Saya baru saja mengalami kejadian yang sangat memalukan.
Lebih memalukan lagi karena saya tidak menggunakan otak dingin saya untuk
menganalisa keadaan. Saya bercerita agar kalian tidak melakukan hal yang sama seperti
yang saya lakukan. Saya juga berharap saya bisa menjadi lebih bijak dan
menjadikan pengalaman ini pelajaran yang berharga.
Sudah sejak lama saya kehilangan modem. Tepatnya tanggal 21
Mei 2013 lalu. Saya sangat syok dengan kejadian itu, karena modem yang saya
gunakan saya taruh diatas lemari. Jadi sangat kecil kemungkinannya kalau modem
itu hilang begitu saja. Pasti ada tangan-tangan liar yang ikut campur dalam hal
tersebut.
Besoknya saya langsung berkeliaran untuk mencari modem
tersebut. Tanya sana Tanya sini, tapi hasilnya nihil. Tanya ke pihak
administrasi asrama, tidak ada. Tanya kepada satpam yang shift hari itu,
hasilnya juga nol. Saya benar-benar depresi.
Hari berlalu begitu saja. Tiba-tiba 1 Juni malam, hari
Sabtu, adik kelas saya membawa modem yang mirip sekali dengan kepunyaan saya.
Pertama saya curiga, jangan-jangan itu modem saya. Namun ketika dia menjelaskan
bahwa modem itu dari movie night, kecurigaan saya hilang. Pasti ada banyak anak
yang memiliki modem yang sama seperti ini.
Kemudian pada hari Minggu pagi tiba-tiba ada hasrat untuk
mengecek apakah modem tersebut milik saya atau bukan. Saya coba, dan ternyata…
dari histori modem itu menunjukkan kalau itu modem saya. Betapa lega hati ini.
Meskipun pada saat itu adik kelas saya mengatakan kalau modem itu punyanya A, temannya,
aku tetap percaya kalau modem itu kepunyaanku dan aku memiliki bukti-bukti yang
kuat mengenai hal tersebut.
Sorenya saya bertemu dengan A untuk menjelaskan kalau modem
itu kepunyaanku. AKu tunjukkan histori yang ada di modem tersebut yang ke show di
dalam laptopku. Dia hanya diam dan mengalah. Dalam hati, aku tersenyum bahagia,
modem itu bisa aku klaim, namun rasa bahagia itu langsung menjadi rasa bersalah
dan malu ketika esoknya aku mencoba mengisi modem tersebut dengan pulsa.
Rasanya bahagia sekali bisa memakai modem ini dengan
leluasa. Namun rasa aneh menyelumi hati saya ketika saya menyadari, pulsa yang
saya beli ternyata belum juga saya terima. Saya cek berkali-kali modemnya.
Kemudian, ketika saya cek nomor modem itu, ternyata bukan nomor modemku. Ini
modemnya A. Selama ini saya salah. Rasa malu membungkus muka saya dan
membakarnya. Aaargh.
Akhirnya dengan menanggung rasa malu, saya sms A dan setelah
basa basi sejenak mengatakan kalau modem yang saya bawa ternyata punyanya A.
Saya berikan ke dia dan saya masukkan wadah rajutan tangan. Setidaknya untuk
mengatakan bahwa saya juga menyesal secara tidak langsung. A hanya tersenyum
saja dan mengatakan tidak apa-apa.
Pelajaran yang dapat diambil.
Dari sini ada banyak pelajaran yang dapat diambil. Terutama
adalah kita jangan jadi sok tahu ketika menyelesaikan masalah. Apalagi kalau
nanti yang kita percayai “fakta” ternyata hanyalah delusi.
Jangan pernah “prejudice” kepada orang lain atau terhadap
masalah. Jadi ketika ada suatu problem, saya yang dulunya langsung men-judge
kalau itu adalah salah dan buruk, saya mulai memilih menganalisa masalah
dari awal. Apa kesalahan, kenapa begini, kenapa begitu. Terus juga harus
dilakukan dengan otak dingin dan objektif.
Semoga aku tidaka kan mengalami kesalahan yang sama untuk
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,