Aku mengambil tasku dan berjalan pelan menuju pintu keluar stasiun. Aku berharap kalau aku bisa masuk lewat pintu keluar. Tapi sayangnya, pintu keluar masih ditutup. Aku berpura-pura mencari seseorang disitu dan tidak menemukannya. Kemudian aku kembali ke ruang tunggu.
Aku duduk kembali di bangku yang tadi aku tinggalkan. Plan A gagal, maka mulai plan B. Yakni menerobos masuk peron. Aku mulai mengawasi jalan masuk peron. Cuma ada A jalan untuk memasukinya dan itu pun dijaga. Kalau ingin masuk, maka perlihatkan tiket dulu. Kalau tiket tidak sesuai, maka harus menunggu. Kalau tiketku berangkat jam 1, maka mustahil aku bisa berangkaj jam setengah delapan.
Aku sudah mulai putus asa mengikuti plan B, tapi aku melihat banyak orang tinggal masuk saja tidak diperiksa tiketnya sesuai atau tidak. Harapan tumbuh dihatiku yang mau mati. Aku mengawasi lagi dan lagi, kadang-kadang aku berjalan melihat peron dan kembali lagi seperti mencari seseorang. Aku lihat peronnya sepi.
Aku duduk kembali dibangkuku. Berfikir. Seketika itu juga, muncul devil dan angel dikiri kananku. Mereka berperang apakah aku ikut plan B ini atau tidak. Devil berbicara, “Ayo nerobos masuk saja, toh kamu sudah beli tiket. Kamu tidak melanggar peraturan, ikuti saja permainan ini. Tidak apa-apa kok, kamu orang baik, tidak berdosa,”.
Angel berkata melawan devil, “Jangan Manaf, kamu adalah pemimpin. Sudah seharusnya pemimpin member contoh yang baik. Ini sama saja dengan korupsi namanaya, korupsi waktu. Memang kamu sudah membeli tiket, tapi akibatnya nanti bagaimana? Kamu mau seperti itu?”.
Aku berfikir sendiri, tidak mempedulikan bisikan devil dan angel itu. Aku melihat jam di hp ku. Masih jam 7 kurang 10 menit. Aku terus sibuk berfikir. Haruskah aku lakukan ini?
Aku telah memutuskan. Aku mengambil barang-barangku yang ada disamigku dan membawanya mendekati jalan masuk peron. Aku mengawasi sejenak, melihat anak-aak kecil berseragam yang akan berwisata ke Blitar dan juga melihat beberapa orang masuk tanpa dilihat dulu tiketnya leh petugas.
Aku menarik nafas pelan dan kemudian aku berjalan sesantai mungkin melewati petugas yang asyik berbincang. Jantungku berdebar dengan keras, namun aku terus meredanya. Akhirnya aku bisa lewat dengan lancer, orang-orang tua dan anak-anak kecil disekelilingku membuat aku susah berjalan. Sambil tersenyum lega penuh kemenangan aku berjalan ke jalan bawah tanaha yag tedapat di stasiun. Penjaga tidak mengawasiku.
Aku sampai dijalur 3 yang akan membawaku pulang. Petugas masih saja duduk ditempatnya. Tidak tahu kalau mereka telah kecolongan satu penumpang. Aku segera mencari tempat duduk yang nyaman, meski tepat duduk tidak ada, aku duduk dilantai bersandar pada tembok. Untuk berjaga-jaga aku melatih kebohonganku. Aku akna berpura-pura sebagai penumpang polos yang lupa kalau tiketnya baru akan berangkat jam 1 siang. Kurasa itu kebohongan yang meyakinkan. Kemudian jika dikereta aku tertangkap, aku hanya tinggal mengadu domba petugas yang ada dikereta dengan petugas yang ada di stasiun. Bahwa aku diijinkan naik oleh petugas stasiun karena tiket yang jam 07.30 sudah habis, makanya sebagai ganti aku diberi tiket berdiri pada pukul 1 namun boleh berangkat pada pukul 07.30. Kebohongan yang bagus, aku piker.
Sambil menunggu aku membuka kembali Student Globe yang aku baca tadi. Aku bernafas legas sambil menunggu keretaku yang akan membawaku pulang.
Aku melihat sekeliling sambil menunggu. Sepi menyelimuti stasiun kota baru. Aku jadi heran bagaiaman bisa tiketnya habis jika tidak ada penumpang yang mau naik? Ini aneh dan hal ini entah kenapa menguangi rasa bersalahku telah menyerobot masuk. Aku malah merasa telah menghukum petugas yang pelit tiket. Aku sempat bertanya kepada orang, namun ia juga tidak tahu. Karena hal ini tidak seperti biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,