Akhirnya tiba juga waktunya untuk berangkat ke Bali. Hari
ini tanggal 5 Mei 2013, aku dan teman-teman SMA berangkat ke Bali. Aku masih
tak menyangka bahwa aku akan pergi ke Bali dengan gratis. Benar-benar gratis,
meski uan g sakuku sangat terbatas.
Hari itu dijadwalkan kami akan berangkat pukul 7 pagi dari
Malang, tetapi kami harus sudah bersiap sejak pukul 6 pagi karena panitia takut
jika ada kemoloran. Akhirnya aku putuskan untuk bangun setengah lima pagi itu
dan segera mandi. Sambil mandi aku menegnang rumah. Air disini tidak seidngin
air yang ada di rumah, meski katanya daerah Malang itu dingin. Mungkin juga
karena asrama ini ada di Tlogowaru, daerah yang dikenal kering yang menyebabkan
airnya tak sedingin air di rumah asalku.
Setelah mandi dan ganti baju aku segera sholat Shubuh dan
mengecek perlengkapan untuk ke Bali. Aku memang sudah mempersiapkan barang apa
saja yanga ku bawa, namun tetap aku hars mengeceknya. Aku hanya membawa dua
celana panjang dan satu celana pendek. Tiga kaus pendek, satu kemeja, satu baju
batik, san beberapa baju dalam. Aku sudah mewanti wanti diriku untuk tidak
membawa barang yang tidak terlalu banyak. Beruntung sekalin aku sudah
memodifikasi tas decofresh ku menjadi penampilan baru yang fresh dan ceria. Sehingga
ke Bali aku hanya membawa tas hijau mencolok itu dan juga tas kecil berisi
pakaian.
Setelah sarapan dan menunggu apakah bus sudah datang atau
belum, aku sempatkan untuk berlatih biola. Aku tak mau hanya karena berapa hari
di Bali kemampuanku menurun. Aku harus tetap berlatih, apalagi karena aku masih
beginner.
Tak dinyana bus pun datang. Dengan menjinjing kedua tas
bawaanku, aku turun ke bawah. Ternyata sudah banyak anak turun untuk menunggu
bus. Tak disangka, teman-teman berminat juga untuk datang lebih awal.
Seperti biasa, aku turun dan tak tahu harus gabung ke mana. Kau
tahu maksudku, di usia ku seperti ini banyak anak cenderung untuk membentuk
kelompok. Namun aku tidak. Bukan karena aku egois atau apa, tapi karena aku
tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap bentuk kelompok. Setiap melihat
teman-teman disini berekelompok, aku selalu teringat teman-temanku waktu MTs
dulu. Jadi aku hanya melihat mereka, berbicara sebentar dengan teman-teman, dan
duduk memperhatikan. Aku sangat suka memperhatikan orang, beljaar dari perilaku
mereka, dan mengamati karakter mereka.
Bus sudah datang semua, kami pun berbaris untuk berdoa
bersama. Setelah pembagian tiket atau lebih tepatnya kartu tanda masuk bus, aku
pun masuk ke bus nomor 2. Untung sekali aku bisa duduk disamping jendela,
sehingga aku bisa melihat pemandangan diperjalanan nanti. Memikirkannya saja
sudah membuatku tersenyum.
Aku kembali sendiri di bus. Tito, teman sampingu sedikit
sakit sehingga dia berada di belakang bersama pacaranya yang merawatnya. Jadilah
aku sendirian terus.
Perjalanan ke Bali dengan bus 2 ternyata di damping oleh
seorang guide dari Wahana Tour yang bernama Mas Syamsul. Orangnya cukup ramah
dan bersahabat. Aku mulai menyukai orang ini. Cocok sekali memilih tipe orang
seperti ini sebagai guide dalam perjalanan panjang yang jika tanpa teman dan
pemandangan inah berubah menjadi membosankan.
Perjalanan dengan Wahana Tour ini sangat menyenangakn. Di bus
2 aku mendapatkan roti boy dan juga segelas susu sebagai snack pagi, karena
nanti baru sekitar pukul 12 siang kami akan makan siang di daerah Situbondo.
Perjalanan menuju pelabuhan Ketapang masih sangat lama. Di bus
jika aku tidak tidur, au mungkin melihat pemandangan sekitar. Sepertinya agak
salah memilih bagian kanan bus untuk
tempat duduk. Sinar matahari pagi menerobos masuk jendela. Ketika matahari
makin meninggi, sinaranya menyilaukan dan meradiasikan panas yang membuat
gerah.
Kadang-kadang, pemandangan di luar sangat indah. Aku terutama
sangat menyukai arsitektur Belanda zaman era pra kemerdekaan. Gabungan anatar
arsitektur colonial dengan local membuhkan hasil menarik. Di beberapa daerah
seperti Probolinggo dan Pasuruan aku menjumpai rumah yang keren seperti itu. Sayangnya,
rumahnya selalu kurang terawatt. Apa mungkin karena bangunan kuno sehingga
angker atau bagaimana. Namun kalau boleh
membelinya atau merawatnya aku mau sekali.
Aku tertidur. Ketika bangun aku sudah berada di jalan denga
pepohonan jati di kiri kananku. Sepertinya kami memasuki aerah hutan sekitar
Banyuwangi, pikirku. Ternyata benar. Kami sudah semakin dekat dengan Pulau
Dewata. Hutan di kiri kananku sangat indah. Meski hutan homogeny, namun
sepertinya sangat subur sekali. Pohon-pohon jati tumbuh dengan subur. Tanaman-tanaman
liar pun tumbuh merangkul kaki-kaki pohon-pohon itu dan membuatnya kembali
seperti hutan hujan tropis.
Tak disangka, pelabuhan Ktapang pun sudah terlihat mata. Waktu
itu sekitar pukul 3 sore. Bau laut oun tercium ketika kami turun dari bus untuk
menuju kapal yang akan membawa kami ke Pulau Dewata. Bau campuran antara ikan
dan garam yang tersamarkan oleh keringat dan juga wajah lelah para pelancong
menyerbu hidungku saat aku dan teman-teman turun dari bus.
Aku belum pernah ke Pelabuhan. Kapal-kapal berjejer di
dermaga. Besar kecil, kapal penyeberangan, kapal penangkap ikan, dari yang
memiliki layar hingga yag bertenaga uap. Semuanya ada di situ. Suara ombak
dikejauhan menggempur pantai, suara orang meminta uang receh, suara penjual
yang mengedarkan dagangannnya melebur menjadi satu di pelabuhan. Beberapa anak
kecil dengan telanjang dada berlarian. Rambut mereka basah oleh air laut.
Mereka pengemis, ujar temanku. Aku memandangi mereka dengan tanda tanya. Ketika
aku sampai di jembatan untuk ke kapal. Aku paham maksud temanku. Mereka mengemis
dengan cara berenang di air laut dan meminta pelancong melemparkan uang receh
mereka. Aku salut dengan kemampuan renang mereka. Mereka pasti sangat ahli. Karena
aku tidak bisa apa-apa dibandingkan dengan mereka, maksudku berenang.
Baru kali ini aku masuk ke kapal. Aku pikir rasanya seperi
berada di ayunan. Disini aku bertemu dengan SMA 110 Jakarta, yang ternyata kami
selalu bertemu dengan mereka dimanapun kami berada. Berada di atas kapal sangat
menyenangkan, apalagi jika bersama teman-teman. Kami snagat beruntung membawa
gitar. Dengan itu, akmi bernyanyi dan bersenang-senang. Sehingga goyangan kapal
yang biasanya membuat orang mabuk laut itu tidak berpengaruh. Aku juga sudah
memerintahkan otakku utnuk selalu berpikir positif diatas laut agar aku tidak
terkena mabuk laut.
Banyak hal yang baru pertama ku lakukan waktu berkunjung ke
Pulau Dewata ini. Melihat laut dengan dekat. Memandang birunya air dan juga
cerahnya langit diatasnya. Kapal-kapal yang sibuk bersliwearn dan juga
celotehan anak-anak diatas kapal sungguh membuatku merasa aneh. Aneh dalam
artian positif. Aku tidak bisa mendeskripsikannya kalau kamu ingin tahu.
Bernyanyi diata slaut dan tertawa tawa membuatku sanggup
melupakan seidkit kegalauanku. Seiring dengan matahari yang semakin malu-malu
mendekap bumi untuk tidur. Aku dan teman-teman akhirnya sampai di Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,