harga Rp 50k. Padahal buku ini bisa mahal sekali kalau membeli asli. Dan ternyata pun, buku ini sudah tidak dicetak lagi. Aku hanya melihat di amazon.com hargayanya sekitar 13 USD.
Selain buku-buku dalam bentuk print out, ada juga buku-buku dalam bentuk soft file yang free dan bisa kamu download di internet dengan gratis. Namun kalian harus tahu bahwa buku-buku ini dalam bahasa inggris.

11 September 2013

University Tips #2, In Style

http://beritafoto.net/berita-1555-penjualan-baju-bekas-menurun.html

Sudah jelas, kalau kamu menjadi seorang mahasiswa, gaya hidup kamu akan terpengaruh oleh orang disekeliling kamu. Apalagi setelah kamu keluar dari sekolah berasrama seperti saya. Di asrama dulu gak apa-apa memakai baju seadanya. Semuanya sudah biasa seperti keluarga sendiri. Namun ketika kamu kuliah, kamu akan semakin sadar dengan apa yang kamu pakai, bagaimana penilaian orang terhadap kamu, dan hal-hal yang kadang-kadang bisa dipikir sebagai pikiran sampah.
Nah, jika kebetulan kamu di Surabaya, yang notabene merupakan kota gede di Indonesia, gaya berpakaian mahasiswa nya pun beragam. Ada yang seadanya, ada yang selalu pengen ikut style yang ada, atau ada juga yang menciptakan gaya mereka sendiri.
Hal ini akan tambah parah ketika kamu adalah seoarng mahasiswa yang berkecimbung dalam dunia humaniora. Di dalam ini, penampilan juga penting, karena penilaian salah satu klien adalah bagaimana rekan bisnis mereka tampil. Jika kamu tampil terlihat rapi, maka orang berpikir kamu bisa bekerja secara profesioanl. Namun jika kamu tampil apa adanya dan tidak melihat sikon, penilaian orang terhadap mu bisa jelek juga.
Solusinya gimana? Mau belanja outfit yang lagi in juga budget gak ada. Mau nyari diskon, masih terhitung mahal dan belum tentu mendapat baju yang bagus. Kalau kamu tinggal di Surabya, ada cara yang lebih mudah agar kamu bisa tampil “in” tapi dengan budget yang sedikit. Percaya deh, hanya dengan 100k kamu sudah bisa mendapatkan atasan dan bawahan yang trendy habis. Semua itu bisa kamu dapatkan di vintage shop, atau bahasa kasarnya toko bekas.
Banyak sekali toko-toko yang menjual baju-baju bekas di Surabaya, namun populartias daerah Gembong masih nomor satu dalam hal menjual baju-baju bekas, tas bekas, sepatu bekas, yang kondisinya masih bagus dan keren.
Kemarin aku kesana dan berhasil mendapatkan kemeja Giordiano dengan harga 25k saja. Padahal kalau kamu beli baru, harganya bisa sampai 300k. Sungguh perbedaan yang mencolok kan?
Membeli baju di toko secondhand harus pandai memilih. Jika tidak, kamu hanya dapat baju luarnya saja yang bagus, namun ternyata jelek, ukurannya gak sesuai, ada noda yang tersembunyi di dalam. Intinya, jika kamu benar-benar niat untuk membeli baju atau celana secondhand, kamu harus siap belanja lama. Mencari barang yang bagus, harga sesuai dengan kualitas, dan tentunya sesuai dengan budget yang dianggarkan.
Setelah kamu dapat pakaian yang kamu inginkan, kamu harus segera mencucinya. Aku sarankan jangan dicuci di laundry. Kamu harus mencucinya memakai tangan, direndam dahulu beberapa menit memakai sabun agar kotoran yang tertumpuk di baju itu di perjalanan bisa keluar. Lebih baik lagi kalau kamu mencucinya menggunakan desinfektan juga, agar kuman-kuman atau bakteri yang ada bisa mati juga. Pokoknya kalau membeli baju secondhand yang paling penting adalah perawatan after-buy nya.
Jika perawatan afte-buy sudah, keringkan, setrika, dan pakaian yang kamu siap tampil “in” atau bergaya dengan style kamu dengan budget yang murah. Aku sarankan juga kamu jangan koar-koar kalau kamu bisa beli baju yang kamu pakai dengan harga segitu. Kamu harus pede, karena gak semua orang open minded, pasti ada juga yang berpikir bahwa kamu ini aneh. Well, saran aku sih, biarkan saja anjing menggonggong kahilaf tetap berlalu.