keyword: Kompetisi WEB Kompas MuDA & AQUA
Yah, akhirnya aku bisa menyusup lagi kepada anak ini. Setelah dua hari hujan tak turun, akhirnya hujan datang. Sebenarnya, bukan waktuku untuk turun, tapi bukankah sudah aku ceritakan padamu, ini mendesak!
Hah... Aku akan menceritakan padamu masa lalu dan masa depanku. Airku, airmu. Agar kau tahu bahwa aku kini butuh kau. Dari dulu malah. Kami ada karena Kau ada.
Dulu, ketika manusia belum serakah dan egois, kami melimpah di bumi ini. Sangat biru jernih. Sekarang coba bayangkan kau memandang air yang ada di laut yang menggoda pantai di daerah yang masih asri. Seperti itulah, indah, biru, segar. Kau patut bersyukur, bahwa hal itu masih bisa kau nikmati sampai sekarang ini. Apalagi jika kau hidup di negara kepulauan yang indah, orang mneyebutnya Indonesia.
Pohon sahabtaku yang baik hati sellau menjagaku, begitupun kau. Kau tak pernah cemburu karena pohon disampingku. Kau dengan sopan meminta kepada pohon dan mengganti kepadanya. Kau dengan sadar memanfaatkan apa yang ada, termasuk aku sesuai kebutuhanmu. Sungguh, semuanya begitu sangat indah.
Ada yang perlu aku beritahukan padamu, tak ada yang namanya keabadian. Iya kan? Semua yang diciptkan-Nya akan kembali pada-Nya. Begitupun denganku.
Ah, anak ini mulai melawan.
Dulu, ketika kita masih bersahabat, ingatkah kau? Wahai manusia, kau sangat ramah padaku, begitupun aku. Kita merupakan sahabat yang tak terpisahkan, ketika aku kotor, kamu membersihkanku dari dedaunan yang jatuh dari pohon temanku. Kau juga dengan senang hati berbagi tepat dengan sahabat kecilku, ikan ketika kau berenang. Asyik bercengkrama denganku.
Kau dulu sangat mencintaiku. Bahkan beberapa dari kalian memujaku. Tapi tahukah kau? Bukan pujaan yang aku butuhkan, tetapi kasih sayang terhadap air ini. Bisa jadi kami ini memang sudah tua, setua ibu bumi. Tapi manfaat kami akan bertahan hingga bumi akhir nanti.
Sungguh, sekarang aku tak habis pikir. Kau tahu apa sebabnya? Aku yakin kau tahu kok, tanyalah pada hatimu yang terdalam. Bagaimana persaanmu padaku?
Ah, anak ini sudah mulai sadar. Aku harus segera kembali, aku hanya ingin meninggalkan kesan pada anak ini. Tolong aku!
Yah, akhirnya aku bisa menyusup lagi kepada anak ini. Setelah dua hari hujan tak turun, akhirnya hujan datang. Sebenarnya, bukan waktuku untuk turun, tapi bukankah sudah aku ceritakan padamu, ini mendesak!
Hah... Aku akan menceritakan padamu masa lalu dan masa depanku. Airku, airmu. Agar kau tahu bahwa aku kini butuh kau. Dari dulu malah. Kami ada karena Kau ada.
***
Dulu, ketika manusia belum serakah dan egois, kami melimpah di bumi ini. Sangat biru jernih. Sekarang coba bayangkan kau memandang air yang ada di laut yang menggoda pantai di daerah yang masih asri. Seperti itulah, indah, biru, segar. Kau patut bersyukur, bahwa hal itu masih bisa kau nikmati sampai sekarang ini. Apalagi jika kau hidup di negara kepulauan yang indah, orang mneyebutnya Indonesia.
Pohon sahabtaku yang baik hati sellau menjagaku, begitupun kau. Kau tak pernah cemburu karena pohon disampingku. Kau dengan sopan meminta kepada pohon dan mengganti kepadanya. Kau dengan sadar memanfaatkan apa yang ada, termasuk aku sesuai kebutuhanmu. Sungguh, semuanya begitu sangat indah.
Ada yang perlu aku beritahukan padamu, tak ada yang namanya keabadian. Iya kan? Semua yang diciptkan-Nya akan kembali pada-Nya. Begitupun denganku.
Ah, anak ini mulai melawan.
Dulu, ketika kita masih bersahabat, ingatkah kau? Wahai manusia, kau sangat ramah padaku, begitupun aku. Kita merupakan sahabat yang tak terpisahkan, ketika aku kotor, kamu membersihkanku dari dedaunan yang jatuh dari pohon temanku. Kau juga dengan senang hati berbagi tepat dengan sahabat kecilku, ikan ketika kau berenang. Asyik bercengkrama denganku.
Kau dulu sangat mencintaiku. Bahkan beberapa dari kalian memujaku. Tapi tahukah kau? Bukan pujaan yang aku butuhkan, tetapi kasih sayang terhadap air ini. Bisa jadi kami ini memang sudah tua, setua ibu bumi. Tapi manfaat kami akan bertahan hingga bumi akhir nanti.
Sungguh, sekarang aku tak habis pikir. Kau tahu apa sebabnya? Aku yakin kau tahu kok, tanyalah pada hatimu yang terdalam. Bagaimana persaanmu padaku?
Ah, anak ini sudah mulai sadar. Aku harus segera kembali, aku hanya ingin meninggalkan kesan pada anak ini. Tolong aku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar kamu mengenai apa yang aku tulis di atas. Tapi tolong jaga kesopanan ya,