28 November 2014

Airlangga Specta, Sektakulernya Universitas Airlangga

This night, I watched a spectacular event performed by various UKM in Universitas Airlangga called Airlangga Specta. A story depicted Prabu Airlangga (King Airlangga)'s life. It was awesome, unfortunately, the sound system is not really good and many of the students chattered away.













24 November 2014

Leader Change Program Universitas Airlangga 2014

Peserta sibuk menyimak pemateri

Pak Anies Baswedan datang dan memberikan motivasi untuk meraih janji kemerdekaan

17 November 2014

Diklat UKM Penalaran 2014, a late post

This is a collages of my experience and selfie from Diklat UKM Penalaran on 7-9 November 2014 in Tretes, Prigen Pasuruan, West Java.










You are so cool!

WHY YOU SO COOL, MA LORD? :')

My daddy once told me about this Einstein postulate - related to time machine issue and now I know; time travel ke masa depan itu mungkin terjadi, pake dasar teori relativitas spesial Einstein. Yang ga mungkin adalah time travel ke masa lalu, dengan, lagi-lagi, dasar teori relativitas spesial Einstein, hukum kekekalan energi, dan hukum termodinamika.
Tentang gimana aplikasi "Time Travel" yang telah kita kuasai adalah keindahan dari teori relativitas Einstein. Karena pada dasarnya ruang dan waktu adalah satu hal yang sama, seperti gimana ruang bisa diregangin (teori tentang gimana alam semesta ini sedang meluas), waktupun secara teoritis dan praktikal bisa juga diregangin. Gimana waktu dapat diregangin simpelnya bisa divisualisasi pake parafrase sederhana ini: "Semakin cepat sesuatu bergerak, semakin lambat waktu berjalan untuknya. Jika sesuatu bergerak dengan kecepatan cahaya, maka sesuatu tersebut tidak akan merasakan waktu."
Secara praktikal, ini terjadi pd satelit-satelit bumi, yang jamnya harus dikalibrasi ulang setiap saat karena berjalan lebih lambat dari jam di bumi - meskipun baik jam bumi maupun jam satelit mempunyai sistem pewaktuan yang sama persis. Ini soalnya satelit-satelit bumi di angkasa sana bergerak dengan kecepatan yang sangat amat tinggi, sehingga waktu berjalan lebih lambat untuk mereka.
Jadi, pada dasarnya, kalo kamu bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, contohnya, 99% lebih dari kecepatan cahaya, kamu mungkin bakal ngerasa gimana untukmu waktu cuma berjalan sekitar 5 menit, tetapi sebenarnya, 50 tahun telah terlewati. - that quite explains holy quran saying yg tentang gimana sehari di neraka sama kaya 1000 tahun di bumi.
Dan kenapa "Time Travel" ke masa lalu itu gamungkin?
Dari penglihatan lewat teori relativitas spesial Einstein: beda sama ke masa depan, ke masa lalu mempunyai satuan minus. Satuan luas ruang gamungkin negatif, maksudnya, gamungkin ada luas maupun volume yang negatif? Begitu pula dengan waktu, karena sekali lagi, ruang dan waktu sebenarnya adalah satu hal yang sama. Untuk melakukan perjalanan ke masa lalu sama mustahilnya seperti membuat sebuah ruang yang satuannya adalah minus - kebayang?
Hukum kekekalan energi adalah lawannya disini, karena energi tidak dapat berkurang maupun bertambah, maka dengan membuat energi negatif seperti yang dihipotesakan, kita bakal ngerusak hukum tersebut. Dan dari segi hukum termodinamika, entropi selalu bertambah dan bertambah dan tidak mungkin berkurang. Dengan pergi ke masa lalu, kita akan mengurangi entropi - sekali lagi, ini membutuhkan energi negatif, dan akan bertentangan dengan hukum kekekalan energi dan juga hukum termodinamika. Hu keren ya :'3
Selebihnya nalar manusia ganyampe lagi. Science reminds you of Him' if you're alive now, trust me you're totally blessed.


this thought written by my junior and friend, Wening Hapsari. You can contact her through her facebook in here.

11 November 2014

10 November

Keringat dan darah


Bagimu bangsaku,
Keringat
Darah
Aku teteskan
untukmu
Bagimu bangsaku,
tak sanggup aku berikan harta
Hanya tali kehidupan
siap dikorbankan
Bagimu bangsaku,
Tak perlu kau peluk tangis rindu
aku
Bagimu bangsaku,
Jikalau aku maju

Tolong jaga anakku


Puisi ini saya buat dlaam rangka merefleksikan apa yang ada di pikiran pahlawan kita dulu. Mereka siap korbankan apa yang mereka punya, bahkan nyawa mereka. Sekarang saatnya kita yang seharusnya menjadi bangsa yang bisa melebihi semangat juang pahlawan kita dulu, apalagi sekarang sudah merdeka dan fasilitas juga sudah ada. Namun ironi tetap membayang. Kalau dulu bisa, kenapa sekarang tiada?