26 Oktober 2012

Idul Adha di Asrama (Terakhir)


Hmm, ini adalah perayaan hari raya idul adha ku untuk terkahir kalinya di asrama. Tentu saja, karena aku sudah kelas 3 dan sebentar lagi lulus. Bahkan, mungkin saja ini adalah idul adha terkahirku di Indonesia. Itu mungkin saja dan oleh karena itu, aku mencoba untuk “Immerse” apa pun ke dalam ingatanku. Suasananya, aromanya, wajah-wajah yang tersenyum bungah, kalimat takbir yang berkumandang, sholat berjamah, memakai baju koko, dsb.
Kenapa aku berkata ini adalah lebaran terakhirku di Indonesia? Karena tahun depan sepertinya aku sudah ada di USA (aamiin.., semoga menjadi kenyataan dan sumber amal ibadahku nanti). Aku ikut program kuliah overseas di sekolahku, dan kemungkinan terbesar aku dan teman-temanku akan mengambil awal waktu Fall 2013, yakni bulan Agustus. Jadi, ini adalah saat-saat lebaran terakhirku.
Yang pasti, ketika aku nanti sudah ada di USA (aamiin…), aku akan kangen dengan berbagai macam suasana di Indonesia ini. Suara takbir yang berkumandang diiringi suasana bedug, ketupat, dan berbagai macam ritual penyambutan hari raya. I’ll miss it so much.
Oh ya, lebaran Idul Adha ini aku rayakan di asrama bersama dengan teman-teman. Kami melakukan berabagi macam aktivitas untuk menyambut hari raya kurban ini, diantaranya dengan lomba debat, takbiran perkusi, lomba supporter, dan lomba takbir keliling which was very fun. I enjoy it so much, although my house didn’t be the winner. It’s ok to have fun like this before I leave. Is it?

13 Oktober 2012

Menjual Prinsip? [No!]

Sebagai seorang pelajar yang normal, tentunya nilai bagus merupakan idaman. Oleh karena itu, banyak cara yang ditempuh untuk mendapatkan nilai bagus tersebut. Ada yang belajar habis-habisan tiap malam, ada yang enak-enakan karena memang dari sononya udah pinter, ada juga yang kurang beruntung melakukan langkah dengan menjual prinsip (atau apalah namanya) dan memutuskan untuk mencontek.
Nah, disinilah hati ini bingung mau milih apa. Secara prinsip (di SMA ini tambah mantap pokoknya) aku bisa dikatakan nggak pernah menyontek pada saat ujian. Yah, pernah sih, satu atau dua kali waktu ujian Namun entah kenapa ketika melihat teman yang mencontek dan mendapat nilai bagus itu rasanya risih dan iri. Kita yang berusaha jujur mati-matian malah mendapat sesuatu yang jelak. Sedangkan mereka yang menjual prinsip mereka atau menjual kejujuran mereka demi selembar niai mendapat predikat "siswa pandai".
Seharusnya kita harus mulai mendefinisikan kembali apa itu "nilai bagus". Apakah nilai tersebut merupakan nilai yang kita dapat dengan usaha keras kita sendiri atau nilai bagus yang kita dapat dengan kong kalikong dengan teman. Kita tidak tahu dan nggak ada yang tahu. Tapi kalau seandainya boleh memilih, nilai bagus itu adalah nilai yang didapat atas jerih payah siswa itu sendiri. Bukan ataus jerih payah bersama waktu ujian.
Hal yang cukup jelas adalah, bahwa nilai bagus hasil mencontek adalah nilai sesaat. Kamu bisa bangga dengan nilai 90 pada biologi misalnya, yang meskipun itu hasil mencontek. Tetapi, nilai tersebut nggak bisa bantu kamu di dunia nyata. Kamu boleh sedih dengan nilai biologi yang cuma 78 tapi itu murni dan bertahan lama. Jadi, I'll choose the second one. Nggak amasalah nilai jelek yang penting itu hasil kerja keras kita dan kita belajar dari kesalahan tersebut.

SAT: An after class story








07 Oktober 2012

The Bewilderment of SAT


Ok, thanks God I’m included in SAT group or overseas candidates. As days passed and some points become clearer but the others are more complicated, I’m still sit on the chair and sweating, trying to understand what the teachers explained to us.
Yeah, since I’m not kind of Einstein brained  student, it’s little bit difficult for me to catch the material given. When the others arrived in some point say like 7 or 8, I’m still struggling in 5 or 6.
Although I’m sure I can, I just need more time to catch everything.