20 Oktober 2014

Bubur dari Elektronika Analog

Meski hari ini adalah hari pelantikan presiden baru Indonesia ke-7, yakni pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla, saya tidak bisa ikut menikmati perayaan pemimpin baru yang digadang-gdang oleh masyarakat jawa sebagai Satria Piningit ini. Pasalnya, saya hari ini ada ujian tengah semester. Elektronika Analog lagi, cukup susah untuk dicerna bagi orang seperti saya.
Saya akui, UTS hari pertama ini saya agak males belajar. Entah kenapa rasanya males banget buat beljaar ELOG. Seperti ada makhluk jahat yang selalu berbisik ke telinga saya 'ngapain belajar ELOG, mending tidur aja'. Akhirnya, ketika banyak teman-teman saya yang belajar. Saya tertidur pulas, baru bangun jam 2 dini hari dan belajar.
Aku pikir cukup belajar sebentar saja, Namun ternyata, pemahaman saya yang kurang lah yang menyebabkan soal yang mudah adi menjadi berubah sangat sulit dan mempusingkan.
Jadi soaln nomor satu tadi mengenai Thevenin. Aku sudah belajar dan sudah yakin bisa. Namun ketika melihat soal, langsung blank. Saya seperti melihat kedalam labirin yang tidak ada ujungnya. Gara-gara nomor 1 ini, saya sudah kehilangan 40 poin dan jelas, saya tidak tahu nantinya dapat nilai apa.
Eh, setelah keluar ruangan saya langsung tahu apa yang harus saya kerjakan kalau saya mendapat soal seperti tadi. Boleh dikatakan saya sangat menyesal karena saya tidak bisa berpikir jernih dan cepat dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan matematis. Sangat disayangkan.
Memang, nasi sudah menjadi bubur. Nah, tinggal persepsiku saja bubur ini nanti mau diapain. Apakah saya buang, karena saya orang Indonesia dan bubur itu bukan makanan pokok, atau saya olah bubur itu agar bisa enak dimakan.
Saya putuskan bahwa meski saya tahu nilai saya ini nanti jelek, dapat BC sudah alhamdulillah untuk UTS ini. Masih ada UAS yang harus lebih diperjuangkan agar nilai tidak turun dengan drastis.
Saya yakin bisa lulus mata kuliah ini kok. Yang paling penting harus usaha dengan keras. Strive for Excellence harus benar-benar jalan kalau mau maju.

04 Oktober 2014

A New Laptop

Maybe I've told my friends that my old laptop was broken and can not be repaired. If I should to repair it, it will cost 800k rupiah. So I decided to buy a new one (or in my case, a second hand laptop).
After 2 days searching on the internet, I finally found Toshiba C800 with 2,7 million rupiah. It's not really cheap but it's reasonable price.
Before I got this laptop, I almost tempted to buy Dell or Asus. Actually I have had bargained with the sellers. However, when I almost pay to them they said to me that the laptop has sold out.
I'm perfectly content with this new laptop of mine. I hope it could bring my luck and happiness.