Kemarin waktu kumpul-kumpul dengan teman-teman 9-A kami sepintas membahas bagaimana kmeiskinan di
Indonesia itu kok selalu turun temurun, terutama di desa-desa. Jika orang tua miskin,
anaknya bisa dipastikan miskin, atau lebih baik sedikit, atau malah lebih
buruk. Jarang sekali ada cerita di desa-desa itu kalau orang tua miskin
kemudian anak nya nanti bisa kaya. Satu-satunya cara yang biasa digunakan untuk
menaikkan taraf hidup adalah dengan menikah dengan orang yang lebih kaya.
Nah, saya sempat memikirkan apa penyebab rantai kemiskinan
itu terjadi. Setelah saya pikir-pikir, dan melihat fakta-fakta yang terjadi di
sekeliling saya, saya melihat bahwa kunci untuk membebaskan diri dari rantai
kemiskinan adalah dengan pendidikan. Entah pendidikan formal ataupun informal.
Di desa saya ada seorang bidan. Dulunya dia masih hidup
dengan biasa saja. Rumahnya kecil. Namun sekarang, rumahnya adalah rumah
terbesar di desa saya. Kenapa bidan itu bisa kaya? Karena dengan ilmu
kedokteran yang dimilkinya. Selain itu juga mungkin suaminya polisi.
Ada juga guru. guru setidaknya hidupnya lebih baik di desa
saya. Termasuk kaya lah, meskipun kekayaannya biasa-biasa saja. Namun setidakya
bisa membiayai kuliah anak-anaknya, sehingga anak-anaknya bisa mencapai taraf
hidup yang lebih baik.
Selain bidan dan guru, ada juga DPR. Banyak yang bilang dulu
DPR itu miskin. Yah, aku ingat, dulu rumahnya kecil dan memiliki toko. Dulu
saya sering bermain dengan anak-anaknya.
Sekarang rumahnya termasuk slaah satu terbesar di desa saya. Perlu
dicatat juga akalu orangtuanya juga hdupnya sederhana.
Yang paling miskin di daerah saya itu adalah petani dan
pedagang. Hidup mereka itu ada di range miskin dan berkecukupan, yang artinya
tidak ada uang yang tersisa untuk kuliah, untuk pendiidkan yang laun yang bisa
diinvestasikan untuk anak-anak mereka. Namun, pengecualian bisa terjadi di sini
jika orang tuanya sadar akan pendidikan, maka biasanya orang tuanya memiliki
tabungan pendidikan untuk si anak.
Sayangnya, banyak orang di desa yang belum terlalu sadar
akan pentingnya pendidikan tinggi. orang desa itu sudah merasa cukup dengan
pendidikan SMP. Alhamdulillah kalau bisa SMA. Jarang sekali ada yang berpikir
untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi atau kuliah. Selain tidak ada biaya,
biasanya orang tua akan berkata, “nyapo kuliah, ngewangi wong tuwo wae”
(kenapa harus kuliah, bantu orang tua saja!). ada juga yang orang tua dan anak
sama-sama memiliki pandangan yang sama akan pentingya pendidikan tinggi, namun
ternyata tidak ada biaya.
Sungguh menyedihkan memikirkan kenyataan ini. Padahal
pendidikan adalah kunci yang ampuh untuk memutus rantai kemiskinan. Namun entah
kenapa pemerintah sepertinya kurang memperhatikan pendidikan untuk orang-orang
desa. 12 tahun pendidikan cukup. Meskipun ada bidik misi, namun orang desa
sudah ciut nyalinya dengan biaya kuliah yang tinggi itu, sehingga menyurutkan
semnagat mereka untuk belajar di perguruan tinggi.
Orang-orang desa itu butuh contoh dan penegasan, bahwa kalau
ada kemauan , pasti ada jalan. Kalau anak ingin kuliah, orang tua seharusnya
mendukung, kalau tidak dengan financial ya setidaknya ikut mendoakan si anak
agar bisa mendpaat beasiswa dan diterima di universitas yang diidamkan. Dengan
sadarnya orang desa akan pentingnya pendidikan tinggi, maka diharapkan kekayaan
itu akan merata dan orang-orang kecil itu bisa merasakan nikmatnya apa yang
sudah diusahakannya.
gambar diambil dari http://aurellyreresaputra.blogspot.com/2013/05/problematika-pendidikan-bangsa-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,