30 Juli 2012

Menjadi Pendidik Tak Harus Tua


Menjadi Pendidik Tak Harus Tua
Oleh: Muhammad Abdul Manaf


Siapa bilang menjadi pendidik harus nunggu tua? Setiap orang bisa kok menjadi pendidik. Anak SMA pun bisa, setidaknya itulah yang dilakukan oleh SMA ku. Setiap hari Sabtu kami pergi ke SD, MI, TK, Panti Asuhan, yayasan anak jalanan, untuk melakukan kegiatan yang dinamakan Community Service. Disini kami belajar berkontribusi kepada masyarakat lain mengenai ilmu yang sudah kami dapat di sekolah. Sehingga kami nggak belajar teori doing, namun juga praktik.
Teman-teman yang mengikuti kegiatan ini pun banyak sekali, karena kelas 10 dan 11 di SMA ku wajib melakukan kegiatan ini. Selama dua tahun bertugas, aku selalu mengajar anak-anak SD. Satu dua kali mengajar di anak-anak jalanan. Kegiatan seperti ini akan kami jalani secara rutin setiap hari Sabtu. Sehingga jikalau hari Sabtu disekolah lain mereka masih aktif KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), kami sudah kelayapan di Kota Malang menuju tempat comserv.
Sungguh pengalaman yang sangat berharga dalam kegiatan seperti ini. Bagaimana tidak berharga, kapan lagi kami bisa mencicipi kegiatan menjadi guru jika tidak lewat tugas seperti ini? Apalagi kami tidak perlu mengurus ijin dan segala macam tetek bengek untuk melakukan kegiatan disekolah yang dimaksud. Kami cukup datang, melapor ke Kepala Sekolah sebentar dan tara… kami sudah boleh masuk kelas dan mengajari adek-adek SD atupun MI.
Kami mengajar mereka mengenai apa yang kami bisa. Bisa ditebak, kami mengajari mereka seni, bahasa inggris, environmental awareness, dan berbagai hal lain seperti pelajarn pokok sekolah. Jangan bilang kami tidak belajar dari mereka. Malah sebenarnya kamilah yang belajar dari adek-adek SD/MI. darimana lagi kalau bukan dari mereka kami merasakan stress nya guru menghadapi siswa yang rame di kelas, berantem sesama teman, nangis, nakal, usil, dan segala macam perilaku yang menguras emosi kami sebagai pendidik cilik.
Tetapi hal itulah yang membuat aku benar-benar belajar bagaimana susah dan tertantangnnya menjadi guru. Jika sebelum itu aku berfikir bahwa tugas guru itu enak karena Cuma berdiri didepan kelas dan mengajar pelajaran, ternyata dugaanku salah. Ternyata menjadi guru tidak cukup hanya dengan seperti itu. Menjadi guru itu harus punya kharisma dan wibawa agar murid-murid tersebut hormat kepada kita. Kita harus punya berates-ratus strategi agar murid-murid tersebut mau menuruti omongan kita. Mulai dari bujukan yang sangat halus, diberi janji permen, hingga menindak secara tegas. Itu semua perah kami lakukan untuk mengatasi masalah dalam kelas. Sungguh suatu pengalaman yang sangat nyata untuk menjadi seorag pendidik.
Jikalau dulu aku kepada guru kurang menaruh hormat dan cenderung meremehkan, aku mulai tambah respek kepada guru. bagaimana tidak? Aku sudah merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi guru, diacuhkan oleh anak didik, dilecehkan, dihina, aku pernah merasakannya selama mengajar. Mulai dihina negro gara-gara kulit banyak melanin, hingga diolok-olok. Apalagi guru tersebut selain dianugerahi anak titipan dari banyak orang tua, mereka juga punya anak-anak sendiri di rumah yang harus diurus. Sehingga pekerjaan mejadi seorang pendidik itu harus siap fisik dan psikis.
Intinya, menjadi seorang guru itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun untuk menjadi seorang yang benar-benar guru dibutuhkan kesabaran dan pengalaman berinteraksi dan integritas yang tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat.  Sehingga kenapa kok seorang guru itu diminta sudah bersekolah tinggi, hal tersebut agar mereka memenuhi kualifikasi yang ditetapkan sehingga tidak stress sendiri menghadapi murid seperti yang selalu kami dapatkan saat community service.(naf)

Melabel Guru

Melabel Guru
Oleh Muhammad Abdul Manaf


Kapankah seseorang dianugehi gelar guru atau pendidik? Apakah ketika mereka sudah beruban dan mengajar di depan kelas? Apakah yang dimaksud pendidik itu adalah orang lulusan sarjana pendidikan? Ataukah yang dimaksud dengan pendidik itu adalah orang yang berdiri di depan kelas mengajar mengeja?
jikalau demikian, maka dengan apa kita sebut orang yang berjuang demi anak jalanan mengajarkan baca tulis itu? Dengan apa kita harus menyebut teman-teman kita yang merelakan waktunya mengajari kita kimia, fisika, matematika jika bukan dengan guru atau pendidik?
Bukankah pendidik berasal dari kata didik yang artinya sama dengan belajar? Tinggal ditambah awalan Pe- maka arti yang aslinya belajar menjadi pengajar. Maka jika ada yang menyatakan bahwa guru atau pendidik itu adalah selalu berkutat dengan sekolah, maka mereka salah. Guru atau pendidik merupakan orang yang mengajarkan kepada orang lain suatu ilmu. Itu adalah definisi yang bisa saya berikan. Sehingga setiap orang yang mengajari orang lain suatu ilmu berhak menyandang gelar guru.
Kakak kelas saya yang mengajari saya bermain biola boleh saya sebut sebagai guru saya. Teman sebangku saya yang mengajari saya kimia berhak menyandang gelar guru dalam dirinya karena jasanya sudah membantu saya menghadapi kebutaan ilmu. Saya dan Anda pun berhak mendapatkan gelar guru ketika kita sudah mengajari orang lain.
Namun pertanyaannya adalah, sepenting apakah gelar guru tersebut? Tidak terlalu penting amat kan? Orang suka mendapat gelar guru karena dengan demikian orang tersebut berarti dihormati karena gelar itu. Bandingka jika dia mendapatkan gelar petani, apa yang terjadi padanya? Bisa saja dia akan malu. Karena kalau boleh jujur, saya amati bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan yang tidak bisa dihina, namun juga tidak bisa dibangga-banggakan.
Bagaimana anda bisa membangga-banggakan gelar “guru” yang melekat pada anda jikalau anda sendiri belum sepenuhnya benar dalam mendidik anak orang?  Pekerjaan guru adalah pekerjaan jangka panjang. Tidak cukup 3 tahun saja sudah, tetapi guru harus bisa menanamkan ajarannya selama mungkin kepada sang murid. Jangan sampai katakanlah masa SMA habis, murid-murid mereka sudah melupkan ajaran mereka.
Pekerjaan guru juga tidak bisa dihina karena semua orang tahu betapa besar tanggung jawab yang dibebankan kepada guru. Taruhannya adalah masa depan siswanya. Jika guru sukses mengajar, murid bisa dipastikan sukses masa depannya. Jika tidak, mungkin si murid harus mencari guru lain agar bisa sukses. Karena korelasi antara guru dan murid dalam hal pengaruh sangat kuat. Jika ada guru yang mampu memberikan motivasi yang melekat kepada siswanya, maka siswa tersebut akan tergerak untuk melakukan hal-hal baik demi masa depan yang lebih baik. Namun jika tidak, sang siswa bisa-bisa hanya terjebak dalam kubangan zona nyaman yang makin lama makin hilang ditelan masa.
Sehingga ketika orang tersebut dianugerahi gelar guru, secara otomatis mereka juga akan dibebani tanggung jawab untuk membimbing si anak itu menuju sukses. Inilah yang berat, maka jangan heran ada juga seorang guru yang tidak mau dipanggil Pak Guru atau Bu Guru karena merasa belum layak untuk mendapatkan gelar tersebut. Tetapi lebih mengherankan lagi banyak orang yang ingin dipanggil atau secara kasar dilabeli sebagai guru. Buktinya setiap tahun yang mencalonkan diri jadi guru berjuta-juta.
Entah dipanggil guru atau bukan semua orang yang mengajari orang lain itu berhak mendapatkan gelar tersebut. Namun terserah orang tersebut mau menerima gelar guru atau tidak. Kalau mau, ya siap saja mendapatkan berbagai macam tanggung jawab. Asalkan, jangan ingin menjadi guru hanya karena terikat gaji dan label “guru” yang memberi kesan pahlawan tanpa tanda jasa. (naf)

Menjadi Pendidik = Pemandu


Menjadi Pendidik=Pemandu

Oleh Muhammad Abdul Manaf

Seorang anak melangkah ragu disebuah jalan bercabang. Didepannya menghampar hutan yang lebat mengancam. Dia ingin pergi mencari harta karun. Sayangnya, dia tidak memiliki peta. Orang-orang yang ditemuinya hanya memberitahu bahwa dia harus pergi ke barat dan dia akan sampai di hutan. Konon, harta karun tersebut ada dibalik lembah setelah hutan ini.
Anak itu mulai kebinungan dan berjalan berputar-putar di depan jalan bercabang. Ada 3 jalan menuju arah yang berbeda-beda yang kesemuanya menurut orang-orang menuju balik hutan ini. Tetapi dia tidak tahu jalan manakah yang tepat. Hutan ini menurut orang-orang penuh dengan makhluk buas dan hal-hal mistis. Beberapa pohonnya berduri dan beracun, sekali salah melangkah dia tidak akan pernah keluar dari hutan itu hidup hidup.

Akhirnya dia memutuskan untuk membuat tenda di samping jalan bercabang sambil menunggu orang yang melewati jalannya. Tetapi semua orang yang dia temui selalu mengatakan hal yang berbeda dan tidak ada yang bisa memuaskan rasa ingin tahunya. “Kenapa bisa begitu? Kenapa harus kearah itu? Kenapa tidak kesini?”, setiap orang yang berpapasan dengannya hanya mengatakan bahwa begitulah kata orang-orang, mereka hanya menurut saja. Dia memutuskan tidak percaya kata orang yang tidak bisa dirasionalkan, dia sudah pernah celaka karena menurut kata orang-orang, maka sekarang tidak lagi.
Dia sudah berhari-hari disitu menunggu kedatangan orang yang bisa dia tanyai. Ketika bekalnya hampir habis, dia melihat orang tua yang berjalan pelan kearahnya. Wajahnya menyiratkan lapar dan dahaga. Setelah Ia menyambut orang tua itu dan membantu sebisanya, dia mulai bertanya kepada orang tua itu karena Ia berfikir pastilah orang ini sudah banyak makan asam garam kehidupan.
“Wahai Pak Tua yang bijaksana, bisakah Anda membantu saya yang kebingungan ini?”, Tanya si anak. “Apa yang bisa aku bantu sebagai balas budiku padamu, anak muda?”
“Saya ingin mencari harta karun dibalik hutan ini, tapi saya tidak tahu jalan yang mana yang harus saya ambil. Saya telah disini berhari-hari menanyakan hal yang sama kesetiap orang yang lewat, namun mereka tidak memiliki jawaban yang terpercaya”, Si anak menjelaskan.
Orang tua itu bergumam dan melanjutkan, “Ambillah jalan kekanan dan ikuti bintang paling terang saat matahari tenggelam, kesitulah harta karunmu mengarah”, Orang tua tersebut menjelaskan sambil mengelus janggutnya. “Ini, ambillah korek ini sebagai sumber api dan cahaya untuk perjalananmu, karena jalanmu akan penuh tantangan, meski aku tak tahu apa itu. Saat tak ada orang lain yang bisa kau percayai, percayalah pada hatimu”, orang tersebut mengeluarkan korek dari jubahnya dan dia berikan ke anak muda itu. Si anak muda tersebut memandang Pak Tua dengan penuh terimakasih, meski korek tersebut hanyalah benda biasa, tetapi dia sangat membutuhkannya. Pak tua tersebut juga memberikan pisau miliknya kepada anak muda itu. “Ambillah, kau lebih membutuhkannya daripada aku”.
Berbekal benda-benda pemberian orang tua tersebut, dia melanjutkan perjalanan mengarungi hutan seperti saran sang orang tua. Bintang senja itu menjadi petunjuk bagi si anak dan korek tersebut menjadi sumber cahaya dan kehangatan saat gelap dan dingin menyerbu.
Malam masuk kedalam siang dan siang masuk kedalam malam.
Hari, minggu dan bulan telah berlalu dan ketika si anak sudah mendapatkan apa yang Ia inginkan, dia kembali ke jalan pertama dia datang dan menemui Pak Tua untuk mengucapkan terimakasih. Ia berfikir tanpa bimbingan orang tua tersebut, mungkin dia tidak akan pernah mendapatkan harta karunnya. Maka apa salahnya membaginya sedikit kepada Pak Tua sebagai ungkapan rasa terimkasihnya?
***
Apa hubungan cerita karangan saya diatas dengan menjadi pendidik? Saya akan menjelaskannya dibawah ini.
Karangan saya diatas dapat dijadikan refleksi bagaimana si anak dan Pak Tua saling bersimbiosis untuk menuju kesuksesan. Si anak membutuhkan Pak Tua untuk menjadi pemandu dalam mendapatkan harta karun yang Ia idamkan, sedangkan Pak Tua dibantu si anak dengan mendapat makanan ketika Ia membutuhkan. Itu adalah hubungan yang sederhana yang bisa dijadikan metafora antara pendidik dan anak didik, tetapi tentunya mereka lebih kompleks daripada itu.
Menjadi pendidik sama dengan menjadi seorang pemandu. Pendidik yang baik adalah yang bisa menjadi pemandu yang baik. Keduanya memiliki kesamaan tugas untuk membawa orang yang menjadi tanggung jawab mereka meraih apa yang mereka inginkan. Jika pemandu turis harus bisa memandu para turis mengeksplor keindahan alam yang mereka idamkan. Pendidik yang baik harus bisa memuaskan hasrat akan haus pengetahuan muridnya, membekali muridnya ilmu pengetahuan yang berguna bagi masa depan muridnya, dan menjadi pembimbing untuk menunjukkan mana jalan yang harus diambil dan mana yang tidak. Setidaknya hal itu merupakan gambaran seorang pendidik yang baik menurut saya.
Umpamakan kalau si anak muda adalah murid dan si Pak Tua dan orang-orang yang lewat adalah pendidik. Maka hanya Pak Tua lah yang masuk kategori menjadi pendidik yang baik. Kenapa? Karena Pak Tua memberikan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan kepada si anak berdasarkan pengalamannya. Sedangkan orang-orang lain yang lewat hanya memberikan jawaban secara teoritis. Bahkan mereka tidak tahu kenapa memberikan jawaban itu. Jawaban yang mereka berikan seperti jawaban yang sudah tersedia di dalam text book selama bertahun-tahun. Selain itu, Pak Tua tersebut peduli terhadap si anak. Meskipun mereka baru kenal. Sedangkan orang lain yang lewat tidak peduli dan sekedar menjawab.
Hal tersebut benar-benar terjadi lho, dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pendidik yang kurang bisa mendidik muridnya dan membawa mereka menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pendidik yang melakukan tindakan kriminal. Bahkan ada kasus di suatu ketika pendidik mencabuli si murid. Padahal seorang pendidik harus bisa menjadi role model yang baik bagi muridnya. Ibaratnya adalah guru kencing berdiri murid kencing berlari, jika pendidik sudah bejat, bagaimana dengan anak didiknya? Itulah yang harus segera dipikirkan oleh kita semua. Bahwa pendidik jangan sampai hanya cerdas pikiran, tapi juga harus dicari yang baik moralnya.
Selama bertahun-tahun mencari ilmu atau kalau berdasar cerita diatas mencari harta karun, saya sudah berpapasan dengan banyak orang yang hanya memberikan jawaban sekedarnya maupun yang mampu membuat saya terkagum-kagum dengan penjelasannya yang masuk akal, yang telah memberi saya bekal untuk menempuh perjalan panjang berliku dengan berbagai macam alat, atau hanya berupa wejangan yang berfungsi sebagai bahan bakar (motivasi).
Pendidik adalah pemandu bagi siswa siswi mereka. Menjadi pendidik tidak hanya sekedar mengajarkan apa itu a, b, c, atau d. Tetapi yang mampu menyingkap tabir potensi anak didik mereka untuk diasah sebagai bekal hidup. Pendidik sama saja dengan pemandu, mereka adalah orang yang setia mendampingi anak didik mereka menempuh perjalanan berliku untuk menggali harta karun mereka, dalam hal ini mencapai impian mereka dengan asas ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Guru itu adalah pemandu. Untuk menjadi pemandu maka mereka harus bisa memberikan contoh yang baik jika mereka ada didepan. Selalu memberikan api (semangat) kepada siswa-siswanya. Jangan sampai anak didik mereka loyo. Terakhir, seorang guru yang baik harus bisa menjadi figur yang member dorongan kepada siswa-siswanya.  Dorongan untuk meraih harta karun mereka masing-masing.
Berat memang menjadi pendidik yang selalu dikambing hitamkan oleh masyarakat jika anak didik mereka berulah. Yang kadang-kadang dilupakan oleh anak didik mereka yang sudah sukses, yang namanya jarang sekali diingat setelah jenjang dengan mereka putus, yang selalu stuck dengan kehidupan yang biasa-biasa saja.
Dibalik itu semua, pendidik yang dalam konteks ini adaah guru adalah orang-orang hebat dibalik suksesnya orang-orang besar. Tanpa gurunya, Helen Keller tidak akan bisa menjamah dunia, tanpa gurunya yang mengajari bermimpi, maka Ikal dalam novel Laskar Pelangi hanya akan berakhir sebagai pekerja tambang. Dalam kasus saya, tanpa guru saya mungkin saya akan menjadi petani seperti orang tua saya. Maka saya bersyukur dengan apa yang telah dilakukan oleh guru saya, baik yang buruk maupun yang baik. Sebagai seorang anak didik, saya juga harus bisa menyeleksi mana yang sesuai dengan prinsip saya dan mana yang tidak. Namun, saya sangat yakin bahwa pendidik sekarang ini sudah banyak sekali yang menjadi pemandu yang baik bagi siswa siswi mereka, apalagi beberapa tahun lagi.

Fight for SAT, TOEFL IBT and AS/A Level Studies



Thanks God! That was the only word I can say at that time when we are gathering in Mercusuar Hall to hear the announcement about universities. So the school has two programs, first regular program to study in Indonesian university, and second is study overseas. I always want to study overseas, so when I hear the announcement I was so glad I’m included in the 36 student candidates.
Those 36 students are selected to join SAT, TOEFL IBT, and AS/A level studies about Mathematic, Chemistry, Physic, and Humanities subject like Global Perspective. However, there are so many students want to take AS/A level Biology, including me.
Actually the school recommended me to take Global Perspective subject because I’m good in science and social, but I really want to take the biology subject because I want to take biotechnology major in university later on. So I discussed with the teacher and my friends and they were agree to accept us take Biology subject, but the school will not provide a teacher for that subject because they don’t have the qualified one to teach us deeply about Biology concepts. So, we decided to study by ourselves and study in group peer to peer or study from internet (we found a good channel in youtube about biology).
For the SAT and TOEFL IBT, of course each of us should learn by ourselves, although school will provide us course to study SAT and TOEFL. I just thinking that will not be enough to study and mastering SAT and TOEFL if we don’t study hard. So, because of I decided to study in overseas, I vow to myself that I’ll fight and study hard to get high score in SAT, AS/A Level Biology and Global Perspective, and TOEFL IBT. Just pray for me and my friend guys! Wish me luck!


29 Juli 2012

You Can by David Archuleta


I fuound this beautiful song and it just popped in my head, how close to real this song is! I mean my real life really like this. So, you Tuesday Girl just wait for me. I can't tell you right now but you know what I feel. Just hear this song.

You Can
by David Archuleta


Mmmmm

Take me where I've never been
Help me on my feet again
Show me that good things come to those who wait
Tell me I'm not on my own
Tell me I won't be alone
Tell me what I'm feelin' isn't some mistake
'Cause if anyone can make me fall in love
You can

Save me from myself, you can
And it's you and no one else
If I could wish upon tomorrow
Tonight would never end
If you asked me, I would follow
But for now, I just pretend
'Cause if anyone can make me fall in love
You can

Baby, when you look at me
Tell me, what do you see?
Are these the eyes of someone you could love?
'Cause everything that brought me here
Well, now it all seems so clear
Baby, you're the one I've been dreamin' of
If anyone can make me fall in love
You can

Save me from myself, you can
And it's you and no one else
If I could wish upon tomorrow
Tonight would never end
If you asked me, I would follow
But for now, I just pretend
'Cause if anyone can make me fall in love

Only you can take me sailin' in your deepest eyes
Bring me to my knees and make me cry
And no one's ever done this
Everything was just a lie
And I know, yes I know

This is where it all begins
So tell me it'll never end
I can't fool myself
It's you and no one else
If I could wish upon tomorrow
Tonight would never end
If you asked me, I would follow
But for now, I just pretend
If anyone can make me fall in love
You can

Show me that good things come to those who wait


(Warning! This is not my interpretation)
Flag maxy17on December 20, 2010 Interpretation:


I think this is his best song--maybe because I can relate to some of it. This is just my interpretation. It may not fit with other parts of the song, but...


The first stanza in particular hit me really hard the other day. I'm dealing with a lot of personal issues right now, and it's made me wonder if any man will ever love me enough--despite how messed-up I am--to "help me on my feet again" and give me what I've wanted for so long. "Take me where I've never been"... I've never felt that way for anyone, or vice versa, and I want it so badly. And "show me that good things come to those who wait" is a beautiful line. So many people wait for years to find love, and it gets discouraging when it doesn't come. You want to know that the pain is worth it.


"Save me from myself" is knowing that you're not helping yourself out of this difficult situation--in my case, depression and not being able to love myself. Only a loved one can make you feel validated and help you realize your potential.


"No one's ever done this / Everything was just a lie" is my absolute favorite part of the song. Over the last few months, I've basically stopped believing in love because it all seems like a lie; like a fantasy that will never be real.


So, to wrap it up: I think the main theme of the song is that he wants to experience love, to know that it's real, and he knows this person can make that happen as well as pull him out of his doubt.


Sorry if it seems like I'm just venting about my own life. I just hope my thoughts bring new insight to someone else.
Flag maxy17on December 20, 2010  #




28 Juli 2012

You Can be A Hero!


You Can be a Hero!

Aku baru saja ngelihat film The Amazing Spiderman. Aku pikir film tersebut sangat bagus karena secara tak langsung menyatakan bahwa semua orang berhak dan bisa menjadi seorang pahlawan. Meskipun begitu, beberapa temanku bilang bahwa film tersebut kurang bagus dibandingkan dengan serial Spiderman yang lain. Aku menghargai pendpaat mereka, tetapi memang pada film ini sutradara ingin menyampaikan bahwa Hero itu juga manusia. Mereka makan, minum, berpacaran, membuat kesalahan, memperbaikinya, dan belajar dari hal tersebut.
Inilah yang membuat Amazing Spiderman itu menjadi film yang lebih down to earth daripada serial hero yang lain. Seperti Batman, seorang milyuner. Iron Man? Milyuner juga. Di film-film tersebut selalu dikisahkan bahwa pahlawan itu harus sempurna. Kebanyakan prob=blem yang muncul dari seorang pahlawan adalah kehidupan keluarga atau cinta mereka.
Aku sungguh mengapresiasi sutradara dari film yang dibintangi oleh Andrew Garfield ini. Keren banget Pak Sutradara, you just dis something great and awesome! Dalam film ini dikatakan (meski nggak ada yang mengatakannya secara langsung) bahwa setiap orang berhak menjadi seorang pahlawan. SIAPAPUN! Bahkan kamu pun bisa. Kuncinya adalah push yourself beyond your limit, volunteering and standing up for justice, accountability. Itu adalah beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang hero.
Tidak ada yang namanya hero kalau dia tidak membela kebenaran. Tetapi apa itu kebenaran? Apa sesunguhnya yang dimaksud kebenaran? Aku nggak bisa menjelaskannya padamu, tetapi kau bisa merasakannya dihatimu dan lingkunganmu. Disini Spiderman memerangi kejahatan dan menolong warga di Manhattan (Kalau nggak salah) dari serangan Dr. Curtis Connor yang berubah menjadi bahaya gara-gara serum.
Didalam film ini dia juga memakasa dirinya dari keterbatasan yang dimilikinya. Untung saja otaknya encer, tetapi malah dia harus tetap berusaha untuk berbuat baik. Dia harus tetap berjuang dari keterbatasan yang dimilinya. Dia volunteering, membantu orang-orang yang tertindas. Dia juga bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, meski dia harus belajar untuk terus melakukannya.
Overall, this movie is incredible! It makes me think that I can be hero too. I can do the right thing and standing up for justice although I don’t have any abilities. But I think I have heart, isn’t it? And that’s enough. One thing that I learn from this movies and stick in my head is that if you have a bigger power, you have a bigger responsibilities than anybody else. You have to use that power for the right thing.
Oh ya, aku suka adegan ilmiah-ilmiah disitu karena aku ingin menjadi seorang ilmuwan, membuat obat, menolong orang, standing up for justice. Perlu diketahui bahwa dunia obat-obatan itu tidak kalah kotornya dengan politik, tetapi hal tersebutlah yang membuat aku tertantang, aku juga suka sekali tertantang dengan kegiatan di laboratorium. Doakan saja aku bisa sekolah di US dan U, aku ingin ambil biotechnology dan bisa membantu orang hidup banyak. I believe I can, so I can do that!

22 Juli 2012

Ramdhan Galau



Ramadhan tahun ini penuh kegalauan. Galau kapan puasanya maksudnya, yah mau bagaimana lagi. Aku kan nggak bisa menentukan kapan puasanya dimulai. Aku juga nggak bisa mendeteksi dan belum bisa menghitung ilmu falaq yang diperlukan untuk itu.
Yang pasti Ramadhan tahun ini bakal berbeda karena ortu puasa Jumat sedang aku puasa mulai hari Sabtu. Nggak enak sih beda sama keluarga, tapi aku yakinnya Sabtu ya udah. Apalagi pemerintah juga hari Sabtu puasanya, jadi ya udah nggak apa-apa. Bukankah suatu keindahan bahwa perbedaan itu ada?


17 Juli 2012

Memoar 17 Juli


Memoar 17 juli


Saat itu lampu gemerlap dan flash mengilap disetiap penjuru. 210 anak memenuhi panggung megah untuk mengucap janji. Siapa tahu, ternyata panggung yang dulunya kecil tersebut sekarang membesar menjadi panggung kehidupan yang tak terbatas pada Tlogowaru dan Sawojajar, tapi mulai merambah ke Jawa Timur, Jakarta, Indonesia, Turki, Georgia, Jepang, dan USA. Panggung yang dulunya hanya berwarna merah marun dan emas itu kini merambah jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Anak-anak yang dulunya hanya tahu apa itu satu dua tiga empat, kini mulai bisa menganalisis tabel kebenaran, mencicipi rumitnya algoritma kehidupan, mereduksi keburukan dan menambah ion-ion kebaikan.
Anak-anak yang berpamitan pada orangtua mereka pada 17 Juli itu telah mencicipi apa itu kegelapan hingga berjuang merangkak menuju cahaya. Anak-anak yang dulunya datang dan bingung saling sapa mencari teman, kini telah menjadi keluarga. Tertawa bersama, menangis bersama, berjuang bersama. Anak-anak yang dulunya kecil kini mulai tumbuh dewasa.
Mereka yang seharusnya terbang itu malah memilih untuk berjalan. Beberapa bahkan malas untuk bergerak dan menangis seperti bayi. Beberapa mencoba, tetapi jatuh kalah diangkasa. Beberapa sukses, namun lupa pada temannya. Tetapi tidak lagi. Anak-anak yang telah dihina bersama, didiskriminasi bersama, dibanding-bandingkan, kini mulai bangkit. Bersama-sama bisa. Meski ada yang pergi dan tak kembali, tapi keyakinan ada bahwa mereka bisa bertemu lagi suatu hari nanti.
Mereka yang dulunya tak tahu kalau mereka punya sayap itu mulai menyadari, dan belajar untuk mengepak-ngepakkannya diangkasa. Yang menangis mulai mandiri, yang jatuh, belajar lagi dan lagi hingga mengangkasa. Yang telah terbang tinggi rela turun demi menolong yang sendiri dibawah sepi.
Memang tinggal menghitung hari lagi mereka akan menghadapi akhir. Mereka baru bangkit hari ini. Tetapi, tidak ada kata terlambat. Selama mengepakkan sayap bersama, mereka bisa. Sayap yang dulunya lemah dan rapuh itu mulai menguat dan kokoh diangkasa. Jangan heran, pada saat 17 Juli engkau akan lihat ratusan burung mengepak-ngepakkan sayap lebarnya di angkasa dengan bangga. Karena aku, kamu, kita yakin. KITA BISA! Karena kita akan membuktikan kepada mereka yang memandang sebelah mata, bahwa kita berharga.


13 Juli 2012

Sekolah Bawa Piring?


Sekolah bawa piring? WHAT?
Ini mungkin dalah hal teraneh yang pernah kamu dengar tentang pergi ke sekolah. Jika sekolah lain sekolah cukup berebekal seragam lengkap, buku, dan otak. Sekolahku tambah lagi, PIRING. Yah, karena setiap hari kami melakukan makan siang bersama-sama. Jadi bisa dibayangkan bagaimana sibuknya kami saat jam makan siang. Berantri-antri murid membawa piring dan sendok sambil memasang wajah memelas. Yah, this is our new tradition here, lunch together.
Actually, the dormitory staffs have many plates and spoons that can be used by the students. But, because of I'm a dorm students, I'm not allowed to use that. Those are used by non dorm students. Ribet banget makan kayak gini, tapi positifnya adalah kita bisa sharing pengalaman dengan orang lain. Moreover, to whom who like music, they can perform on the stage provided by the committee. 
Sisi negatif dari sistem ini adalah tersitanya waktu para murid untuk melakukan sesuatu yang lebih penting seperti belajar dan sholat. Nah, makanya banyak murid yang kadang-kadang telat untuk masuk ke kelas. gurunya mencak-mencak deh. tapi overall seru banget bawa piring kesekolah, it's so funny...

09 Juli 2012

First Day of School

Finally, I'm here stuck with super students from my school. I like my former class, XI Sc 5. Unfortunately, the teachers change the classes. They arranged it again. So, I was moved to the XI Sc 2.
In this class, I met so many good students. Almost all of the super students gathered here. I asked to myself. How could I moved here? Why?
I miss my old class, I miss Sci-Fi. But I have to move on and accept this changing. The positive side being move is I can learn better here academically of course. Moreover, this is the last year for me to be here so I have to study hard to face the national exam and SNMPTN, but I hope I better take SAT and get univeristy abroad than here. But I don't know wither. 
The most important thing is, whatever classes are, I'm still with my family.

06 Juli 2012


I must be spirit! I have to!

01 Juli 2012

Tuhan Maha Adil

Begini nih kalau melanggar peraturan. Akibatnya apa? Aku jalan dari terimnal Gadang hingga ke Asrama Tlogowaru yang jaraknya 3 km lebih dengan membawa barang yang beratnya lebih dari 5 kg lebih plus 2 tas tambahan.
Memang apa sih yang membuat aku dihukum oleh Allah seperti ini? Tak lain karena sewaktu aku naik kereta, aku memakai tiket yang salah dengan sengaja.
Jadi ceritanya seperti ini. Aku ingin balik ke asrama pada tanggal 1 Juli 2012 dengan naik kereta. Nah, karena tiket yang ke Malang habis, aku beli tiket ke Blitar dengan pertimbangan yang penting bisa masuk ke kereta pagi, pukul 08.15. Padahal aku sudah antri dari jam 6, nunggu hingga jam 7 baru dapat tiket. Melelahkan sekali demi sebuah tiket yang murah meriah.
Namun, berbekal dengan kepercayaan diri, aku berhasil mengelabui petugas. Aku dapat duduk  dari Kediri hingga Biltar terus hingga memasuki Kab. Malang. Barulah dari sebelum Stasiun Kepanjen aku berdiri. Tak masalah sebenarnya karena sebentar lagi aku sudah sampai di Malang.
Berbagai macam cerita mengenai penumpang yang berdiri pun bergulir disepanjang perjalanan. Ada Mbak-mbak yang nggak mau disuruh pindah oleh petugas, bahkan terlibat adu mulut. Ada juga nenek-nenek dan Ibu-ibu yang dengan pedenya naik kereta tanpa tiket duduk tetapi mendapat tempat duduk. Seru sekali mengamati kelakuan manusia di public transportation.
Akhirnya, aku sampai di Malang. Aku turun di stasiun Kota Lama dengan hati lega. Kemudian aku menuju angkot yang akan membawaku ke asrama, sebenarnya Gadang dulu. Nah, dengan naik AG bersama berbagai macam orang di dalam angkot aku sempat mendengar cerita bahwa Bapak-bapak tersebut ada juga yang nggak beli tiket karena rumitnya sistem yang baru ini demi mendpaat tiket. Meskipun perubahan yang dimaksud ini demi kemakmuran penumpang juga.
Tibalah aku di Gadang. Matahari bersinar dengan cerah di langit, sedangkan aku melongok kanan kiri untuk mencari TGT atau TST yang bisa membawaku ke Tlogowaru. Bahkan ojek pun nggak ada. Akhirnya dengan sangat terpaksa dan dengan tabah aku mulai berjalan ke asrama. Dari gadang aku bisa melihat asrama ku mengundang sekali dengan menaranya. Aku sudah tak sabar sampai disana dan istirahat di kamarku yang nyaman.
Di tengah perjalanan matahari semakin membakar wajahku. Aku hanya bisa tabah. Tasku mulai terasa berat sekali seakan mengajakku untuk jatuh ke tanah. Tetapi aku terus berjuang. Jangan sampai aku menyerah dalam tantangan ini. Aku terus berjalan sambil bernyanyi dan berfikir hal yang lain seperti penelitianku yang menuntut untuk aku selesaikan.
Akhirnya dengan susah payah, mata berair, kulitku tambah hitam (hahaha :-) tubuh pegal-pegal, dan kaki sakit, aku bisa sampai di asrama dengan selamat.
Dari sini aku bisa dapat pelajaran bahwa Tuhan itu maha adil, Dia nggak akan membiarkan ketidakadilan itu merajalela. Semoga aku bisa menjadi orang yang lebih baik setelah peristiwa ini. Aaamiin.